Puisi: Jendela (Karya Toto Sudarto Bachtiar)

Puisi "Jendela" karya Toto Sudarto Bachtiar menggambarkan perasaan rindu, kerinduan, dan kompleksitas dalam hubungan antara dua individu.
Jendela

Dulu kutengok lagi dari sana, mungkin kau datang
Kebetulan tirai tersingkap angin pagi yang lantang
Mengantar pipimu yang merah tersipu
Alangkah beratnya rindu

Pada jendela berdetik-detik air hujan
Kutahu pasti kau akan tiba
Tak usah memandangku penuh hiba
Aku ingin tahu apa aku bisa pergi selamanya

Tak usah juga engkau menampikku
Karena aku pun sedia pergi
Menuju arah di mana musim-musimnya bisu
Buat selamanya.

Sumber: Etsa (1958)

Analisis Puisi:

Puisi "Jendela" karya Toto Sudarto Bachtiar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan rindu, kerinduan, dan keinginan untuk pergi dalam konteks hubungan yang kompleks antara dua individu. Puisi ini menggunakan gambaran jendela dan hujan sebagai metafora untuk menyampaikan perasaan ini.

Rindu dan Kerinduan: Puisi ini menciptakan suasana rindu dan kerinduan yang kuat. Penyair merenung tentang kenangan saat melihat ke luar jendela, dan kemungkinan datangnya orang yang dicintainya. Ini menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan nostalgis.

Gambaran Jendela: Jendela dalam puisi ini adalah simbol penting. Jendela sering kali digunakan dalam sastra sebagai simbol pembatas antara dunia dalam (rumah) dan dunia luar. Di sini, jendela menggambarkan harapan dan kemungkinan pertemuan dengan orang yang dicintai.

Hujan sebagai Simbol: Hujan dalam puisi ini mewakili perubahan dan transformasi. Hujan menciptakan detik-detik yang penting dalam kehidupan, seperti pertemuan dan perpisahan. Hujan juga menciptakan kontras antara kehangatan dalam rumah dan dunia luar yang basah dan tak terduga.

Perasaan Siap untuk Pergi: Penyair menyampaikan bahwa ia siap pergi, menuju arah yang musim-musimnya bisu, menunjukkan bahwa penyair ingin meninggalkan sesuatu yang telah terjadi dalam hubungannya. Ini menciptakan nuansa penyelesaian dan kemungkinan perpisahan.

Kompleksitas Hubungan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang hubungan yang kompleks antara dua individu. Ada rasa rindu dan kerinduan, tetapi juga perasaan siap untuk pergi. Hal ini menciptakan nuansa konflik emosional dan ketidakpastian dalam hubungan.

Secara keseluruhan, "Jendela" adalah sebuah puisi yang menggunakan gambaran jendela dan hujan sebagai simbol untuk menggambarkan perasaan rindu, kerinduan, dan kompleksitas dalam hubungan antara dua individu. Puisi ini menciptakan nuansa emosional yang mendalam dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan perasaan dan konflik yang mungkin mereka alami dalam hubungan pribadi mereka sendiri.

Puisi: Jendela
Puisi: Jendela
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Biodata Toto Sudarto Bachtiar:
  • Toto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
  • Toto Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 (pada usia 77 tahun).
  • Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.