Desaku
Di jembatan ini kudengar bisik sejarah
Aku tak tahu, siang ini manakah yang lebih berkobar
Mataharikah atau darahku
yang menderaskan makna air sungai
sebelum tiba di gerbang muara?
Selamat datang tamu dari kota!
Jangan terkejut menjabat tanganku kasar
lantaran setiap hari mengolah zaman
Nanti sore kuantar engkau ke kebun
Nikmatilah buah-buahan yang ranum bersama mimpiku
Inilah sawahku, daunan kangkung sedang menghijau
Kecebong dan lele mundar-mandir
di sela semanggi dan batang padi
Di sini kupetik sejuta kasih sayang, dan kutaburkan
ke mana bulan 'ngusapkan tangan
Seekor bangau hinggap di punggung kerbau
seakan mengajar kita dengan hakekat persahabatan
Kalau nanti hasil panen kuantarkan ke kota
yang kuminta padamu bukan tanda penghargaan
namun setangkai bunga putih pengertian
Dari jembatan ini kulihat rahmat yang bermekaran
keemasan dihamparan tanah sejarah
Kulecut betis sukmaku
Disambut gemuruh di ubun mega:
Senyuman hari depan yang tak kuragu
Rogojampi, 1967
Sumber: Jalan Hati Jalan Samudra (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Desaku" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan dan kedalaman hubungan antara penulis dengan tanah kelahirannya. Melalui bahasa yang penuh imaji dan simbolisme, puisi ini mengeksplorasi tema sejarah, identitas, dan keindahan alam desa.
Tema dan Makna
- Sejarah dan Identitas: Puisi ini dimulai dengan penulis yang mendengarkan "bisik sejarah" di jembatan, yang menunjukkan kedekatannya dengan masa lalu dan akar sejarah desanya. Perbandingan antara matahari yang berkobar dan darah penulis yang menderaskan makna air sungai menggambarkan betapa mendalamnya hubungan emosional penulis dengan tanah kelahirannya.
- Keindahan Alam dan Kehidupan Desa: Penulis melukiskan keindahan desanya melalui deskripsi rinci tentang sawah, kangkung, kecebong, dan lele. Keterangan tentang bangau yang hinggap di punggung kerbau juga menonjolkan keharmonisan alam dan kehidupan desa. Melalui deskripsi ini, puisi ini menciptakan gambaran hidup yang penuh warna dan makna, menggarisbawahi kekayaan kehidupan pedesaan.
- Persahabatan dan Penghargaan: Pesan utama puisi ini adalah penghargaan terhadap persahabatan dan kebersamaan. Penulis menyambut tamu dari kota dengan tangan kasar, menandakan kerja keras yang dilakukan sehari-hari. Namun, ketika mengantar tamu ke kebun dan menawarkan buah-buahan, penulis ingin menunjukkan kebaikan dan kehangatan yang mendalam. Permintaan untuk setangkai bunga putih sebagai tanda pengertian menunjukkan keinginan penulis untuk menghargai dan memahami hubungan yang tulus tanpa perlu penghargaan formal.
- Cinta dan Harapan: Puisi ini juga menggambarkan cinta dan harapan penulis terhadap desanya. Cinta ini tercermin dalam deskripsi tentang sawah, buah-buahan, dan kegiatan sehari-hari. Harapan penulis akan masa depan yang cerah terlihat dari senyuman hari depan yang tak diragukan.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Imaji dan Deskripsi: Zawawi menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan keindahan dan kehidupan di desanya. Deskripsi rinci tentang sawah, kangkung, kecebong, lele, dan bangau menciptakan gambaran visual yang hidup tentang kehidupan pedesaan. Penggunaan bahasa yang puitis dan deskriptif membantu pembaca merasakan kedekatan dengan alam dan kehidupan sehari-hari penulis.
- Simbolisme: Puisi ini kaya akan simbolisme. Jembatan sebagai tempat di mana penulis mendengar bisik sejarah melambangkan jembatan antara masa lalu dan sekarang. Bangau di punggung kerbau simbol persahabatan dan keharmonisan antara manusia dan alam. Setangkai bunga putih sebagai permintaan penulis untuk pengertian menunjukkan keinginan untuk hubungan yang tulus dan tanpa pamrih.
- Personifikasi: Zawawi menggunakan personifikasi untuk memberikan kehidupan pada elemen alam. Misalnya, "bulan 'ngusapkan tangan" dan "gemuruh di ubun mega" memberikan kesan bahwa elemen alam memiliki perasaan dan kesadaran. Ini menambah kedalaman makna dan keindahan puisi.
- Kontras dan Perbandingan: Puisi ini menggunakan kontras untuk menyoroti perbedaan antara kehidupan di desa dan kota. Perbandingan antara matahari dan darah penulis, serta antara kehidupan di desa dan kehidupan kota, menekankan kedekatan penulis dengan tanah kelahirannya dan keindahan kehidupan pedesaan.
Puisi "Desaku" karya D. Zawawi Imron adalah karya yang menonjolkan hubungan mendalam antara penulis dan tanah kelahirannya melalui deskripsi yang puitis dan simbolis. Dengan menggunakan imaji yang kuat, simbolisme, dan personifikasi, Zawawi menciptakan gambaran yang indah dan menyentuh tentang kehidupan di desa. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai keindahan dan makna kehidupan pedesaan, serta menghargai hubungan dan persahabatan yang tulus.

Puisi: Desaku
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron (biasa disapa Cak Imron) adalah salah satu penyair ternama di Indonesia, ia lahir di desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ia sendiri tidak mengetahui dengan pasti tanggal kelahirannya.