Puisi: Gadis Luar Kota (Karya Agam Wispi)

Puisi "Gadis Luar Kota" karya Agam Wispi menyajikan gambaran yang dalam tentang perasaan rindu, kesunyian, dan kerinduan terhadap seseorang yang ...
Gadis Luar Kota

sudah bersobat jalan sunyi dan gerimis
tersedu lampu bersama malam yang menangis
jika bulan sudah sendiri menapis caya
tidurlah, sayang, sampai lapar tak lagi terasa

Medan, 31 Agustus 1955

Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Gadis Luar Kota" karya Agam Wispi menyajikan gambaran yang dalam tentang perasaan rindu, kesunyian, dan kerinduan terhadap seseorang yang dicintai. Melalui pilihan kata yang sederhana namun penuh makna, Wispi berhasil menangkap nuansa emosional yang kompleks dalam interaksi manusia dan alam.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini dimulai dengan ungkapan “bersobat jalan sunyi dan gerimis”, yang menciptakan suasana tenang namun melankolis. Kata “sobat” menunjukkan kedekatan, sementara “jalan sunyi” dan “gerimis” menandakan perjalanan yang sepi dan penuh refleksi. Ini mencerminkan perasaan kehilangan dan kerinduan, menggambarkan bagaimana kesunyian bisa menjadi teman dalam perjalanan hidup.

Selanjutnya, “tersedu lampu bersama malam yang menangis” mengindikasikan suasana yang dramatis. Lampu yang “tersedu” seolah mencerminkan ketidakberdayaan dan kesedihan. Malam yang “menangis” membawa konotasi emosi yang mendalam, seolah alam juga merasakan kesedihan yang dialami oleh penggambaran gadis dalam puisi ini.

Tema Kesepian dan Tidur

Ketika Wispi menulis “jika bulan sudah sendiri menapis cahaya”, terdapat refleksi tentang kesepian. Bulan, yang sering diasosiasikan dengan romantisme dan keindahan, di sini digambarkan dalam keadaan sendirian. Ini memperkuat tema kesepian dan kerinduan yang mendalam.

Akhir puisi, “tidurlah, sayang, sampai lapar tak lagi terasa”, menunjukkan harapan dan keinginan untuk menemukan ketenangan dalam mimpi. Tidur menjadi simbol pelarian dari realitas yang pahit, mengisyaratkan bahwa terkadang kita perlu menutup mata untuk menghadapi kesedihan yang kita rasakan.

Puisi "Gadis Luar Kota" karya Agam Wispi adalah karya yang kuat dalam menggambarkan nuansa kesepian dan kerinduan. Melalui penggunaan citra yang kuat dan bahasa yang puitis, Wispi mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan mereka sendiri terhadap cinta dan kehilangan. Puisi ini bukan hanya sekadar ungkapan emosi, tetapi juga sebuah refleksi tentang bagaimana kita menghadapi kesedihan dalam hidup kita.

Agam Wispi
Puisi: Gadis Luar Kota
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.