Gairah di Bumi Merah
untuk Tran Mai
di situ rindu menanti
ke situ musafir membawa diri;
di situ kasih memenuhi hati
di situ musafir tak enggan mati.
di situ sahabat disambut
seperti pulangnya sianakhilang,
di situ hati terpaut
terpancing tak pakai umpan.
my brother,
my comrade in arms!
sahabat sejarah
kawan seperjuangan,
inilah gairah
di bumi merah.
Pintjiang (Perbatasan Tiongkok Viet Nam), September 1959
Sumber: Dari Bumi Merah (1963)
Analisis Puisi:
Puisi "Gairah di Bumi Merah" karya HR. Bandaharo adalah sebuah karya yang merayakan semangat persahabatan dan perjuangan di tengah konteks politik dan sosial. Puisi ini menggambarkan sebuah rasa kebersamaan dan pengorbanan di "bumi merah," yang bisa merujuk pada Korea Utara sebagai simbol ideologi dan perjuangan revolusioner.
Tema Persahabatan dan Perjuangan
Tema utama dalam puisi ini adalah persahabatan dan perjuangan. Puisi ini menggambarkan hubungan erat antara musafir (atau pejuang) dan sahabatnya yang telah mengalami perjalanan bersama di "bumi merah," yang bisa diartikan sebagai simbol tanah perjuangan. Hubungan ini digambarkan dengan penuh gairah dan kekuatan, menunjukkan betapa pentingnya dukungan dan solidaritas dalam perjuangan bersama.
- "Di situ rindu menanti" menggambarkan kerinduan yang mendalam dan harapan untuk bertemu kembali dengan sahabat atau rekan seperjuangan.
- "Di situ musafir membawa diri" menunjukkan perjalanan atau pengembaraan yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama, serta dedikasi dan pengorbanan yang diperlukan dalam perjuangan.
- "Di situ kasih memenuhi hati" menekankan betapa pentingnya kasih sayang dan persahabatan dalam memberikan kekuatan dan motivasi.
Simbolisme Bumi Merah
"Bumi merah" dalam puisi ini adalah simbol dari wilayah yang diliputi oleh perjuangan dan ideologi revolusioner. Bumi merah merujuk pada tempat yang menjadi pusat perjuangan dan pengorbanan, tempat di mana semangat dan gairah ditanamkan. Ini bisa merujuk pada Korea Utara atau secara umum kepada wilayah yang terlibat dalam perjuangan ideologis dan politik.
- "Gairah di bumi merah" mencerminkan semangat perjuangan yang membara dan kesetiaan terhadap ideologi dan sahabat. Bumi merah adalah simbol dari komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam perjuangan.
Teknik Bahasa dan Imaji
Bandaharo menggunakan beberapa teknik bahasa dan imaji untuk memperkuat pesan dan makna puisi ini:
- Metafora dan Personifikasi: Puisi ini menggunakan metafora untuk menggambarkan perjalanan dan hubungan emosional. Misalnya, "di situ hati terpaut" menunjukkan keterikatan emosional yang mendalam yang tidak memerlukan alasan atau alasan tambahan.
- Imaji: Puisi ini menciptakan gambar yang jelas tentang perasaan dan suasana hati melalui deskripsi seperti "sahabat disambut" dan "seperti pulangnya sianakhilang", menggambarkan rasa pulang yang hangat dan menyentuh.
Puisi "Gairah di Bumi Merah" karya HR. Bandaharo adalah perayaan semangat persahabatan dan perjuangan yang mendalam. Melalui simbolisme bumi merah, teknik bahasa yang kuat, dan imaji yang menggugah, Bandaharo berhasil menyampaikan makna mendalam tentang solidaritas dan dedikasi dalam perjuangan bersama. Puisi ini tidak hanya merayakan semangat kolektif tetapi juga menghargai kekuatan persahabatan dan pengorbanan yang menyertainya. Melalui karya ini, pembaca dapat merasakan gairah dan semangat yang menggerakkan perjuangan di bumi merah, serta nilai-nilai yang mendasarinya.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.