Puisi: Catatan Seorang Lelaki (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Catatan Seorang Lelaki" karya Idrus Tintin menggambarkan bagaimana perang tidak hanya merusak fisik, tetapi juga jiwa manusia, mengingatkan ...
Catatan Seorang Lelaki

Seluruh badan penuh lumpur
Lusinan peluru dimuntahkan
Kepadanya

Lelaki itu tak bergerak
Kaku senyumnya
Orang bertiarap
Seribu ucap doa
Seribu mantera
Dilayangkan

Perang sedang berlangsung
Keselamatan adalah utama
Dari semuanya

Lelaki itu tak bergerak
kaku senyumnya
waktu merangkak dengan pasti
segala cerita berjalin
tapi pengkhianatan jarang
dicantumkan sesamanya
alasannya: kemanusiaan

lelaki itu tak bergerak
kaku senyumnya
darah tercecer di gerbang
angin menyapanya

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Catatan Seorang Lelaki" karya Idrus Tintin adalah sebuah karya yang menggambarkan kondisi manusia dalam situasi perang. Dengan kata-kata yang kuat dan penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak perang terhadap individu dan masyarakat. Melalui gambaran yang jelas dan emosional, Idrus menyampaikan pesan tentang penderitaan, kehilangan, dan pengkhianatan dalam konteks kemanusiaan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari lima bait yang mengalir dengan baik, menggunakan repetisi untuk menekankan kehadiran sosok lelaki yang menjadi fokus cerita. Frasa "Lelaki itu tak bergerak / kaku senyumnya" diulang beberapa kali, menciptakan kesan bahwa lelaki tersebut telah terjebak dalam keheningan dan kesedihan. Pemilihan kata yang sederhana tetapi kuat mengajak pembaca merasakan dampak emosional dari situasi yang dihadapi lelaki tersebut.

Perang dan Penderitaan

Diawali dengan gambaran "Seluruh badan penuh lumpur / Lusinan peluru dimuntahkan / Kepadanya," puisi ini secara langsung menyampaikan kengerian perang. Lelaki yang digambarkan dalam keadaan lumpur dan peluru menunjukkan betapa perang mengubah manusia menjadi sosok yang terpuruk dan tak berdaya. Poin penting di sini adalah ketiadaan tindakan dari lelaki tersebut, menggambarkan hilangnya harapan dan kekuatan dalam menghadapi situasi yang mengerikan.

Doa dan Kemanusiaan

Di bait berikutnya, "Orang bertiarap / Seribu ucap doa / Seribu mantera / Dilayangkan," Idrus menunjukkan bagaimana dalam kondisi krisis, manusia berusaha untuk berdoa dan berharap demi keselamatan. Namun, di tengah-tengah doa-doa ini, ada kesadaran bahwa "Perang sedang berlangsung / Keselamatan adalah utama / Dari semuanya." Ini menunjukkan betapa meskipun manusia berdoa, realitas perang tetap berjalan tanpa henti, dan keselamatan individu sering kali menjadi hal yang paling utama dan mendesak.

Kesadaran akan Pengkhianatan

Puisi ini juga menyinggung isu pengkhianatan dalam konteks kemanusiaan: "tapi pengkhianatan jarang / dicantumkan sesamanya / alasannya: kemanusiaan." Hal ini mencerminkan bahwa di tengah perang, nilai-nilai kemanusiaan sering kali terabaikan. Pengkhianatan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan sering kali, hal ini tidak dicatat atau dibicarakan dalam narasi perang. Melalui ungkapan ini, Idrus menggugah pembaca untuk mempertimbangkan moralitas dalam konflik.

Penutup yang Melankolis

Akhir puisi ini disimpulkan dengan gambaran yang melankolis: "darah tercecer di gerbang / angin menyapanya." Ini menciptakan suasana kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Darah yang tercecer mencerminkan tragedi yang tak terhindarkan dalam perang, sementara angin yang menyapanya menggambarkan kehadiran kematian dan kehampaan.

Puisi "Catatan Seorang Lelaki" karya Idrus Tintin adalah sebuah karya yang berhasil menyampaikan dampak emosional dari perang dan kondisi manusia yang terpuruk dalam situasi yang sulit. Dengan gambaran yang kuat dan gaya bahasa yang lugas, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan konsekuensi dari konflik dan pentingnya kemanusiaan dalam situasi yang penuh kekacauan. Idrus berhasil menggambarkan bagaimana perang tidak hanya merusak fisik, tetapi juga jiwa manusia, mengingatkan kita akan perlunya menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah kesulitan.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Catatan Seorang Lelaki
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.