Puisi: Di Balik Tirai Samaya (Karya Rizal De Loesie)

Puisi "Di Balik Tirai Samaya" memadukan konsep-konsep spiritual dalam ajaran Buddha dengan bahasa yang penuh makna filosofis.

Di Balik Tirai Samaya

ceritamu pada angin malam,
samsara yang tak henti memahat pundak,
cinta layu sebelum mekar,
: yang terkoyak serpihan jerebu
di lingkaran karma itu
Air mata yang basah
antara cakra yang berputar
-- tak tahu arah

Aku duduk di sebelahmu
menyimak dukkha yang menghempas kalbu

Kucari jalan sutra,
antara gelap maya, 
agar kita temukan dharma 
-- di tengah gulita

Tahukah engkau?
Pun aku tersesat di padang ilusi ini,
mencari nirvana di sela sunyi 
yang tak kunjung sirna,

Sepi menari dalam alunan takdir,
tangan kita terjulur lingkaran samsara,
terikat dalam simpul yang tak tampak
Namun, ada cinta masih berpendar,
meski semburatnya tipis di cakrawala
Ada moksha kita tunggu dalam tiap nafas
mengikat satu asa
-- sebuah pelepasan,
dari kesedihan abadi,
menuju cinta samaya

Bandung, 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Di Balik Tirai Samaya" karya Rizal De Loesie merupakan refleksi mendalam tentang kehidupan, cinta, dan spiritualitas. Dalam puisi ini, penulis menggunakan simbol-simbol dari ajaran Buddha seperti samsara, karma, dukkha, nirvana, dan moksha untuk menggambarkan perjalanan manusia yang penuh dengan penderitaan, pencarian, dan harapan akan pelepasan.

Tema Utama: Samsara dan Penderitaan

Tema utama dalam puisi ini adalah tentang siklus samsara, yang dalam ajaran Buddha berarti roda kelahiran kembali yang penuh dengan penderitaan (dukkha). Baris "samsara yang tak henti memahat pundak, cinta layu sebelum mekar" menggambarkan betapa kehidupan manusia sering kali diwarnai oleh penderitaan dan kehilangan. Samsara dipersonifikasikan sebagai sesuatu yang memahat dan membebani kehidupan, di mana cinta bahkan tidak sempat berkembang sepenuhnya sebelum hancur oleh roda karma.

Simbolisme Karma dan Cakra

Baris "di lingkaran karma itu" dan "cakra yang berputar" menggambarkan kehidupan sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari dari hukum sebab-akibat (karma). Perputaran cakra ini tidak memiliki arah yang pasti, mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian manusia dalam menjalani hidup. Di sini, puisi menggambarkan penderitaan sebagai sesuatu yang berputar terus-menerus tanpa jalan keluar yang jelas.

Pencarian Spiritual: Dharma dan Nirvana

Di baris "Kucari jalan sutra, antara gelap maya, agar kita temukan dharma" terdapat elemen pencarian spiritual. Jalan sutra mengacu pada upaya untuk menemukan jalan yang benar, yaitu dharma, di tengah kehidupan yang penuh dengan ilusi (maya). Maya dalam konteks ini merupakan ilusi kehidupan dunia yang mengaburkan pandangan kita tentang kebenaran sejati.

Pencarian nirvana—sebagai pelepasan dari siklus samsara—terungkap melalui baris "mencari nirvana di sela sunyi yang tak kunjung sirna." Di sini, nirvana digambarkan sebagai suatu kondisi ideal yang diidamkan, tetapi sulit dicapai. Penderitaan yang terus berulang membawa manusia terjebak dalam kesunyian yang tidak pernah berakhir, tetapi di balik itu semua, ada harapan untuk mencapai nirvana.

Harapan dalam Cinta dan Moksha

Meskipun puisi ini sarat dengan elemen penderitaan, ada secercah harapan yang muncul melalui simbol cinta dan moksha. Baris "Namun, ada cinta masih berpendar, meski semburatnya tipis di cakrawala" menunjukkan bahwa meski harapan itu samar, masih ada cinta yang tersisa di tengah penderitaan dan kegelapan samsara. Cinta di sini bisa dipahami sebagai pengikat atau semangat yang membuat manusia terus berjuang.

Kemudian, moksha, atau pembebasan, disebutkan dalam "Ada moksha kita tunggu dalam tiap nafas, mengikat satu asa." Moksha adalah tujuan akhir dalam ajaran spiritual, yaitu kebebasan dari penderitaan samsara. Ini adalah penantian dan harapan terakhir dari manusia yang ingin terbebas dari segala dukkha dan menemukan kebahagiaan abadi.

Kekuatan Puitis dalam Simbol-Simbol Spiritual

Puisi "Di Balik Tirai Samaya" memadukan konsep-konsep spiritual dalam ajaran Buddha dengan bahasa yang penuh makna filosofis. Rizal De Loesie berhasil membawa pembaca merenung tentang siklus kehidupan, penderitaan, dan pencarian makna. Penderitaan yang digambarkan bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga emosional dan spiritual.

Namun, di tengah semua kesulitan, masih ada secercah harapan dan cinta yang mampu memberi makna dalam pencarian manusia menuju kebebasan. Puisi ini mengajarkan tentang ketabahan, pencarian kebenaran, dan harapan dalam menghadapi siklus kehidupan yang penuh tantangan.

Puisi Di Balik Tirai Samaya
Puisi: Di Balik Tirai Samaya
Karya: Rizal De Loesie

Biodata Rizal De Loesie:
  • Rizal De Loesie (nama pena dari Drs. Yufrizal, M.M) adalah seorang ASN Pemerintah Kota Bandung. Penulis puisi, cerpen dan artikel pendidikan. Telah menerbitkan beberapa buku puisi solo dan puisi antologi bersama, serta cerita pendek.
© Sepenuhnya. All rights reserved.