Puisi: Jerami (Karya Badruddin Emce)

Puisi "Jerami" karya Badruddin Emce menggambarkan kritik sosial terhadap bagaimana masyarakat seringkali tidak dapat memahami atau menangani ...
Jerami

Bara kembali menjadi api. Dan marak setumpuk jerami yang disiram kesedihan murni. Mungkin kau juga turut menyiram jerami-jerami itu dengan kebasahan sempurna yang disukai api.

Anak-anak yang tertangkap usai mengambil yang ia sukai dan memamerkannya pada yang merasa mempunyai. Usai menjual beberapa butir yang ia tak pernah kenal rasa dan baunya, kini entah di mana. Mungkin tengah meringkuk dalam kandungan. Menghisap puting doa dan lamunan istrimu.

Bengkak matanya, tetapi tak kapok mentertawai semua yang kebingungan mencarinya, mencarinya untuk melepas kembali ke jalanan yang sama. Tetapi kita memang suka direpotkan.

Jalan-jalan sore hanya untuk berpapasan kembali dengan anak berwajah tak pernah dilahirkan itu, penasaran sekali lagi sebelum sempat mendandani sebagai manusia sejati.

Kroya, 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Jerami" karya Badruddin Emce menghadirkan gambaran metaforis tentang penderitaan, kehilangan, dan refleksi sosial melalui simbolisme api dan jerami. Dengan gaya bahasa yang sarat dengan simbol dan alegori, puisi ini mengeksplorasi tema-tema tentang kemanusiaan dan keterasingan.

Simbolisme Api dan Jerami

Puisi dimulai dengan gambaran bara yang berubah menjadi api, mengubah setumpuk jerami yang disiram kesedihan menjadi simbol api itu sendiri. Api di sini berfungsi sebagai simbol dari penderitaan dan kesedihan yang membakar, sedangkan jerami melambangkan sesuatu yang mudah terbakar atau sesuatu yang rapuh.
  • "Bara kembali menjadi api. Dan marak setumpuk jerami yang disiram kesedihan murni.": Menunjukkan proses transformasi yang dramatis dari kesedihan menjadi sesuatu yang lebih destruktif, yaitu api.

Anak-Anak dan Keterasingan

Dalam bagian berikutnya, puisi menggambarkan anak-anak yang tertangkap setelah mengambil sesuatu yang mereka sukai dan menjualnya. Ini bisa ditafsirkan sebagai komentar sosial tentang keterasingan dan ketidakmampuan anak-anak untuk memahami sepenuhnya nilai dan makna dari tindakan mereka.
  • "Anak-anak yang tertangkap usai mengambil yang ia sukai dan memamerkannya pada yang merasa mempunyai.": Menyiratkan eksplorasi keingintahuan dan tindakan tanpa pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi.

Keterasingan dan Ketidakpedulian

Anak-anak tersebut kemudian digambarkan meringkuk dalam kandungan, menghisap puting doa dan lamunan istri. Ini bisa diartikan sebagai ketidakpedulian terhadap penderitaan atau ketidakmampuan untuk benar-benar mengatasi dan memahami situasi mereka.
  • "Mungkin tengah meringkuk dalam kandungan. Menghisap puting doa dan lamunan istrimu.": Menggambarkan bagaimana anak-anak tersebut mungkin menjadi bagian dari realitas yang lebih besar dan kompleks yang belum sepenuhnya mereka pahami.

Ketidakpedulian dan Kehilangan

Puisi ini juga menyiratkan ketidakpedulian terhadap pencarian dan upaya untuk menemukan kembali apa yang hilang. Tindakan mentertawai kebingungan orang-orang yang mencarinya mencerminkan sikap apatis atau ketidakpedulian terhadap usaha untuk memperbaiki keadaan.
  • "Bengkak matanya, tetapi tak kapok mentertawai semua yang kebingungan mencarinya.": Menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap penderitaan dan usaha orang lain untuk memperbaiki situasi.

Refleksi Sosial dan Kemanusiaan

Bagian akhir puisi menggambarkan perjalanan jalan sore yang bertemu kembali dengan anak berwajah tak pernah dilahirkan, menggambarkan keingintahuan dan ketidakmampuan untuk mendandani atau memahami sebagai manusia sejati.
  • "Jalan-jalan sore hanya untuk berpapasan kembali dengan anak berwajah tak pernah dilahirkan itu.": Menggambarkan pertemuan yang penuh arti dengan sesuatu yang tidak sepenuhnya dipahami atau tidak sepenuhnya ada.
Puisi "Jerami" karya Badruddin Emce adalah sebuah karya yang memadukan simbolisme dan refleksi sosial untuk mengeksplorasi tema tentang penderitaan, keterasingan, dan ketidakpedulian. Dengan penggunaan simbol api dan jerami, puisi ini menyajikan gambaran tentang bagaimana kesedihan dan penderitaan dapat mengubah dan mempengaruhi kehidupan kita. Anak-anak yang tertangkap dan ketidakpedulian terhadap pencarian mereka menggambarkan kritik sosial terhadap bagaimana masyarakat seringkali tidak dapat memahami atau menangani penderitaan secara mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna kemanusiaan dan bagaimana kita merespons penderitaan dan kehilangan di sekitar kita.

Badruddin Emce
Puisi: Jerami
Karya: Badruddin Emce

Biodata Badruddin Emce:
  • Badruddin Emce lahir di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada tanggal 5 Juli 1962.
© Sepenuhnya. All rights reserved.