Puisi: Desa dalam Cinta (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Desa dalam Cinta" karya Sabar Anantaguna menggambarkan keindahan dan kesedihan cinta yang terjalin dalam kehidupan sederhana di pedesaan.

Desa dalam Cinta


Gadis desa memetik sirih di dalam senja
menikmati lagu pertama dari kekasih
harap tinggal dalam kenangan:

    Hari ini kusampaikan hati kepadamu, kekasih
    tapi lagu tenggelam di kerongkongan
    tapi getar di hati berpunya suka

    Bila bunga di laut perbani
    adalah hatiku mandi mentari
    adalah kepak siburung nuri

    Hari ini kusampaikan hati kepadamu, adik
    bila wajah jadi cerah mimpi berpandangan
    bila rebana berlulur berlabuh pantai terlarang

    Adik sisayang, dosa apa bagi kita punya cinta
    bila neraka dicipta untuk mereka benci dunia

    Hari ini kusampaikan hati kepadamu, adik
    Hari ini kupasrahkan bunga paling mesra.

Pelan-pelan, pelan-pelan, tukang gerobak berjalan
mendekati sigadis bertanya mesra:

    - apa kau bermimpi, Ngatiyem
    sirih muda hati menanti
    + Kakang, engkau nanti ke kota, kakang

    - betul manisku betul
    sapi lurahe jantan benggala
    kupilih gerobak paling berwarna

    + jam berapa engkau ke sana, kakang

    - kokok satu manisku kokok satu
    bila bintang tertawa dalam malamnya
    burunghantu menyendu di rumpun bambu

    + bawa apa engkau ke kota, kakang

    - muat kayu manisku muat kayu
    musim hujan laku di perempatan
    musim begini dingin di hati

    + ah.

    - mengapa manisku mengapa

    + tidak apa tidak apa
    kunikmati langit senja

Keduanya tenggelam di pembayangan.

    - Ngatiyem, kau bersedih Ngatiyem

    + tidak apa. ah, tidak apa
    di mana letaknya duka


    - mengapa kau membisu manisku
    mengapa, ya, mengapa

    + kakang, ah, dengan siapa kau ke kota, kakang,

    - sendiri saja, mengapa kau bertanya
    dengan kicau burung di pohon nangka
    dengan bulan di hati terbenam dada

Sirih Ngatiyem berjatuhan.

    - ada apa mengapa membisu saja

    + kakang ah kakang
    tidak apa tidak apa
    aku hanya bertanya-tanya saja

Tukang gerobak memegangi kakitangga
Gadis takacuh tangan jejaka.

    - Ngatiyem engkau curiga
    bagaimana bisa batur bercanda
    di jalan malam cinta, dibawa

Jejaka duduk di tanah,
Mandang Ngatiyem bermuka gundah.

    + kakang, ah, kakang
    besok aku mesti ke kota

    - engkau tidak percaya

    + kakang, ah, kakang
    aku mesti ke kota
    bapak sakit simbok malaria

    - ah, mengapa begitu sedih
    begitu bumi telah melatih
    engkau kata duka di mana
    tidak tadi mau berkata

    + Kakang ah kakang
    musim hujan enam bulan
    tapi mimpi berapa lama

Tukang gerobak senyum menyela:

    - Ngatiyem jangan berduka
    kita lahir dalam derita
    di atas tanah setepak
    di bayang sayap burung mengepak
    Jangan duka jangan duka
    kita ke kota bersama

Sigadis melanguti langitsenja.

    + kakang ah kakang
    kembang nyiur kembang kelap
    bapak sakit simbok malaria
    kakang ah kakang
    kembang ketimun digayut embun
    musim hujan berpanen daun
    musim begini harga sirih menurun

    - tapi Ngatiyem tapi
    aku ingat kata bung Niti
    dalam duka mesti menyanyi

Keduanya kehabisan kata-kata
malam turun menutup senja.

Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)

Analisis Puisi:

Puisi "Desa dalam Cinta" karya Sabar Anantaguna menggambarkan keindahan dan kesedihan cinta yang terjalin dalam kehidupan sederhana di pedesaan. Melalui lirik yang puitis dan naratif, Anantaguna berhasil menampilkan nuansa emosional yang dalam, memadukan tema cinta dengan konteks sosial dan budaya yang kental.

Penggambaran Keindahan Alam dan Kehidupan Sederhana

Puisi ini diawali dengan gambaran "Gadis desa memetik sirih di dalam senja," yang menciptakan suasana damai dan romantis. Gambarannya mengindikasikan bahwa cinta tumbuh dalam konteks yang sederhana, di mana keindahan alam menjadi saksi bisu dari perasaan yang berkembang. Lirik ini mengisyaratkan bahwa momen-momen kecil, seperti memetik sirih, bisa menjadi bagian dari pengalaman cinta yang mendalam.

Perasaan dan Harapan yang Terkandung dalam Cinta

Sebagai pusat dari puisi ini, dialog antara gadis desa, Ngatiyem, dan jejaka mencerminkan kerentanan dan harapan dalam hubungan mereka. Frasa "Hari ini kusampaikan hati kepadamu, kekasih" menunjukkan keinginan untuk berbagi perasaan, meskipun terdapat ketegangan dan rasa cemas.

Setiap bait menunjukkan keraguan dan harapan, terutama ketika gadis tersebut mengekspresikan perasaannya, tetapi terhalang oleh keadaan yang sulit, seperti ketika dia berkata, "bila neraka dicipta untuk mereka benci dunia." Lirik ini mencerminkan pertentangan antara cinta yang tulus dan tantangan yang harus dihadapi.

Dialog yang Penuh Makna

Dialog antara Ngatiyem dan jejaka memperlihatkan dinamika hubungan yang dalam. Mereka berbagi kekhawatiran dan harapan di tengah keterbatasan yang ada. Ketika Ngatiyem mengatakan, "Bapak sakit simbok malaria," menunjukkan realitas kehidupan yang keras, di mana cinta harus berhadapan dengan kesulitan dan tanggung jawab. Ini adalah perwujudan dari kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang sering kali dipenuhi dengan tantangan.

Simbolisme dan Motif

Penggunaan simbol-simbol seperti "sirih," "bulan," dan "tanah" memperkaya makna puisi ini. Sirih, yang merupakan simbol budaya, mencerminkan identitas dan tradisi. Bulan menjadi lambang harapan dan cinta, sedangkan tanah menandakan ikatan dengan tempat asal dan kehidupan yang sederhana.

Motif ketidakpastian juga sangat terasa dalam lirik, terutama saat Ngatiyem bertanya tentang masa depan dan perjalanan ke kota. Perasaan cemas akan kehilangan dan kerinduan menyelimuti percakapan mereka, menciptakan nuansa nostalgia yang mendalam.

Puisi "Desa dalam Cinta" adalah karya yang berhasil menangkap esensi cinta dalam konteks kehidupan pedesaan yang sederhana. Melalui penggambaran yang puitis dan dialog yang emosional, Sabar Anantaguna menyoroti kerentanan, harapan, dan tantangan yang dihadapi oleh pasangan muda dalam cinta mereka. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang cinta, tetapi juga tentang realitas kehidupan, tanggung jawab, dan harapan untuk masa depan. Dengan demikian, Anantaguna mengajak pembaca untuk meresapi kedalaman cinta yang tak terpisahkan dari pengalaman hidup sehari-hari.

Sabar Anantaguna
Puisi: Desa dalam Cinta
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.