Puisi: Jenazah (Karya Gimien Artekjursi)

Puisi "Jenazah" karya Gimien Artekjursi mengajak pembaca untuk merenung tentang kematian dan arti dari perpisahan dalam hidup kita.
Jenazah

Kukubur bulan di kali
Sehabis gerimis. Mengikis tangis
Langit mati. Sepanjang jejak setapak
Jiwa-jiwa kita, menghantar sampai pekuburan


1983

Sumber: Horison (Agustus, 1984)

Catatan:
Sebelumnya puisi ini muncul di Horison edisi Juni 1984 (dimuat tanpa mencantumkan nama pengarang). Redaksi Horison kemudian memutuskan untuk memuat kembali puisi ini pada Horison edisi Agustus 1984 untuk menjelaskan bahwa puisi ini adalah karya Gimien Artekjursi.

Analisis Puisi:

Puisi "Jenazah" karya Gimien Artekjursi menggambarkan tema kesedihan dan kehilangan dengan imaji yang kuat dan melankolis. Dengan struktur yang sederhana namun penuh makna, puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang kematian dan perpisahan.

Tema dan Makna Puisi

  • Gambar Kematian dan Kesedihan: Puisi ini dimulai dengan gambaran bulan yang dikubur di kali setelah hujan, yang menandakan akhir dari sesuatu yang berharga: "Kukubur bulan di kali / Sehabis gerimis. Mengikis tangis" Gambaran bulan yang dikubur menciptakan imaji kematian dan akhir dari sesuatu yang indah. Hujan atau gerimis di sini melambangkan air mata dan kesedihan, sementara bulan yang dikubur melambangkan sesuatu yang telah kehilangan cahayanya dan akhirnya hilang.
  • Langit Mati dan Jejak Setapak: Kehilangan dan kematian lebih diperjelas dengan imaji langit yang mati dan jejak setapak: "Langit mati. Sepanjang jejak setapak" Langit yang mati melambangkan ketiadaan kehidupan atau harapan, sedangkan jejak setapak menunjukkan jejak kehidupan yang telah berlalu, meninggalkan jejak yang harus diikuti untuk mencapai akhir.
  • Penghantaran Jiwa: Bagian akhir puisi menyoroti perjalanan jiwa-jiwa yang menghantar sampai pekuburan: "Jiwa-jiwa kita, menghantar sampai pekuburan" Ini menggambarkan proses perpisahan dan penguburan sebagai bagian dari siklus kehidupan, di mana jiwa-jiwa yang telah pergi diantar ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

  • Gaya Bahasa: Gimien Artekjursi menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna dalam puisi ini. Pilihan kata seperti "bulan," "kali," dan "jejak setapak" menciptakan gambar yang jelas dan kuat tentang kematian dan kehilangan. Bahasa ini menimbulkan rasa melankolia dan refleksi mendalam.
  • Struktur dan Bentuk Puisi: Puisi ini disusun dalam bentuk yang ringkas dengan tiga baris yang saling berhubungan. Struktur ini memperkuat kesan kesederhanaan dan kedalaman emosi yang disampaikan. Dengan penggunaan imaji yang kuat, puisi ini menyampaikan pesan dengan cara yang langsung namun menyentuh.
  • Imaji dan Simbolisme: Imaji bulan yang dikubur, langit mati, dan jejak setapak berfungsi sebagai simbol kematian dan akhir dari perjalanan hidup. Bulan mewakili sesuatu yang indah dan berharga yang telah hilang, sementara langit yang mati menandakan ketiadaan dan kehilangan. Jejak setapak menunjukkan perjalanan hidup yang telah berakhir, menuju pekuburan.
Puisi "Jenazah" karya Gimien Artekjursi adalah sebuah karya yang menyentuh tentang kematian dan perpisahan. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang sederhana, puisi ini menggambarkan kesedihan dan kehilangan dengan cara yang sangat mendalam. Struktur puisi yang ringkas dan pemilihan kata yang cermat menciptakan refleksi yang kuat tentang akhir dari kehidupan dan perjalanan jiwa menuju peristirahatan terakhir. Melalui puisi ini, Artekjursi mengajak pembaca untuk merenung tentang kematian dan arti dari perpisahan dalam hidup kita.

Gimien Artekjursi
Puisi: Jenazah
Karya: Gimien Artekjursi

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pemburu LautPemburu Laut yang membabi butaKau buru ikan-ikan sampai ke benihnyaRacun kau larutkan pada laut perawanBom bom bomKau hancurkan terumbu karangDemi ambisi dan keserakaha…
  • Sederhana Bukan?: kepada yang tercinta RD Aleksius Saridin HiroBetapa sederhananya hidup,Ketika raga sudah akrab dengan kefanaanTingkah paling bijak adalah menutup mata rapat-rapat…
  • Otak Bisucinta, hatisemua palsukau datang,mengetuk tirai hati,menebar jemari,menyusup gelapnya bisik hati,mengurai derita tanpa jejak.andai, 'ku sadar.kau perompak,kau pendosa,kau …
  • Elegi di Ujung RakitHampar ilalang merayu senjaangin bisikkan cerita rumpun padilesung tua di ujung desa menantisuara memarut sunyi, serupa rindumenggenang di atas jernih sungaiRak…
  • Rintik Bisuingin rasa ini,mengemassebungkus mendung di matamu yang rinaidi antara ribuan pintal awan doagemuruhnya akan terdengar olehnya meski lama sampaitapi bukan dari lisan pet…
  • MimpiGadis manis, lesung pipi terlihat kala tersenyumSemilir angin melajukan rakit ke seberangTerlihat jelas hampar bunga mekar sempurnaWarna warni manjakan mataKupu-kupu terbang, …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.