Analisis Puisi:
Puisi "Doa Penguasa" karya Toto ST Radik menyajikan kritik tajam terhadap sifat dan perilaku para penguasa yang sering kali terjebak dalam ambisi kekuasaan dan materialisme. Dalam puisinya, Toto ST Radik menggambarkan bagaimana seorang penguasa berdoa kepada Tuhan, tetapi doa-doanya bukanlah untuk kesejahteraan rakyat atau dunia yang lebih baik, melainkan untuk mempertahankan kekuasaan, harta, dan statusnya.
Doa Penguasa (1): Permohonan Kekuasaan yang Abadi
Puisi ini dibuka dengan gambaran seorang penguasa yang berdoa:
"Ya, Tuhan Yang Maha Kuasa / Aku memujamu, aku memujamu"
Penggunaan frasa "Ya, Tuhan Yang Maha Kuasa" menunjukkan bahwa doa ini ditujukan kepada Tuhan, namun tidak dalam kerendahan hati atau niat tulus. Kalimat "Aku memujamu, aku memujamu" berulang sebagai sebuah mantra yang menunjukkan sikap manipulatif, seolah-olah penguasa tersebut memanfaatkan ibadah sebagai sarana untuk mencapai tujuan pribadinya.
"Karena aku ingin berkuasa selamanya."
Di sinilah penguasa itu menunjukkan motif sesungguhnya dari doanya—keinginan untuk "berkuasa selamanya." Ini mengungkapkan sikap yang egois dan serakah, di mana kekuasaan menjadi tujuan akhir yang ingin diraih dan dipertahankan dengan cara apa pun. Kritik Toto ST Radik dalam bagian ini terletak pada keinginan yang berlebihan akan kekuasaan, yang sering kali melupakan aspek tanggung jawab dan pelayanan kepada rakyat.
Doa Penguasa (2): Ketakutan Akan Kehilangan Status dan Kekayaan
Bagian kedua puisi ini menggambarkan sisi lain dari doa penguasa, yaitu ketakutan dan kecemasannya akan kehilangan status dan kekayaan:
"Ya, Tuhan Yang Maha Kaya"
Di bagian ini, Tuhan disapa sebagai "Yang Maha Kaya," menandakan bahwa doa ini terkait dengan harta benda dan kekayaan. Ini menyoroti bagaimana penguasa cenderung mengasosiasikan Tuhan dengan kekayaan dan keberlimpahan materi.
"Lindungilah kursiku, jabatanku, hartaku"
Permintaan ini jelas menunjukkan bahwa penguasa lebih peduli terhadap "kursi" (kekuasaan), "jabatan," dan "harta" daripada hal-hal yang lebih besar dan bermakna, seperti keadilan, kemanusiaan, atau kesejahteraan rakyatnya. "Kursi" dan "jabatan" adalah simbol kekuasaan, sementara "harta" menunjukkan ketamakan akan kekayaan.
"Karena aku tak sanggup jadi rakyat biasa."
Di sini, Toto ST Radik menunjukkan ketakutan mendalam dari penguasa: menjadi "rakyat biasa." Hal ini mengindikasikan betapa jauhnya para penguasa ini dari realitas kehidupan rakyat jelata. Penguasa tampaknya melihat kehidupan rakyat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, penuh dengan penderitaan dan kekurangan, sehingga mereka berusaha keras untuk menghindarinya.
Makna dan Kritik Sosial dalam "Doa Penguasa"
Melalui dua bagian pendek dalam puisi ini, Toto ST Radik berhasil menyampaikan kritik tajam terhadap sikap dan perilaku para penguasa yang tamak akan kekuasaan dan kekayaan. Ada beberapa makna dan pesan yang dapat diambil dari puisi ini:
- Kekuasaan sebagai Tujuan Utama: Penguasa yang digambarkan dalam puisi ini hanya peduli pada kekuasaan dan cara mempertahankannya. Kekuasaan di sini tidak dipandang sebagai alat untuk melayani dan memimpin dengan baik, melainkan sebagai tujuan akhir yang harus dijaga dengan segala cara, bahkan melalui manipulasi keagamaan.
- Ketamakan Materi dan Kekayaan: Bagian kedua puisi ini menyoroti bagaimana kekayaan dan status sosial menjadi prioritas utama bagi penguasa. Mereka memohon kepada Tuhan bukan untuk kebahagiaan atau kesejahteraan rakyat, tetapi untuk menjaga kekayaan dan status mereka.
- Ketakutan Akan Kehidupan Rakyat Jelata: Ada ketakutan mendalam untuk menjadi "rakyat biasa," yang menunjukkan jarak yang sangat lebar antara penguasa dan rakyatnya. Ini mencerminkan kurangnya empati dan pemahaman terhadap kehidupan sehari-hari rakyat yang mereka pimpin.
- Doa yang Bersifat Manipulatif: Puisi ini juga memperlihatkan bagaimana doa dan keagamaan bisa digunakan secara manipulatif oleh penguasa untuk membenarkan tindakan mereka atau untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Penguasa menggunakan agama sebagai alat, bukan sebagai panduan moral yang tulus.
Puisi "Doa Penguasa" karya Toto ST Radik menawarkan potret satir dan kritik terhadap fenomena kekuasaan dan korupsi dalam politik. Melalui ungkapan yang sederhana namun penuh makna, Toto ST Radik mengajak pembaca untuk merenungkan perilaku para pemimpin yang sering kali lupa akan tanggung jawab mereka terhadap rakyat dan lebih terfokus pada ambisi pribadi mereka. Puisi ini menjadi pengingat bahwa kekuasaan dan harta tidak seharusnya menjadi tujuan utama, melainkan alat untuk melayani dan membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Karya: Toto ST Radik
Biodata Toto ST Radik:
- Toto Suhud Tuchaeni Radik lahir pada tanggal 30 Juni 1965 di desa Singarajan, Serang.