Kader Tani dan Aku
Satu yang sama kita punya
Satu yang sama kita cinta
hati mencamuk berwarna dalam diri.
Lagu yang sama kita dengar
Lagu yang sama kita sebar
menderu mendesak sepanjang bumi.
Kalau kembang tertindih bayangan
Kalau tanjung kenari berjatuhan
Ingatlah sayang, ingatlah nyanyi paling merdu
meski kasih dan tawa terbanting dicabut tanah garapan.
Satu yang sama kita punya
Satu yang sama kita cinta
juang mencamuk dalam hidup dalam padi.
Lagu yang sama kita dengar
lagu darimu aku belajar
juang dan lapar, menang kita nyanyikan.
Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)
Analisis Puisi:
Puisi "Kader Tani dan Aku" karya Sabar Anantaguna menggambarkan ikatan yang kuat antara sesama pejuang, khususnya para petani, dalam menghadapi tantangan hidup. Melalui lirik yang puitis dan penuh makna, Anantaguna menyoroti semangat kolektif dan perjuangan yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Tema Persatuan dan Cinta
Di awal puisi, Anantaguna menyatakan, "Satu yang sama kita punya, Satu yang sama kita cinta." Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun individu memiliki perbedaan, ada kesamaan yang menjadi fondasi persatuan: cinta terhadap tanah, perjuangan, dan cita-cita. Penggunaan kata "hati mencamuk berwarna dalam diri" menggambarkan keragaman emosi dan pengalaman yang membentuk identitas kolektif mereka.
Lagu Perjuangan
Puisi ini juga menekankan pentingnya lagu sebagai simbol perjuangan. "Lagu yang sama kita dengar, Lagu yang sama kita sebar" menunjukkan bagaimana musik dan nyanyian menjadi medium untuk menyatukan semangat para petani. Lagu-lagu tersebut tidak hanya menyampaikan rasa duka, tetapi juga harapan dan keberanian. "Menderu mendesak sepanjang bumi" menekankan bahwa semangat perjuangan ini menjangkau jauh, meresap ke seluruh penjuru tanah.
Menghadapi Tantangan
Anantaguna tidak mengabaikan kenyataan pahit yang dihadapi para petani. Ia menyebutkan "kembang tertindih bayangan" dan "tanjung kenari berjatuhan," yang mencerminkan kesedihan dan kesulitan yang datang ketika harapan terhalang. Namun, meskipun tantangan ini ada, puisi ini tetap memberikan pesan harapan. "Ingatlah sayang, ingatlah nyanyi paling merdu" menandakan bahwa meski dalam kesedihan, kenangan akan kebersamaan dan perjuangan adalah sumber kekuatan.
Juang dan Laparan
Di bagian akhir puisi, Anantaguna menggarisbawahi bahwa perjuangan dan kelaparan adalah bagian dari kehidupan para petani. "Juang mencamuk dalam hidup dalam padi" menekankan bahwa perjuangan sehari-hari mereka tidak terpisahkan dari upaya mempertahankan kehidupan. "Lagu darimu aku belajar" menunjukkan bahwa melalui pengalaman dan cerita satu sama lain, mereka bisa menemukan kekuatan untuk terus berjuang.
Harapan untuk Masa Depan
Puisi "Kader Tani dan Aku" adalah puisi yang mengekspresikan rasa solidaritas dan persatuan di antara para pejuang. Melalui lirik yang menyentuh dan penuh makna, Anantaguna berhasil menangkap semangat kolektif yang ada di dalam masyarakat tani. Puisi ini bukan hanya menjadi ungkapan cinta terhadap tanah dan hasil pertanian, tetapi juga sebagai pengingat bahwa perjuangan bersama adalah jalan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Puisi ini tidak hanya merayakan ikatan antar individu, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan arti perjuangan dalam konteks yang lebih luas, yaitu pencarian keadilan dan kemakmuran bagi semua lapisan masyarakat.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.