Puisi: Hati (Karya Idrus Tintin)

Puisi Hati karya Idrus Tintin dengan efektif menangkap esensi dari kondisi emosional manusia dalam dunia yang sering kali terlalu berisik.
Hati

Lucut matahari
Garang beringasnya
Liar ribuan genderang
Berpalu sepi

Angan menabuh
Dalam riuh
Dan tinggal matahari
Telanjang dan tanggal
Mata hati yang radang

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi Hati karya Idrus Tintin menawarkan eksplorasi mendalam tentang kondisi emosional manusia, terutama ketika berhadapan dengan keheningan dan keramaian. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan simbolisme yang tajam, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidakpastian dan kerentanan yang ada di dalam hati.

Penggambaran Matahari dan Keterasingan

Puisi dibuka dengan kalimat yang kuat: “Lucut matahari / Garang beringasnya.” Di sini, matahari menjadi simbol kekuatan dan kehidupan, tetapi juga menjadi representasi dari ketidakberdayaan dan keterasingan. Istilah “garang beringas” menunjukkan intensitas dan kekuatan yang berlebihan, menciptakan suasana yang tegang. Dalam konteks ini, matahari tidak hanya memberikan cahaya, tetapi juga membebani dan menindas, menciptakan perasaan kesepian di tengah keramaian.

Suara dan Kebisingan

Selanjutnya, “Liar ribuan genderang / Berpalu sepi” menggambarkan irama kehidupan yang kontras. Meskipun ada suara dan kebisingan yang berlipat ganda, tetap ada elemen sepi yang mendasarinya. Ini menciptakan ironi di mana kehidupan tampak ramai, tetapi di dalamnya terdapat kesunyian yang menyakitkan. Penggambaran ini mencerminkan bagaimana seseorang dapat merasa kesepian meskipun dikelilingi oleh banyak orang.

Refleksi Emosional

Pada baris selanjutnya, “Angan menabuh / Dalam riuh,” penulis mengisyaratkan bahwa dalam keramaian tersebut, pikiran dan harapan juga berusaha untuk bersuara. Namun, meskipun ada harapan yang mencoba muncul, tetap ada ketidakpastian yang melingkupi. Ini mencerminkan perjuangan batin seseorang dalam menghadapi perasaan dan harapan yang bertabrakan dengan kenyataan.

Keterbukaan Hati dan Kerentanan

Baris-baris terakhir, “Dan tinggal matahari / Telanjang dan tanggal / Mata hati yang radang,” menunjukkan kepedihan yang mendalam. Matahari, yang awalnya menjadi simbol kekuatan, kini terasa telanjang dan kehilangan makna. Istilah “mata hati yang radang” menggambarkan kerentanan emosional, di mana hati menjadi sakit karena beban dan tekanan yang dirasakan. Ini menunjukkan bahwa di balik kebisingan dan keramaian, ada kesedihan dan ketidakpastian yang menggerogoti jiwa.

Puisi Hati karya Idrus Tintin dengan efektif menangkap esensi dari kondisi emosional manusia dalam dunia yang sering kali terlalu berisik. Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan penggambaran yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan batin mereka sendiri. Ini adalah pengingat bahwa, meskipun kehidupan dapat tampak ramai dan bising, ada aspek-aspek tersembunyi dari kesedihan, kerentanan, dan pencarian harapan yang sering kali terabaikan. Dalam keheningan dan keramaian, puisi ini menciptakan ruang bagi kita untuk merenungkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kita.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Hati
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.