Puisi: Cahaya Siang (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Cahaya Siang" karya Bakdi Soemanto mengeksplorasi tema janji, kesetiaan, dan harapan melalui gambaran alam dan kondisi cuaca.
Cahaya Siang
- untuk Istriku

Cahaya siang
digempur mendung habis-habisan
yang berarak ke selatan
arahnya.

Kecemasan menggetarkan daunan yang hijau
dan harapan pada pucuk-pucuknya
pucat pasi,
meskipun belum lenyap.

Aku telah berjanji untuk menjemputmu
kapan nanti saatnya tiba.
Meskipun pada titik waktu yang sama
hujan menderai
mungkin bersama angin yang marah.

Menjemput dan mengawalmu pulang
adalah suatu keharusan
yang menghidupkan arti
kehadiranku.

Maka meskipun langit dirampas
mega hitam
dan hujan deras tak terkira,
untuk melaksanakan janji itu,
bukan apa-apa.

O, kalau kau tahu
dalam kuyub
kurasakan nyala-dalam
tatkala kutatap senyummu,
saat kau keluar pintu,
kantor itu.

1975

Sumber: Kata (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Cahaya Siang" karya Bakdi Soemanto mengeksplorasi tema janji, kesetiaan, dan harapan melalui gambaran alam dan kondisi cuaca. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menyampaikan perasaan mendalam tentang komitmen dan kehadiran dalam menghadapi tantangan.

Struktur Puisi

Puisi ini dibagi menjadi beberapa bait yang masing-masing menggambarkan elemen berbeda dari situasi yang digambarkan, dari cuaca hingga emosi dan komitmen pribadi.

Gaya Bahasa

  • Metafora dan Personifikasi: Cuaca dan alam digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan emosi dan kondisi internal. Mendung, hujan, dan angin menggambarkan tantangan yang dihadapi. Contoh: "Cahaya siang / digempur mendung habis-habisan."
  • Simbolisme: Hujan dan mendung menjadi simbol dari kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi, sementara janji dan kehadiran menjadi simbol dari komitmen dan kesetiaan. Contoh: "Meskipun langit dirampas / mega hitam / dan hujan deras tak terkira."
  • Pernyataan Langsung dan Emosi Pribadi: Puisi ini berakhir dengan ungkapan perasaan pribadi dan kehangatan yang dirasakan, menekankan dampak emosional dari kehadiran orang yang dijanjikan. Contoh: "O, kalau kau tahu / dalam kuyub / kurasakan nyala-dalam / tatkala kutatap senyummu."

Tema dan Makna

  1. Janji dalam Kesulitan: Puisi ini menggambarkan janji yang harus dipenuhi meskipun menghadapi kondisi yang sulit. Cuaca buruk dan kecemasan mencerminkan tantangan yang dihadapi saat melaksanakan janji. Contoh: "Meskipun langit dirampas / mega hitam / dan hujan deras tak terkira."
  2. Kehadiran sebagai Makna: Melaksanakan janji dan menjemput seseorang adalah cara untuk mengekspresikan kehadiran dan makna dalam hubungan. Ini menunjukkan betapa pentingnya memenuhi komitmen untuk memperkuat hubungan. Contoh: "Menjemput dan mengawalmu pulang / adalah suatu keharusan / yang menghidupkan arti / kehadiranku."
  3. Harapan di Tengah Kesulitan: Meskipun harapan dan kecemasan digambarkan sebagai pudar dan tidak pasti, ada keyakinan bahwa harapan akan tetap ada dan penting untuk dijaga. Contoh: "Harapan pada pucuk-pucuknya / pucat pasi, / meskipun belum lenyap."
  4. Kehangatan Cinta: Momen pribadi saat melihat senyum orang yang dijanjikan membawa kehangatan dan makna yang mendalam, memberikan kontras terhadap kesulitan yang dihadapi. Contoh: "O, kalau kau tahu / dalam kuyub / kurasakan nyala-dalam / tatkala kutatap senyummu."
  5. Menghadapi Tantangan dengan Komitmen: Puisi ini menekankan pentingnya menghadapi tantangan dengan komitmen dan kesetiaan, menunjukkan bahwa makna kehadiran ditemukan dalam melaksanakan janji dan menghadapi kesulitan. Contoh: "Maka meskipun langit dirampas / mega hitam / dan hujan deras tak terkira, / untuk melaksanakan janji itu, / bukan apa-apa."
Puisi "Cahaya Siang" karya Bakdi Soemanto adalah karya yang menggambarkan tema janji, kesetiaan, dan harapan dengan menggunakan gambaran cuaca sebagai metafora. Melalui struktur dan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menyampaikan perasaan mendalam tentang komitmen pribadi dan makna kehadiran dalam menghadapi tantangan. Dengan penekanan pada pentingnya melaksanakan janji meskipun dalam kondisi sulit, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kesetiaan dan cinta dalam kehidupan.

Bakdi Soemanto
Puisi: Cahaya Siang
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.