Sumber: Horison (November, 1979)
Analisis Puisi:
Puisi "Indonesiaku" karya Hamid Jabbar adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan kekayaan bahasa dan kepelbagaian makna. Puisi ini menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang kondisi tanah air, sekaligus membangkitkan rasa cinta, kepedihan, dan kecemasan.
Penyajian Gambaran Tanah Air: Puisi ini dimulai dengan gambaran "jalan berliku-liku" yang mencerminkan kompleksitas perjalanan atau kehidupan dalam konteks tanah air. "Tanah airku penuh rambu-rambu" memberikan nuansa aturan dan petunjuk yang harus diikuti.
Metafora dan Personifikasi: Pemilihan metafora seperti "Sehelai karcis di genggaman" dan personifikasi dalam kalimat "Engkau tersenyum dan sakit gigi" memberikan karakter dan emosi pada tanah air, seolah-olah tanah air menjadi entitas yang hidup dan memiliki perasaan.
Dialog dan Narasi Puisi: Penggunaan dialog antara tanah air dan penyair menciptakan hubungan yang lebih personal dan menambah dimensi dramatis dalam puisi ini. Dialog ini memberikan kesempatan pada pembaca untuk melihat pandangan tanah air dari sudut pandang yang lebih dekat.
Pemilihan Kata dan Frasa: Pemilihan kata-kata seperti "terpampang dalam headline dan tajuk rencana koran-koran ibukota" menunjukkan bagaimana tanah air hadir dalam berita dan informasi, menciptakan kesan bahwa tanah air selalu menjadi fokus perhatian.
Gambaran Perjalanan dan Perasaan: Deskripsi perjalanan dengan bus tua yang "tua-tua keladi" menciptakan gambaran perjalanan yang sulit dan penuh tantangan. Perasaan cemas dan malu tergambar dari narasi yang bercampur-baur dan merujuk pada keadaan yang tidak selalu baik.
Pemenggalan dan Pemisahan: Penggunaan repetisi frasa "jalan berliku-liku, tanah airku, penuh rambu-rambu, Indonesiaku" memberikan ritme dan kekuatan pada puisi, sekaligus menekankan pentingnya setiap elemen tersebut.
Kontras dan Konflik: Puisi menciptakan kontras antara citra positif dan negatif, seperti "Engkau yang duduk terantuk-antuk" dan "mabuk lebih dalam lagi." Ini menciptakan perasaan konflik dan ketidakpastian dalam hubungan antara penyair dan tanah airnya.
Kritik Sosial: Dalam penggambaran bus jalan yang tua dan kondisi jalan yang sulit, puisi ini memberikan gambaran tentang tantangan dan masalah infrastruktur di dalam negeri. Selain itu, kritik sosial terhadap keadaan pendidikan dan kebijakan juga tercermin melalui frasa "seribu tanda sekolah memperbodoh kearifan nenek moyangku."
Puisi "Indonesiaku" bukan sekadar puisi, melainkan karya sastra yang sarat makna, menampilkan kekayaan bahasa, dan memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung. Melalui dialog antara penyair dan tanah air, puisi ini menciptakan hubungan yang intim dan penuh emosi, memberikan gambaran kompleks dan mendalam tentang kondisi Indonesia.
Karya: Hamid Jabbar
Biodata Hamid Jabbar:
- Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
- Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.