Puisi: Ida (Karya Agam Wispi)

Puisi "Ida" karya Agam Wispi memberikan inspirasi untuk selalu melihat keindahan dalam hidup, meskipun harus melewati saat-saat sulit.
Ida

dari segala yang hilang tak kucari lagi
hadir di sini mawar merah kembang pagi
boleh jadi dik, sajah memilih orangnya sendiri
namun kau mawar merah kembang pagi.

Jakarta, 3 Juli 1955

Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Ida" karya Agam Wispi menawarkan gambaran yang indah dan penuh makna tentang cinta dan penerimaan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun mendalam, Wispi menciptakan suasana yang memikat, mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara kehilangan, harapan, dan keindahan yang ada di sekeliling kita.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini dimulai dengan kalimat “dari segala yang hilang tak kucari lagi”, yang menciptakan nuansa resignasi terhadap kehilangan. Frasa ini mengisyaratkan penerimaan atas apa yang telah pergi dan menunjukkan sikap yang tegas dalam melanjutkan hidup. Ini bisa diinterpretasikan sebagai upaya untuk melepaskan beban emosional, menandakan bahwa pencarian kembali terhadap yang hilang tidak lagi relevan.

Kemudian, Wispi memperkenalkan “mawar merah kembang pagi” sebagai simbol keindahan dan harapan. Mawar merah sering diasosiasikan dengan cinta, sementara “kembang pagi” menandakan awal yang baru dan kesegaran. Dengan kata-kata ini, penulis menekankan bahwa meskipun ada kehilangan, keindahan dan cinta tetap ada di sekitar kita, siap untuk diterima.

Tema Pilihan dan Penerimaan

Di baris “boleh jadi dik, sajah memilih orangnya sendiri”, terdapat pengakuan bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya. Kata “sajah” menunjukkan keintiman, seolah penulis berbicara langsung kepada Ida, menggambarkan perasaan saling menghormati dalam hubungan. Ini menegaskan bahwa cinta bukan hanya tentang kepemilikan, tetapi juga tentang memberi kebebasan kepada orang yang kita cintai.

Akhir puisi, “namun kau mawar merah kembang pagi”, menggarisbawahi penegasan tentang keberadaan Ida dalam hidup penulis. Meskipun ada pilihan dan kehilangan, kehadiran Ida tetap menjadi simbol cinta dan harapan. Dengan ini, Wispi berhasil menyampaikan pesan bahwa meski kita menghadapi kehilangan, cinta sejati tetap ada dan dapat ditemukan dalam bentuk yang baru.

Puisi "Ida" karya Agam Wispi adalah refleksi yang indah tentang cinta, kehilangan, dan penerimaan. Melalui citra yang kuat dan bahasa yang sederhana, puisi ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa dalam setiap kehilangan, selalu ada keindahan dan harapan yang menanti. Wispi berhasil menunjukkan bahwa cinta sejati adalah tentang menghargai keberadaan satu sama lain, meskipun dalam perjalanan hidup yang penuh pilihan. Puisi ini memberikan inspirasi untuk selalu melihat keindahan dalam hidup, meskipun harus melewati saat-saat sulit.

Agam Wispi
Puisi: Ida
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.