Puisi: DPR Baru (Karya Adi Sidharta)

Puisi "DPR Baru" karya Adi Sidharta menyampaikan pesan yang mendalam tentang harapan, perjuangan, dan tanggung jawab, sekaligus menyoroti kondisi ...
DPR Baru

Kalung bunga ini untukmu
amanat harapan bangsa.

Biarkan saja
kegetiran yang masih kami lalui
hadapkan dada
ke taman bunga kasih dan harga diri.

Jadikan saja
dirimu dan diri bangsa sekali lagi
'gustus patlima
kenikmatan satu dalam hidup dalam mati.

Kalung bunga ini untukmu
amanat harapan jaya.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "DPR Baru" karya Adi Sidharta merupakan sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan kritik sosial. Dalam puisi ini, Sidharta menyampaikan pesan yang mendalam tentang harapan, perjuangan, dan tanggung jawab, sekaligus menyoroti kondisi sosial yang dihadapi oleh bangsa. Melalui bahasa yang sederhana namun bermakna, puisi ini menciptakan refleksi atas peran lembaga legislatif dan harapan masyarakat terhadap perubahan.

Kalung Bunga: Simbol Harapan

Puisi dibuka dengan gambaran "kalung bunga" yang merupakan simbol harapan dan penghormatan. Kalung bunga ini ditujukan untuk "mu," yang bisa diartikan sebagai wakil rakyat atau lembaga DPR itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa ada harapan yang disematkan pada mereka yang menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Kalung bunga tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga membawa amanat penting, yaitu "amanat harapan bangsa." Ini menjadi penegasan bahwa lembaga tersebut diharapkan untuk mewakili suara dan kepentingan rakyat.

Menghadapi Kegetiran

Sidharta selanjutnya menyatakan "biarkan saja kegetiran yang masih kami lalui," mengisyaratkan bahwa masyarakat masih mengalami kesulitan dan tantangan. Ini adalah pengakuan bahwa meskipun ada harapan, kenyataan yang dihadapi sering kali pahit. Dengan frase "hadapkan dada ke taman bunga kasih dan harga diri," puisi ini menekankan pentingnya menjaga martabat dan harga diri meskipun dalam kondisi yang sulit. Ada pengharapan untuk menemukan keindahan dan kasih di tengah kesulitan.

Menyatukan Diri dengan Bangsa

Sidharta mengajak "dirimu dan diri bangsa sekali lagi" untuk bersatu, menggambarkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan rakyat. Frasa "gustus patlima" merujuk pada pemimpin yang diharapkan dapat memimpin dengan bijaksana dan adil. Penyebutan "kenikmatan satu dalam hidup dalam mati" menunjukkan bahwa perjuangan untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan tidak hanya untuk kepentingan saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Hal ini mengajak pembaca untuk merenungkan tanggung jawab yang lebih besar.

Amanat untuk Masa Depan

Bagian penutup puisi kembali mengulangi "kalung bunga ini untukmu, amanat harapan jaya," memperkuat tema harapan dan amanat yang tersemat. Harapan akan masa depan yang lebih baik, di mana lembaga legislatif dapat menjalankan fungsinya dengan baik demi kepentingan rakyat, menjadi inti dari puisi ini.

Puisi "DPR Baru" karya Adi Sidharta adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang harapan dan tanggung jawab lembaga legislatif terhadap rakyat. Melalui simbol kalung bunga, Sidharta menyampaikan pesan bahwa meskipun masyarakat masih menghadapi kegetiran, ada harapan untuk perubahan dan perbaikan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan rakyat dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini berhasil menangkap semangat perjuangan dan harapan masyarakat Indonesia.

Adi Sidharta
Puisi: DPR Baru
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.