Puisi: Jalan Lora (Karya Raedu Basha)

Puisi "Jalan Lora" adalah refleksi mendalam tentang perjalanan batin, kesedihan, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dengan menggunakan simbolisme ..
Jalan Lora

Telah kutapaki jalan
yang tak kau tunjukkan.

Jalan terlarang dalam pesan-pesan
sakit masa silam.

Dan kutanggung rintih sepanjang derap
sebab kau pergi sebelum aku benar-benar siap.

Untuk berangkat
mengiringi kesunyianmu.

Namun lafal-lafal di dadaku
senantiasa tancap.

Kueja terus di setiap
udara kuhirup
sebagai jawab.

Bagi isyarat tanya
yang degab
dalam degup.

Bait-bait alfiah
firman-sabda singkat.

Memagari ruh
dan nur lubang-lubang tubuh.

Bagaikan rajah-rajah
bertintakan sepertigamalam.

Menulis jimat langit subuh
menjelma syair yang mendesirkan aortaku.

Namun aku
belum bisa menyiapkan kertas baru.

Bagi lafal-lafal, menjamu santri dan tamu
sebasah kalbu menulis petuah.

Tentang pahala dan loba, sebab aku
masih betah bermain di jalan ini.

Jalan yang sama sekali
tak pernah terbayangkan.

Lora: musik, celana, kopi, puisi,
dan menikahi gadis perantauan.

Ganding Pustaka, 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan Lora" karya Raedu Basha menyajikan sebuah perjalanan emosional dan refleksi pribadi yang mendalam. Melalui bahasa yang kuat dan simbolis, puisi ini menggambarkan perjalanan batin dan tantangan yang dihadapi penulis dalam mengatasi masa lalu dan mencari makna dalam kehidupan. Dengan menggabungkan elemen yang beragam seperti musik, puisi, dan pengalaman pribadi, puisi ini mengundang pembaca untuk mengeksplorasi tema-tema kesadaran diri, kesedihan, dan pencarian makna.

Jalan Terlarang dan Kesedihan Masa Lalu

Puisi ini dimulai dengan pernyataan, "Telah kutapaki jalan / yang tak kau tunjukkan." Baris ini mengindikasikan perjalanan yang dilakukan tanpa bimbingan atau petunjuk dari orang lain, mungkin menggambarkan jalan hidup yang penuh tantangan dan kesulitan. "Jalan terlarang dalam pesan-pesan / sakit masa silam" menyiratkan bahwa perjalanan ini melibatkan menghadapi kenangan dan luka dari masa lalu yang belum sepenuhnya sembuh.

Penulis melanjutkan dengan "Dan kutanggung rintih sepanjang derap / sebab kau pergi sebelum aku benar-benar siap." Ini mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidaksiapan yang dirasakan karena seseorang yang penting telah meninggalkan penulis sebelum waktunya. Rintihan dan kesedihan menjadi bagian dari proses menghadapi kesunyian dan kehilangan.

Lafal dan Isyarat dalam Dada

"Namun lafal-lafal di dadaku / senantiasa tancap" menggambarkan betapa kata-kata dan perasaan mendalam tertanam kuat dalam diri penulis. "Kueja terus di setiap / udara kuhirup / sebagai jawab" menunjukkan bahwa meskipun penulis berusaha untuk memahami atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hidup, kata-kata dan makna tersebut tetap melekat pada dirinya.

Baris yang disebutkan dalam puisi ini "alfiah / firman-sabda singkat" menunjukkan keterhubungan dengan teks-teks religius atau spiritual, yang memagari "ruh dan nur lubang-lubang tubuh." Ini menggambarkan bagaimana keyakinan dan petuah spiritual membentuk dan melindungi jiwa dan tubuh penulis.

Simbolisme dan Pencarian Makna

Puisi ini juga menyentuh tema simbolisme dan pencarian makna melalui "rajah-rajah / bertintakan sepertigamalam" dan "jimat langit subuh." Rajah-rajah dan jimat menggambarkan upaya untuk menemukan perlindungan atau makna dalam simbol-simbol, sedangkan "menjelma syair yang mendesirkan aortaku" menunjukkan bahwa puisi dan seni memiliki kekuatan untuk menyentuh inti perasaan dan pengalaman penulis.

Penulis menyadari bahwa meskipun ia berusaha untuk menyiapkan "kertas baru" dan "menulis petuah," ia masih terjebak dalam "jalan yang sama sekali / tak pernah terbayangkan." Ini mencerminkan perasaan terjebak dalam pola lama atau tantangan yang tidak terduga, meskipun ada upaya untuk mencari pemahaman atau pertumbuhan.

Koneksi dengan Kehidupan dan Identitas

Akhir puisi mencantumkan "Lora: musik, celana, kopi, puisi, / dan menikahi gadis perantauan." Frasa ini menyoroti elemen kehidupan sehari-hari yang sederhana namun berarti bagi penulis. "Lora" menjadi simbol dari berbagai aspek kehidupan yang mencerminkan identitas dan kebiasaan penulis, seperti musik, puisi, dan hubungan pribadi. Ini menunjukkan bahwa meskipun penulis menghadapi tantangan dan kesedihan, elemen-elemen ini tetap menjadi bagian penting dari kehidupannya.

Puisi "Jalan Lora" adalah refleksi mendalam tentang perjalanan batin, kesedihan, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dengan menggunakan simbolisme dan metafora yang kuat, Raedu Basha menggambarkan bagaimana pengalaman masa lalu, keyakinan spiritual, dan elemen kehidupan sehari-hari saling terkait dalam perjalanan pribadi. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara pengalaman emosional, pencarian makna, dan identitas pribadi, serta bagaimana kita menghadapi tantangan dan menemukan makna dalam kehidupan kita yang penuh warna.

"Puisi Raedu Basha"
Puisi: Jalan Lora
Karya: Raedu Basha
© Sepenuhnya. All rights reserved.