Puisi: Cerita Ocim (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Cerita Ocim" karya Adi Sidharta menggambarkan perjalanan seorang tokoh revolusioner, Ocim, yang melambangkan semangat perjuangan dan ...
Cerita Ocim
Kepada: dendang lesung di desa

Ocim anak revolusi
baginya tidak ada nyerah dan putus asa
dan merdeka punya arti yang kental seperti darah.

Ocim direnggutkan genderang bangsa
yang berdetar sepanjang urat nadinya
dia ucapkan selamat tinggal kepada
sawah kuning dan senyum Icih --
sejak ini bambu runcing jadi temanku
dalam medan rebutan nyawa untuk merdeka
supaya sawah dan Icih tersenyum emas.

Dia adalah granat yang meletus di Bandung-indah
dan mortir malaikat maut tepi Citarum
dia hantu bagi soldadu penjajah
dan pahlawan di hati Icih sunyi menanti......
"aku lihat dan runtuhkan gedung-gedung besar
sebab aku revolusi: hancurkan yang lama
dan bentuk dunia baru tempat bagia merata".

Terang bulan di kota Jakarta membawa
pikiran Ocim terbang ke waktu lalu
merembes pelan bisikan hati di sunyi malam:
"untuk merdeka aku tinggalkan desa
kehilangan sawah, suling dan Icih-manis
dan hari ini jutaan aku tetap dalam derita
jauh benar jalan ke dunia baru".

Dan nabi-nabi palsu berkeliaran menyuruh
Ocim berhenti menempuh jalan ke bahagia
kepada mereka selama ini dalam tindasan......
ah, kawan, segala apa telah kita berikan
suling dan nyanyi, keringat dan arah
untuk memberi arti pada merdeka
bagi kita tidak ada jalan jauh ke dunia baru!

Ocim kita dia anak tulen revolusi
yang telah kehilangan kekasih dan air mata
sebab dia hanya kenal merdeka untuk semua.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Cerita Ocim" karya Adi Sidharta menggambarkan perjalanan seorang tokoh revolusioner, Ocim, yang melambangkan semangat perjuangan dan pengorbanan untuk kemerdekaan. Dalam puisi ini, Sidharta menggunakan simbol-simbol kuat dan imaji yang menggugah untuk mengeksplorasi tema kemerdekaan, kehilangan, dan perjuangan.

Representasi Semangat Revolusi

Diawali dengan pengenalan karakter Ocim sebagai "anak revolusi," puisi ini segera mengisyaratkan bahwa semangat perjuangan adalah bagian inheren dari identitasnya. Pernyataan "tidak ada nyerah dan putus asa" mencerminkan tekad yang kuat dalam menghadapi tantangan. Dalam konteks ini, kemerdekaan digambarkan sebagai sesuatu yang memiliki "arti yang kental seperti darah," menunjukkan bahwa perjuangan untuk merdeka bukan sekadar sebuah tujuan, tetapi bagian dari jiwa dan identitas individu.

Pengorbanan untuk Kemerdekaan

Ocim digambarkan sebagai sosok yang siap meninggalkan segala hal yang dicintainya—"sawah kuning dan senyum Icih." Keputusan untuk mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan lamanya menunjukkan pengorbanan yang diperlukan dalam perjuangan. Kalimat "bambu runcing jadi temanku" menandakan bahwa Ocim beralih dari kehidupan yang damai ke dalam medan perang, siap menghadapi risiko dan tantangan demi kemerdekaan. Ini menciptakan kontras antara kehidupan sebelumnya yang tenang dan kehidupan yang sekarang dipenuhi dengan ketidakpastian.

Konsekuensi Perjuangan

Di baris yang menyebut Ocim sebagai "granat yang meletus di Bandung-indah" dan "mortir malaikat maut tepi Citarum," Sidharta menggunakan imaji yang menggambarkan kekuatan dan kehampaan yang dihadapi Ocim dalam perjuangannya. Ocim bukan hanya seorang pejuang, tetapi juga menjadi "hantu bagi soldadu penjajah," menunjukkan bagaimana keberaniannya mengancam para penjajah dan menjadikannya simbol ketakutan bagi mereka. Namun, di balik semua itu, ada rasa sakit yang mendalam karena kehilangan dan kesedihan yang dialami—"kekasih dan air mata."

Harapan dan Keberlanjutan

Ketika Ocim mengingat masa lalu dan menggambarkan "hari ini jutaan aku tetap dalam derita," ada rasa pesimisme yang menggelayuti. Meskipun sudah berjuang keras, realitas perjuangan tampak jauh dari harapan. Ini juga berfungsi sebagai kritik terhadap kenyataan pahit yang dialami oleh banyak pejuang kemerdekaan, di mana pengorbanan mereka tidak selalu diikuti dengan hasil yang memuaskan.

Penolakan terhadap Kekecewaan

Di tengah segala keraguan dan tantangan, Ocim tetap teguh pada keyakinannya. Dengan menyatakan bahwa "tidak ada jalan jauh ke dunia baru," puisi ini menegaskan komitmen Ocim untuk melanjutkan perjuangan meskipun ada banyak rintangan. Frasa "nabi-nabi palsu" menunjukkan bahwa ada banyak orang yang meragukan tujuan Ocim, tetapi ia tetap percaya pada arti kemerdekaan yang sejati—"hanya kenal merdeka untuk semua."

Puisi "Cerita Ocim" karya Adi Sidharta merupakan sebuah karya yang menggugah pemikiran tentang semangat perjuangan dan pengorbanan untuk kemerdekaan. Dengan menggambarkan karakter Ocim sebagai simbol pejuang sejati, puisi ini menyoroti tidak hanya tantangan yang dihadapi, tetapi juga kedalaman emosi yang terlibat dalam perjuangan tersebut. Melalui narasi yang kuat dan imaji yang menyentuh, Sidharta mengajak pembaca untuk merenungkan makna kemerdekaan dan tantangan yang masih ada dalam mewujudkan dunia yang lebih baik bagi semua.

Adi Sidharta
Puisi: Cerita Ocim
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.