Dayaning Sastra
Tembung kang ginantha lelarikan,
Tinata binaris kadya bata,
Sinambung pinitung manut ukuran,
Dene banjur kasinungan daya!
Kumpule bata dadi yayasan,
Aweh nggon apik, brukut, santosa,
Ngepenakake wong urip bebrayan,
Samono dayane bata tinata.
Gegodhongan tembung kang mawa isi,
Katiyasane ngungkul-ungkuli,
Wohing laku, pamikir lan pangrasa
Para empu, pujangga, sarjana.
Simpen, ginebeng ing gugubahan,
Mawindu-windu dadi turutan.
Daya (Kekuatan) Sastra
Kata yang disusun berjajaran,
Diatur urut bagai batu bata,
Disambung dihitung menurut ukuran,
Lalu mengandung daya!
Bata berkumpul jadi bangunan,
Tempat yang baik, terlindung, dan sentosa,
Membahagiakan orang hidup berkeluarga,
Demikian daya susunan batu bata.
Bangunan kata yang mengandung isi,
Daya kekuatannya melebihi
Buah perbuatan, pemikiran, dan perasaan,
Para empu, pujangga, dan sarjana
Simpanlah, ikatan dalam ciptaan,
Berwindu-windu jadi pedoman.
Sumber: Kejawen (1 April 1941)
Analisis Puisi:
Puisi "Dayaning Sastra" karya Intojo adalah sebuah refleksi mendalam tentang kekuatan sastra dalam pembentukan dan penyampaian makna.
Kekuatan Bahasa: Puisi ini menggambarkan kekuatan bahasa dalam sastra melalui metafora batu bata. Bahasa yang disusun dengan rapi dan teratur seperti susunan batu bata memiliki daya untuk membentuk bangunan makna yang kokoh dan berarti.
Metafora Bangunan: Puisi menggunakan metafora bangunan untuk menggambarkan karya sastra yang terbentuk dari kata-kata yang disusun dengan teliti. Seperti bangunan yang kokoh, karya sastra menjadi tempat perlindungan dan kebahagiaan bagi orang yang menjalaninya.
Pujian terhadap Sastrawan: Puisi ini juga merupakan sebuah pujian terhadap para sastrawan, pujangga, dan sarjana yang memiliki kekuatan untuk menciptakan karya sastra yang mempesona dan bermakna. Mereka mampu menyusun kata-kata menjadi karya yang menginspirasi dan mempengaruhi pemikiran banyak orang.
Simpanan Pengetahuan: Pada bagian akhir, puisi menekankan pentingnya menyimpan dan mewariskan karya sastra sebagai pedoman atau panduan untuk generasi selanjutnya. Karya sastra menjadi simpanan pengetahuan dan kebijaksanaan yang berkelanjutan dari masa ke masa.
Bahasa dan Struktur: Bahasa dalam puisi ini sederhana namun kuat, menggambarkan dengan jelas tentang kekuatan kata-kata dalam membentuk makna. Struktur puisi yang teratur dan ritmis mencerminkan kekakuan dan kekuatan dari susunan batu bata yang menjadi metafora utama dalam puisi.
Dengan demikian, puisi "Dayaning Sastra" karya Intojo merupakan sebuah penghormatan terhadap kekuatan bahasa dan karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan makna, menginspirasi, dan membentuk pemikiran manusia dari generasi ke generasi.
Karya: Intojo
Biodata Intojo:
- Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
- Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
- Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
- Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.