Dua Kelahiran (1)
dia petualang
yang kecarian tanpa kehilangan
dan dia rindu.
bayangkan kerinduan
tak ada yang dirindui
dan dia duka.
bayangkan kedukaan
rasa yang perih menyayat
rasa denyut melarut.
inilah kemabukan derita
yang mengaburkan batas
antara kenyataan dan ketidaknyataan
dan dia mendendam.
bayangkan dendam
yang terpendam dalam
yang meruyak.
inilah kelahiran
yang membawa luka
di dada.
Dua Kelahiran (2)
dia pejuang
dan dia menemui kelahiran,
inilah kelahiran oleh luka
yang diderita
dan oleh duka
yang memikul kekalahan demi kekalahan.
Tapi kelahiran ini
kemenangan dalam diri
atas diri sendiri.
kebencian tiada mengesam
kemarahan tak padam-padam
kegairahan dan kegigihan yang senapas,
inilah kelahiran api
dari cetusan baja
hanya sepercik
membakar dunia.
Dua Kelahiran (3)
dia lahir bersama urinya
bersama darah.
itulah kelahiran manusia
kelahiran Imam Bonjol, Diponegoro, Hasanuddin
dan sebelumnya lagi;
kelahiran Haji Misbakh, Monginsidi,
Dermo dan Termo
dan Kertosentono.
kemudian datanglah maut
bersama mata-pedang
bersama mulut-bedil
atau kesunyian pembuangan.
dia lahir dari kematian ini
mewarisi derita-hati
yang juga derita-hatinya.
kematian jadi kelahiran baru
kelahiran yang membedakan
dan yang menentukan
kemenangan hidup atas mati.
Medan, Desember 1957
Sumber: Matinya Seorang Petani (1961)
Analisis Puisi:
HR. Bandaharo dalam karyanya "Dua Kelahiran" menggambarkan perjalanan hidup yang penuh kontradiksi, kekalahan, dan perjuangan. Puisi ini membahas konsep kelahiran, kehidupan, dan kematian dalam konteks yang mendalam, menyoroti perjuangan batin dan nasib manusia.
Dua Kelahiran (1): Puisi dimulai dengan penggambaran seorang petualang yang memiliki rasa rindu dan duka yang sangat mendalam. Ada kekosongan dan perih dalam kerinduan yang diungkapkan. Kemabukan derita yang dijelaskan dalam puisi ini menjadi perwakilan perihnya pengalaman manusia, di mana kenyataan dan ketidaknyataan, kesedihan dan kekosongan bergabung menjadi satu.
Dua Kelahiran (2): Sajak berikutnya memperkenalkan tokoh sebagai seorang pejuang yang menemukan kelahiran dalam kekalahan yang dihadapi. Meskipun penuh dengan kegagalan dan duka, kelahiran yang terjadi adalah kemenangan atas diri sendiri. Hal ini menekankan semangat, kegigihan, dan kegairahan yang tak terpadam. Puisi menyiratkan bahwa kelahiran ini merupakan api yang hanya sekejap, namun mampu membakar dunia.
Dua Kelahiran (3): Bagian terakhir puisi menggambarkan lahirnya manusia bersamaan dengan perjuangan dan penderitaan, seringkali terkait dengan konflik dan pertempuran yang melibatkan tokoh-tokoh sejarah. Namun, lahir dari kematian adalah pewarisan luka batin yang mewarnai pengalaman hidup. Konsep kematian di sini menjadi titik awal dari kelahiran baru, menandakan kemenangan hidup atas kematian.
Puisi ini menggambarkan kehidupan manusia dari perspektif yang menggabungkan kehidupan, kematian, kesedihan, perjuangan, dan kemenangan. Perihal kelahiran dan kematian menjadi metafora tentang awal dan akhir, sementara perjuangan hidup melibatkan konflik, ketidakpastian, dan akhirnya kesadaran akan kemenangan. Puisi ini menyoroti realitas perjuangan batin manusia dan kekuatan yang melampaui kekalahan, mewakili perjuangan dalam kisah hidup yang penuh dengan kontradiksi.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.