Puisi: Epos Dasa Warsa (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Epos Dasa Warsa" karya Adi Sidharta mencerminkan semangat kolektif, dedikasi, dan pengorbanan dari para pejuang yang berjuang demi keadilan ...
Epos Dasa Warsa
Kepada Angkatan 45

Masih jauh jalan angkatan
joang kita beribu kali Sparta.

Hormat membunga di dalam dada
pada mereka ikhlas segala
dan kagum kepada diri sendiri
berdasawarsa setia cita
memenangkan jemu dan putus asa.

Angkatan kita angkatan tidak bertanya
hari libur selesai tugas
derita bangsa jadi jawaban
kekinian yang jadi nyawa
keindahan hidup pahlawan zaman.

Makin jauh jalan angkatan
epos kita beribu kali Sparta.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Epos Dasa Warsa" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang mengungkapkan perjalanan panjang dan penuh makna dari sebuah angkatan perjuangan. Dengan lirik yang penuh simbolisme, puisi ini mencerminkan semangat kolektif, dedikasi, dan pengorbanan dari para pejuang yang berjuang demi keadilan dan kemerdekaan.

Perjalanan Panjang

Pembukaan puisi yang menyatakan, "Masih jauh jalan angkatan," menandakan bahwa perjuangan belum berakhir. Penyair menggambarkan jalan yang panjang dan penuh rintangan yang harus dilalui oleh generasi yang berjuang. Ungkapan "joang kita beribu kali Sparta" menciptakan kontras antara perjuangan yang dihadapi dengan keberanian yang ditunjukkan oleh Spartans, menggambarkan semangat juang yang tinggi dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai tantangan.

Rasa Hormat dan Penghargaan

Selanjutnya, Sidharta mengekspresikan "hormat membunga di dalam dada," menunjukkan rasa hormat yang mendalam kepada para pejuang yang telah berkorban dengan ikhlas. Perasaan kagum kepada diri sendiri juga menunjukkan proses refleksi dan pengakuan akan perjuangan yang telah dilalui. Frasa "berdasawarsa setia cita" menandakan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang lebih tinggi.

Pertanyaan dan Jawaban dalam Perjuangan

Di bait berikutnya, penyair menekankan bahwa "angkatan kita angkatan tidak bertanya," mencerminkan semangat tanpa henti dalam menghadapi derita bangsa. Tugas dan beban yang diemban menjadi jawaban atas pertanyaan mendalam mengenai tujuan perjuangan. "Kekinian yang jadi nyawa" mengisyaratkan bahwa setiap langkah yang diambil dalam perjuangan memiliki makna dan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat.

Keindahan Hidup Pahlawan

Sidharta juga menyiratkan keindahan hidup para pahlawan zaman yang bertugas demi kebaikan bangsa. Dalam puisi ini, keindahan bukan hanya diukur dari pencapaian fisik, tetapi juga dari semangat juang dan pengorbanan yang diberikan. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam perjuangan para pahlawan.

Semangat yang Terus Berkobar

Akhir puisi menegaskan bahwa meskipun jalan perjuangan masih panjang, "epos kita beribu kali Sparta." Penyair menegaskan bahwa semangat perjuangan tidak akan pernah padam, dan setiap langkah yang diambil adalah bagian dari sebuah epos besar yang akan terus diceritakan. Ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan, kemerdekaan, dan martabat akan selalu menjadi bagian dari sejarah yang harus dihormati dan diperjuangkan.

Menggugah Semangat Perjuangan

Puisi "Epos Dasa Warsa" karya Adi Sidharta bukan hanya sekadar ungkapan tentang perjuangan, tetapi juga sebuah pengingat akan semangat dan dedikasi yang harus terus dijaga. Melalui simbolisme dan ungkapan yang mendalam, puisi ini menggugah kesadaran kita akan pentingnya mengingat dan menghargai perjuangan para pahlawan.

Karya ini mengajak kita untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga melanjutkan perjuangan demi masa depan yang lebih baik. Dengan memahami perjalanan panjang yang telah dilalui, kita diingatkan untuk terus melangkah maju dengan semangat yang tinggi, tanpa mengenal putus asa. Puisi ini menjadi penegasan bahwa setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan warisan perjuangan yang telah dibangun oleh para pendahulu.

Adi Sidharta
Puisi: Epos Dasa Warsa
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.