Puisi: Jembatan (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Jembatan" menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks dari cinta dan kehilangan, memperlihatkan bagaimana kesedihan dapat diubah ...
Jembatan

        Al-mautu jasrun bainul habibi wal habib*

Nafiri melengking
gema bersambung sambung
di lembah ngarai dan gunung
melayah rendah
di atas tegalan dan padang lalang
ujung gaungnya
memasuki kampung dan kota
mengetuk tiap pintu

Nafiri berbunyi
dan angin menghanyutkannya
membeku bisu
semua lagu dunia
semua kata-kata
membeku membisu

Nafiri berbunyi
dan sebuah jurang menganga
memisahkan
aku
dengan
Dia

Akulah si pencinta itu
yang kini tinggal sendiri
sesat dalam rimba lebat

Rahasia kami terpendam
dalam jurang
dalam jurang dalam
rahasia kami berdua
terpendam
dalam jurang
ini

Nafiri berbunyi
dan jembatan pun terbentang
di antara
kami

Sumber: Horison (Januari, 1989)

Catatan:
* Kematian ialah jembatan di antara si pencinta dengan kekasihnya. (Hadis).

Analisis Puisi:

Puisi "Jembatan" karya Idrus Tintin menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, dan perpisahan, yang ditandai dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan nuansa yang puitis. Menggunakan kutipan hadis, “Al-mautu jasrun bainul habibi wal habib,” sebagai landasan, puisi ini menyoroti bagaimana kematian berfungsi sebagai jembatan antara dua hati yang saling mencintai.

Makna dan Tema

Puisi ini mengawali dengan deskripsi suara nafi yang melengking, menggema di lembah dan gunung. Suara ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol dari kehidupan dan perayaan, tetapi juga menjadi tanda kesedihan dan kehilangan. Nafiri yang berbunyi menggambarkan keadaan dunia yang membeku, di mana semua lagu dan kata-kata terhenti. Ini menandakan bahwa ketika kehilangan terjadi, hidup seolah-olah berhenti, menciptakan kesunyian yang mendalam.

Cinta dan Kehilangan

Idrus Tintin menggunakan perumpamaan jurang sebagai simbol pemisah antara si pencinta dan kekasihnya. Dalam konteks ini, jurang bukan hanya fisik, tetapi juga emosional—sebuah representasi dari kesedihan dan kerinduan yang mendalam. Penyair mengungkapkan rasa kesepian dan kebingungan, menggambarkan dirinya sebagai "si pencinta yang kini tinggal sendiri, sesat dalam rimba lebat." Ini menciptakan citra visual yang kuat tentang rasa kehilangan yang dirasakan ketika kita terpisah dari orang yang kita cintai.

Jembatan sebagai Simbol

Namun, meskipun ada jurang yang memisahkan, puisi ini juga menawarkan harapan dengan hadirnya jembatan. Jembatan tersebut melambangkan jalan menuju pertemuan kembali, mengindikasikan bahwa cinta, meskipun terpisah oleh jarak atau bahkan kematian, tetap ada dan akan selalu memiliki jalan untuk bersatu. Ini selaras dengan makna hadis yang menekankan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah transisi yang membawa cinta ke dimensi yang lebih tinggi.

Puisi "Jembatan" menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks dari cinta dan kehilangan, memperlihatkan bagaimana kesedihan dapat diubah menjadi harapan. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, Idrus Tintin berhasil menyentuh tema universal tentang cinta, memberi makna baru pada pengalaman yang sering kali kita anggap sebagai akhir. Dalam konteks ini, puisi ini menjadi sebuah pengingat bahwa meskipun ada pemisahan, cinta sejati akan selalu menemukan cara untuk bersatu kembali, bahkan di balik batasan kehidupan dan kematian.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Jembatan
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.