Puisi: Di Mesjid (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Di Mesjid" karya Chairil Anwar menggambarkan perenungan dan perjuangan batin penyair dalam mencari makna spiritualitas dan kehadiran Tuhan.
Di Mesjid

Kuseru saja Dia
sehingga datang juga

Kami pun bermuka-muka.

Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada.
Segala daya memadamkannya

Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda

Ini ruang
Gelanggang kami berperang

Binasa-membinasa
Satu menista lain gila.

20 Mei 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Mesjid" karya Chairil Anwar menggambarkan perenungan dan perjuangan batin penyair dalam mencari makna spiritualitas dan kehadiran Tuhan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana dan gambaran yang kuat, puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana refleksi yang mendalam.

Pencarian Makna Spiritualitas: Puisi ini dimulai dengan ajakan penyair kepada Tuhan dengan kata-kata "Kuseru saja Dia sehingga datang juga." Penggunaan kata "Dia" untuk merujuk kepada Tuhan menunjukkan upaya penyair dalam mencari kehadiran-Nya. Pencarian ini mencerminkan keinginan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menemukan makna dalam kehidupan.

Kehadiran dan Perenungan: "Kami pun bermuka-muka," menunjukkan bahwa penyair dan orang lainnya di mesjid berpura-pura atau bermuka-muka sebagai wujud penghormatan terhadap Tuhan. Ini menggambarkan upaya manusia untuk menjaga penampilan luar sambil merenungkan hakikat keberadaan dan spiritualitas.

Perjuangan Batin: Baris selanjutnya, "Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada," menggambarkan pengalaman penyair ketika ia merasakan kehadiran Tuhan yang menyala-nyala di dalam hati. Hal ini mencerminkan momen pencerahan spiritual di mana penyair merasakan kehadiran dan kuasa Tuhan secara intens.

Perjuangan dan Ketidakberdayaan: Garis-garis terakhir puisi ini menggambarkan perjuangan dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi konflik batin, perjuangan spiritual, serta pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Kata-kata "Binasa-membinasa / Satu menista lain gila" mengindikasikan pertempuran dalam diri manusia untuk mengatasi sisi gelapnya dan mencapai pencerahan spiritual.

Puisi "Di Mesjid" karya Chairil Anwar menggambarkan perenungan dan perjuangan batin penyair dalam mencari makna spiritualitas dan hadirat Tuhan. Melalui gambaran tentang upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, momen pencerahan spiritual, dan konflik internal, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hakikat keberagamaan dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Chairil Anwar
Puisi: Di Mesjid
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.