Puisi: Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar (Karya HR. Bandaharo)

Puisi “Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar” karya HR. Bandaharo menggambarkan perpaduan antara semangat kebangkitan nasionalisme, perjuangan ideologi, ..
Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar
untuk Njoto

Dia seorang penyair dan seorang pejuang
ke mana datang membawa sajak dan nyanyi
serta kata bersayap yang terbang mengitari negeri;
di Denpasar, di Bona, di Belah Batu, di Jemberana,
di Banyuwangi yang rangsang dan heroik,
aku menyaksikan dia menempa matahari.

Tibanya bersama kesegaran senyum
melahirkan tepuk tangan dan sorak gembira;
dia ada dalam Indonesia Raya,
dalam Bendera Merah dan Internasionale,
dia ada dalam pidato serta ucapan selamat datang.

Kawan-kawan, kuliah yang tandus menjadi hijau,
kuntum kuncup menjadi mekar,
pencerminan mekarnya harapan di sanubari;
karena dia menyiramkan semua yang baik,
yang patriotik dan demokratik dari Bung Karno,
yang marxis-leninis dari Bung Aidit,
yang kerakyatan dan indah dari seniman,
penyair dan pelukis, pemahat dan pengarang.

Nyiur gemelai melambai di pantai,
ombak berbuih mengempas di pasir putih,
desir bayu di dedaunan membisiki petani pulang,
burung terbang berkawan-kawan menyongsong nelayan,
kawan-kawan, semua itu sudah menjadi usang;
aku melihat pengemisan di tengah-tengah kehijauan,
anak-anak telanjang mengulurkan tangan minta makan;
aku melihat kepapaan dalam ketaatan penyembahan,
petani-tani kumal-lapar dicengangi berhala batu,
aku melihat kedunguan perhambaan kesunyian harapan;
abdi-abdi cumpang-camping dibelenggu kemilau zaman lalu.

Ke tengah ketandusan kesedaran ini dia datang,
dia yang senyum menentang fajar;
ditebarkannya benih-benih yang bernas,
apa-apa dari Manipol, Jarek dan Resopim,
apa-apa dari Marxisme-Leninisme,
apa-apa dari hatinya sendiri,
kecintaan pada manusia dan hak-haknya untuk bebas.

Di mana-mana bunga menjadi mekar,
kuntum-kuntum yang mengelopak di tangkai,
kembang-kembang yang terselit di telinga petani,
melati-melati yang mengharumi sanggul penari;
bunga mekar di setiap hati
yang terbuka menganga bagi masa depan;
semerbak cita-cita dan harapan meliputi tanah air
mengusir kepengapan yang usang;
dan yang baru tumbuh, sehat segar, dan berjuang.

Di mana-mana bunga menjadi mekar,
di mana-mana komunis ada, di mana-mana lahir juang.
di situ kita menempa matahari.

Jakarta-Denpasar-Jakarta, Februari-Maret 1962

Sumber: Dari Bumi Merah (1963)

Analisis Puisi:

Puisi “Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar” karya HR. Bandaharo merupakan sebuah karya yang menggambarkan perpaduan antara semangat kebangkitan nasionalisme, perjuangan ideologi, dan cinta tanah air. Puisi ini membawa kita dalam perjalanan yang penuh makna, di mana penyair menggunakan metafora bunga yang mekar sebagai simbol harapan, semangat juang, dan kebebasan.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Puisi ini kaya akan simbolisme yang kuat. Bunga yang mekar menjadi metafora utama yang melambangkan kebangkitan dan pembaruan. Di tengah-tengah kondisi yang penuh dengan ketidakadilan dan penindasan, Bandaharo menggambarkan bahwa bunga, sebagai simbol kehidupan dan harapan, terus tumbuh di mana-mana. Di sini, bunga tidak hanya mewakili harapan untuk masa depan yang lebih baik tetapi juga representasi dari perjuangan rakyat yang terus bersemi.

Bunga yang terselit di telinga petani dan melati yang menghiasi sanggul penari menunjukkan bagaimana keindahan harapan ini menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Bandaharo menekankan bahwa perubahan tidak hanya bersifat politik, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya yang mendalam.

Narasi Perjuangan dan Kebangkitan

Melalui tokoh yang digambarkan sebagai penyair dan pejuang, puisi ini menceritakan sosok yang membawa pesan perubahan dan kebangkitan ke berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Denpasar hingga Banyuwangi. Sosok ini membawa semangat dari pemimpin-pemimpin revolusi Indonesia seperti Bung Karno dan Bung Aidit, yang digambarkan sebagai simbol kekuatan ideologi nasionalis dan Marxis-Leninis.

Dalam hal ini, Bandaharo secara jelas menunjukkan keterikatannya dengan ideologi-ideologi yang berfokus pada perjuangan rakyat, pembebasan, dan kebebasan dari penindasan. “Manipol, Jarek, dan Resopim” yang disebutkan dalam puisi merujuk pada Manifesto Politik, program Jalan Revolusi, dan Resopim (Restorasi Sosialisme-Pancasila-Marxisme-Leninisme), yang merupakan bagian dari ideologi politik yang disebarkan pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kritik Sosial

Selain menawarkan semangat optimisme dan perjuangan, puisi ini juga penuh dengan kritik sosial terhadap kondisi masyarakat yang dijelaskan dengan gamblang. Bandaharo mencatat adanya pengemis, anak-anak yang telanjang meminta makan, dan petani yang kumal serta lapar. Gambaran ini menunjukkan kondisi sosial yang tertindas, di mana kemiskinan dan ketidakadilan merajalela. Ini adalah refleksi dari realitas kehidupan masyarakat pada masa itu yang terbelenggu oleh "kemilau zaman lalu"—sebuah kritik terhadap ketidakmampuan sistem yang ada untuk mengatasi ketimpangan sosial.

Harapan Masa Depan dan Peran Ideologi

Namun, di tengah ketandusan dan kegelapan ini, penyair memberikan cahaya harapan dengan kehadiran tokoh yang membawa ajaran Marxisme-Leninisme dan semangat patriotisme dari Bung Karno dan Bung Aidit. Ini menunjukkan bahwa harapan bagi penyair terletak pada pergerakan rakyat dan ideologi yang memperjuangkan keadilan sosial dan kebebasan.

Bandaharo memvisualisasikan masa depan yang cerah melalui mekar bunga-bunga yang menggambarkan kebangkitan kesadaran rakyat, yang dipandu oleh ideologi progresif. Di sini, Bandaharo meyakini bahwa perjuangan yang dipimpin oleh rakyat akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, di mana keadilan dan kebebasan merata.

Puisi “Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar” adalah sebuah puisi yang sarat dengan pesan perjuangan, kebangkitan, dan harapan. Bandaharo menggunakan bahasa yang puitis, simbolisme bunga, serta referensi sejarah dan ideologi untuk menyampaikan pandangannya tentang masa depan Indonesia yang lebih adil dan makmur. Puisi ini bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah ajakan untuk berjuang melawan ketidakadilan dan mencapai kebebasan yang sejati.

HR. Bandaharo
Puisi: Di Mana-Mana Bunga Menjadi Mekar
Karya: HR. Bandaharo

Biodata HR. Bandaharo:
  • HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
  • HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
  • HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.