Gerimis
Bulan remang
malam gerimis
Tidurlah sayang
lupakan tangis
Letakkan kepalamu di dadaku
biar kuelus dengan hatiku
Letakkan kepercayaan di hatimu
besok bumi merekah di tanganmu
Bulan remang
malam gerimis
Senyumlah sayang
hidup pun manis
Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Gerimis" karya Sabar Anantaguna menyajikan sebuah momen intim yang penuh kehangatan dan harapan di tengah suasana malam yang lembap. Melalui pilihan kata yang sederhana namun puitis, puisi ini menciptakan nuansa yang mendayu-dayu, mengajak pembaca untuk merasakan kedekatan emosional antara pengucap dan orang yang dicintainya.
Suasana dan Imaji
Pembukaan puisi dengan "Bulan remang / malam gerimis" menciptakan gambaran visual yang menenangkan. Bulan yang remang dan gerimis malam memberikan nuansa melankolis namun juga romantis. Imaji ini membangun latar belakang yang ideal untuk momen keintiman, di mana ketidakpastian dan kesedihan diubah menjadi kehangatan.
Pesan Penghiburan
Pernyataan "Tidurlah sayang / lupakan tangis" menunjukkan usaha pengucap untuk menghibur orang yang dicintainya. Ada dorongan untuk meninggalkan kesedihan dan beristirahat, menciptakan suasana aman yang didukung oleh cinta dan kepercayaan. Ini mencerminkan peran pengucap sebagai sosok pelindung, siap menenangkan dan mengayomi.
Keintiman Emosional
Kalimat "Letakkan kepalamu di dadaku / biar kuelus dengan hatiku" menekankan keintiman antara dua individu. Pengucap menawarkan tempat perlindungan, dan tindakan mengelus menjadi simbol kasih sayang yang mendalam. Ada rasa saling percaya dan keterikatan yang kuat dalam pernyataan ini, menggambarkan hubungan yang harmonis.
Harapan dan Kepercayaan
Bagian selanjutnya, "Letakkan kepercayaan di hatimu / besok bumi merekah di tanganmu", membawa pesan harapan dan keyakinan. Pengucap berusaha menanamkan keyakinan bahwa meskipun ada kesedihan di malam hari, masa depan akan membawa kebahagiaan dan peluang baru. "Bumi merekah" menjadi simbol potensi dan kebangkitan, memberikan semangat untuk menghadapi hari esok.
Penutup yang Manis
Puisi ditutup dengan "Senyumlah sayang / hidup pun manis," yang menekankan pentingnya sikap positif meskipun di tengah kesulitan. Ini menunjukkan bahwa hidup, meskipun penuh tantangan, tetap memiliki keindahan jika kita mampu melihatnya dari sudut pandang yang benar. Penutupan ini memberikan semangat dan optimisme, mengajak pembaca untuk mengingat bahwa senyuman dapat mengubah cara pandang kita terhadap hidup.
Puisi "Gerimis" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah karya yang indah dalam menangkap momen keintiman dan penghiburan di tengah kesedihan. Melalui suasana malam yang remang dan gerimis, puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan kekuatan cinta dan harapan. Dengan bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengingatkan kita bahwa meskipun hidup dipenuhi dengan tantangan, kita dapat menemukan keindahan dan kebahagiaan melalui hubungan yang erat dan saling percaya.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.