Analisis Puisi:
Puisi "Deklarasi" karya Sobron Aidit adalah pernyataan yang kuat dan penuh emosi mengenai identitas, penderitaan, dan kritik terhadap penguasa yang dianggap tirani. Dengan bahasa yang tegas dan simbolis, puisi ini menyampaikan pesan tentang penilaian diri, penderitaan akibat penindasan, dan keyakinan akan perubahan yang tak terhindarkan.
Pengakuan Diri dan Identitas
Puisi ini dimulai dengan pernyataan pengakuan diri yang mendalam: "Sudah lama kutahu / aku bukanlah baja / bukanlah emas." Sobron menolak label-label yang mengesankan kekuatan dan kemewahan, dan malah memilih untuk melihat dirinya sebagai sesuatu yang lebih sederhana dan mungkin dianggap rendah seperti "udara," "rotan," dan "kapas." Pernyataan ini mencerminkan perasaan ketidakberdayaan dan kerendahan hati, sambil mengakui bahwa meskipun terlihat lemah dan mudah dilupakan, mungkin ada nilai dan kekuatan tersendiri yang tidak terlihat secara langsung.
Kesejukan dan Kesepian
Sobron menyatakan bagaimana di tengah berbagai bangsa dan keragaman, seringkali dirinya merasa "sepi sendiri." Meskipun merasa terasing, penulis menyadari bahwa dalam kesepian tersebut, ada rasa solidaritas dan kebersamaan yang tidak bisa diabaikan: "ketika sendiri sepi / terasa kami ini selalu bersama." Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perasaan terisolasi, ada ikatan bersama yang tidak terlihat yang menghubungkan mereka.
Penderitaan dan Kritik Terhadap Penguasa
Puisi ini kemudian beralih ke kritik tajam terhadap penguasa yang dianggap bertanggung jawab atas penderitaan dan penindasan. "Tak kau izinkan aku pulang / padahal rinduku seperti kau haus dan rakus uang!" menggambarkan rasa rindu dan ketidakmampuan untuk kembali ke rumah karena kekuasaan yang mengekang. Sobron juga menyoroti kekejaman penguasa yang membunuh teman-teman dan keluarga serta menjeratnya di negeri asing: "Kau bunuh teman-temanku, keluargaku / kau penjarakan aku di negeri asing."
Prediksi dan Akhir Pemerintahan
Penutup puisi ini adalah pernyataan keyakinan akan perubahan yang tak terhindarkan. Sobron menyamakan penguasa dan dinasti dengan "kapal Titanic" yang akan segera tenggelam. "Baiklah, kau itu, dinastimu itu / sudah bagaikan kapal Titanic / sebentar lagi habis-pupus" menunjukkan keyakinan bahwa kekuasaan yang represif akan runtuh dan menjadi bagian dari sejarah yang kelam. Sobron menyimpulkan bahwa penguasa yang telah menyebabkan penderitaan dan kegelapan sejarah bangsa akan segera kehilangan kekuasaannya dan akan menjadi bagian dari masa lalu.
Puisi "Deklarasi" karya Sobron Aidit adalah puisi yang kuat dalam mengungkapkan perasaan penulis tentang identitas, penderitaan, dan kritik terhadap penguasa yang represif. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang penuh emosi, puisi ini mencerminkan pengalaman pribadi Sobron dan keyakinan akan perubahan yang akan datang. Puisi ini tidak hanya menjadi sebuah deklarasi tentang penderitaan yang dialami tetapi juga sebuah prediksi tentang kejatuhan pemerintahan yang dianggap zalim, serta harapan untuk kebangkitan dan pembebasan dari kekangan yang ada.
Karya: Sobron Aidit