Cadas Pangeran
(in memoriam Wardi Kusnatalistra)
kepada Memed Sastrahadiprawira
Engkau ajak kami, o, pujangga
anak zaman 'ngembara dan menikmati
keindahan daripada kejantanan
para perwira leluhur kami
karena kami pewaris sejati
nyala tradisi suci dan sakti.
Engkau ajak kami, o, pujangga
pada pesta warna masa yang silam
dan cinta agung terhadap bangsa
detik Pangeran Kornel mengsinga
keris di tangan di Cadas Pangeran
menghadang Daendels jendral penjajah.
Engkau ajak kami, o, pujangga
pada keberanian lelaki Sunda
yang menjadikan diri pahlawan dunia
hilang lebur dalam hormat pada segala
penentang murka berbagai warna
nafsu menghancur pribadi harga merdeka.
Dan kami maju menentang Daendels
Cadas Pangeran menyertai anak zaman
kami lahir dari indah kejantanan
perwira bangsa yang senyawa perwira zaman
karena itu kami maju menderu:
mengawal rakyat pencipta dunia baru.
Sumber: Rangsang Detik (1957)
Analisis Puisi:
Puisi "Cadas Pangeran" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang sarat makna dan simbolisme, merayakan semangat perjuangan dan identitas budaya. Dalam puisi ini, Sidharta mengajak pembaca untuk merenungkan sejarah perjuangan bangsa dan menghidupkan kembali nilai-nilai kejantanan dan keberanian yang diwariskan oleh para leluhur. Melalui narasi yang kaya dan penuh semangat, puisi ini menggambarkan relevansi sejarah dalam konteks masa kini.
Panggilan untuk Mengingat dan Merayakan
Puisi ini dibuka dengan seruan kepada seorang pujangga, menggambarkan rasa hormat dan pengakuan terhadap peran sastra dalam membangkitkan kesadaran kolektif. Dengan frasa "Engkau ajak kami," Sidharta menekankan pentingnya narasi sejarah yang dapat membimbing generasi muda. Penyebutan "anak zaman 'ngembara" menunjukkan keterhubungan antara generasi saat ini dengan masa lalu yang kaya akan nilai dan pengajaran.
Pewarisan Tradisi dan Keberanian
Sidharta menekankan bahwa generasi saat ini adalah "pewaris sejati" dari tradisi suci yang diwariskan oleh para pahlawan. Dalam konteks ini, "nyala tradisi suci dan sakti" menggambarkan semangat yang tetap menyala dan harus dipertahankan. Penyebutan Pangeran Kornel dan keris yang menjadi simbol perjuangan menunjukkan keberanian dan kehormatan yang terpatri dalam sejarah bangsa.
Konfrontasi Melawan Penjajah
Pujangga kemudian mengajak pembaca untuk mengenang momen-momen bersejarah, seperti ketika Pangeran Kornel menghadang Daendels, jenderal penjajah. Ini bukan sekadar pengingat sejarah, tetapi juga panggilan untuk bertindak dan menantang penindasan. Pangeran Kornel menjadi simbol perlawanan dan keberanian, yang mencerminkan semangat para pejuang yang tidak gentar menghadapi musuh.
Kejantanan dan Martabat
Sidharta menyoroti keberanian sebagai nilai inti dalam identitas bangsa. Penyebutan "keberanian lelaki Sunda" menggambarkan semangat lokal yang kuat. Ada nuansa hormat terhadap mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan, yang "hilang lebur dalam hormat pada segala." Hal ini menunjukkan bahwa keberanian tidak hanya berarti melawan fisik, tetapi juga melawan segala bentuk penindasan yang merusak harga diri.
Membangun Masa Depan
Puisi ini berakhir dengan pernyataan tentang masa depan, di mana generasi saat ini diharapkan untuk melanjutkan perjuangan dan mengawal rakyat menuju "dunia baru." Kalimat "kami lahir dari indah kejantanan" menegaskan bahwa nilai-nilai yang diwariskan harus dijadikan landasan dalam membangun masa depan yang lebih baik. Ini merupakan ajakan untuk beraksi dan menjadi agen perubahan.
Puisi "Cadas Pangeran" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang merayakan keberanian dan semangat perjuangan, mengajak generasi muda untuk mengenang sejarah dan melanjutkan perjuangan demi kemerdekaan. Melalui simbol-simbol kuat dan narasi yang menyentuh, puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai warisan budaya dan tradisi dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam konteks ini, Sidharta tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga menginspirasi pembaca untuk menatap masa depan dengan semangat dan keberanian.
Karya: Adi Sidharta
Biodata Adi Sidharta:
- Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.