Puisi: Doa (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Doa" karya Rachmat Djoko Pradopo memberikan wawasan yang mendalam tentang keberlanjutan doa dan perannya dalam kehidupan manusia.
Doa

doa demi doa telah diucapkan
tetapi akan selalu diucapkan beribu kali
bahkan maling pun berdoa
ketika mau mencuri harta

doa demi doa telah diucapkan
dan tak akan pernah berhenti
aku pun berdoa pada-Mu
semoga sampai akhir denyut nadiku

doa demi doa telah diucapkan
semoga doaku sampai pada-Mu
Amien!

10 Februari 1993

Sumber: Aubade (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Doa" karya Rachmat Djoko Pradopo menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang esensi doa dalam kehidupan manusia. Dalam puisi ini, Djoko Pradopo mengeksplorasi tema tentang keberlanjutan doa, peran doa dalam berbagai situasi, dan harapan akan terkabulnya doa hingga akhir hayat.

Tema dan Makna Puisi

  • Keberlanjutan Doa: Puisi ini mencerminkan bagaimana doa adalah bagian integral dari kehidupan manusia yang tidak pernah berhenti. Setiap individu, tidak peduli latar belakang atau motivasi, mengucapkan doa dalam berbagai konteks. Dalam puisi ini, Djoko Pradopo menekankan bahwa doa adalah aktivitas yang terus-menerus dan tidak pernah berakhir: "doa demi doa telah diucapkan tetapi akan selalu diucapkan beribu kali"
  • Doa dalam Berbagai Konteks: Puisi ini juga menggarisbawahi bahwa doa tidak hanya diucapkan dalam konteks keagamaan atau spiritual, tetapi juga dalam situasi-situasi lain yang lebih manusiawi. Bahkan orang yang berbuat salah, seperti maling, pun berdoa dalam konteks niat mereka. Ini menyoroti universalitas doa dan bagaimana doa melintas batas moral dan situasional: "bahkan maling pun berdoa ketika mau mencuri harta"
  • Harapan dan Ketulusan dalam Doa: Djoko Pradopo menunjukkan bahwa doa adalah bentuk harapan dan ketulusan. Meskipun doa sering kali diucapkan, ada keinginan mendalam agar doa tersebut sampai pada Tuhan dan dikabulkan. Puisi ini mencerminkan keinginan yang tulus dan harapan agar doa tetap relevan dan didengar hingga akhir hayat: "aku pun berdoa pada-Mu semoga sampai akhir denyut nadiku"
  • Kesederhanaan dan Kepasrahan: Dalam puisi ini, ada elemen kesederhanaan dan kepasrahan dalam doa. Penekanan pada frasa "Amien!" menunjukkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan mengakhiri doa dengan kepasrahan yang penuh harapan: "semoga doaku sampai pada-Mu Amien!"

Gaya Bahasa dan Struktur

Gaya bahasa dalam puisi ini sederhana namun kuat. Pilihan kata-kata seperti "doa demi doa," "maling," dan "Amien" menciptakan efek yang mendalam dan memudahkan pembaca untuk merenungkan makna doa dalam konteks yang luas: "doa demi doa telah diucapkan"

Struktur puisi ini repetitif, dengan pengulangan frasa "doa demi doa telah diucapkan" untuk menekankan konsistensi dan keberlanjutan doa dalam kehidupan sehari-hari. Pengulangan ini juga memberikan ritme yang menguatkan pesan utama puisi tentang kesungguhan dan ketulusan dalam doa.

Puisi "Doa" karya Rachmat Djoko Pradopo memberikan wawasan yang mendalam tentang keberlanjutan doa dan perannya dalam kehidupan manusia. Melalui gambaran yang sederhana namun efektif, puisi ini menyoroti bagaimana doa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, tidak peduli dalam konteks apa doa itu diucapkan. Dengan penekanan pada harapan, ketulusan, dan kepasrahan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna doa dalam kehidupan mereka sendiri dan bagaimana doa berperan dalam pencarian makna dan pemenuhan spiritual.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Doa
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Sungai Semestasungai sunyi airnya sepidi batang pohon heningpembasuh luka dan dukadebu deritahaus dahaga dipuaskan katalapar dilupaperburuan tak sia-siasungai itu, dicari-carinil a…
  • Suluk Sungaiuntuk Abdullah WongSelalu tak ada cara mengingatmu, sebagaimanaselalu tak ada cara membunuh amarahku- Sungai sedang membelah sunyi nyanyiankuMendengar detas seribu gela…
  • Sungai KemungkinanSeandainya kita ketemu malam iniAku tahu, kamu bukan sungai yang dulu.Di pegunungan kamu jernih, gemericik.Tapi di kota, bebanmu berat,Keruh dan – aku tak mengena…
  • Sungai Buding Engkaulah sungai pertama Yang membasuh kakinya Dari Lumpur dan debu Dari perjalanan jauh Ketika menjejakkan kaki Pertama kali Di Belitung ini …
  • Sketsa Sungai Lilingebyar lampu-lampu perahu membuat kota persinggahan tak lagi bekupara bakul menghitung ikatan-ikatan lada yang dikeluarkan dari sarung malamsudah lama mata terja…
  • Sungai Pun Meluap pagi hari seorang tua berdiri di atas bukit matanya memandang ke kampung Toweran ke persawahan dan ke rumah adat Gayo orang tua itu terke…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.