Dosa Apa
kelam menyungkup alam
laksana langit terhempas ke bumi.
bintang-bintang pudar bertaburan
besi dan besi berlaga, memercikkan api.
kelam menyusupi kalbu.
setiap orang meraba tanpa pedoman
berkeliaran tanpa tuju
dalam suatu arak-arakan
buta mata - tuli telinga.
putra-putri agustus terseret ke belakang kawat-duri
membawa hati penuh tanya
tentang dosa apa dan dosa siapa.
lalu menyerahlah siapa yang menyerah
karena rela menerima sendiri
dosa tak pernah diperbuat -
tercoret kening, tertampar pipi.
Jakarta, 1981
Catatan:
Sebenarnya puisi "Dosa Apa" ditulis semasa periode tawanan politik Orde Baru, tapi baru disiarkan oleh Inkultra pada tahun 1981.
Analisis Puisi:
Puisi "Dosa Apa" karya HR. Bandaharo adalah sebuah karya yang menggambarkan suasana gelap dan kebingungan yang mendalam mengenai dosa dan kesalahan dalam konteks sosial dan politik. Dengan bahasa yang kuat dan imaji yang dramatis, puisi ini mencerminkan perasaan kegelapan dan keputusasaan, sambil mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang tanggung jawab dan keadilan.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah kegelapan dan ketidakpastian yang melanda masyarakat. Puisi ini mengeksplorasi bagaimana keadaan yang suram dan kekacauan bisa membuat orang merasa kehilangan arah dan bingung tentang dosa serta tanggung jawab mereka. Dengan menyoroti bagaimana orang-orang terseret ke dalam situasi sulit dan dipaksa untuk menanggung beban dosa yang mereka rasakan tidak pernah mereka buat, puisi ini menggambarkan krisis moral dan emosional.
"kelam menyungkup alam laksana langit terhempas ke bumi."
Baris ini memperkenalkan suasana gelap yang menyelubungi alam. Perumpamaan "langit terhempas ke bumi" menciptakan citra kekacauan dan kehampaan yang mendalam, menunjukkan betapa menawannya situasi yang dihadapi.
"bintang-bintang pudar bertaburan besi dan besi berlaga, memercikkan api."
Gambaran bintang yang pudar dan besi yang saling bertubrukan menciptakan suasana yang keras dan tidak stabil. Ini menggambarkan kekacauan yang melanda dunia, dengan kekerasan dan konflik yang meliputi segala sesuatu.
"kelam menyusupi kalbu. setiap orang meraba tanpa pedoman berkeliaran tanpa tuju dalam suatu arak-arakan buta mata - tuli telinga."
Di sini, kegelapan tidak hanya fisik tetapi juga emosional dan spiritual. Orang-orang merasa kehilangan arah, tidak bisa melihat atau mendengar dengan jelas, dan bergerak tanpa tujuan dalam kekacauan yang melingkupi mereka.
"putra-putri agustus terseret ke belakang kawat-duri membawa hati penuh tanya tentang dosa apa dan dosa siapa."
Baris ini mungkin merujuk pada generasi yang terlibat dalam konflik atau kesulitan yang mendalam. "Putra-putri Agustus" bisa merujuk pada orang-orang yang diharapkan menjadi penerus atau pejuang, namun kini merasa tertekan dan bingung, mempertanyakan kesalahan dan dosa yang tidak mereka pahami.
"lalu menyerahlah siapa yang menyerah karena rela menerima sendiri dosa tak pernah diperbuat - tercoret kening, tertampar pipi."
Baris ini menggambarkan pengorbanan dan penyerahan diri, di mana individu yang menyerah harus menerima beban dosa yang seolah-olah tidak mereka buat. Penggambaran "tercoret kening, tertampar pipi" menunjukkan penderitaan fisik dan emosional yang mereka alami, sebagai bentuk hukuman atau stigma.
Simbolisme
- Kegelapan: Melambangkan keadaan putus asa, ketidakpastian, dan kehilangan arah.
- Bintang Pudar dan Besi Bertubrukan: Menggambarkan kekacauan dan konflik yang merusak tatanan.
- Kawat-duri: Simbol pengekangan, pembatasan, dan kesulitan yang dihadapi.
- Tercoret Kening, Tertampar Pipi: Simbol penderitaan dan penghinaan yang harus diterima.
Puisi "Dosa Apa" karya HR. Bandaharo adalah refleksi mendalam tentang kegelapan dan ketidakpastian yang melanda individu dan masyarakat dalam situasi sulit. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang emosional, puisi ini mengeksplorasi tema dosa dan tanggung jawab dalam konteks krisis dan kekacauan. Melalui gambaran-gambaran yang dramatis dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan penderitaan dan pertanyaan moral yang mungkin mereka hadapi, serta bagaimana mereka merespons dan beradaptasi dalam situasi yang penuh tantangan.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.