Analisis Puisi:
Puisi "Bulan Terang" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah karya yang menyoroti keindahan malam dan dampaknya terhadap perasaan manusia. Dengan bahasa yang penuh imajinasi dan simbolik, puisi ini menawarkan refleksi tentang ketenangan, kerinduan, dan kebahagiaan yang dirasakan di bawah sinar bulan. Melalui penggunaan imaji yang kaya, Tatengkeng menyampaikan perasaan yang mendalam dan pencerahan batin yang diperoleh dari keindahan alam malam.
Struktur dan Makna Puisi
Puisi ini menggunakan gaya soneta yang terdiri dari beberapa bait (4-4-3-3) yang saling berhubungan, masing-masing dengan makna dan simbolismenya sendiri. Struktur puisi ini membentuk narasi tentang malam yang tenang dan efeknya terhadap jiwa manusia.
Ketenangan Alam Malam
Puisi dimulai dengan deskripsi tentang ketenangan malam:
"Sunyi lengang alam terbentang, Udara jernih tenang. Di langit mengerlip ribuan bintang, Bulan memancar caya senang."
Di sini, Tatengkeng menggambarkan malam yang tenang dengan "alam terbentang" dan "udara jernih tenang," menciptakan suasana yang damai dan harmonis. Kehadiran bintang yang "menggelip" dan bulan yang "memancar caya senang" menambah rasa kedamaian dan keindahan malam. Penggambaran ini mencerminkan ketenangan yang menenangkan dan memberikan rasa kebahagiaan serta kedamaian bagi jiwa yang merasakannya.
Perubahan dan Kerinduan
Bagian berikutnya menyoroti perubahan yang terjadi di malam hari dan dampaknya terhadap perasaan:
"Angin mengembus tertahan-tahan, Dan berbisik rasa kesukaan. Bulan beralih perlahan-lahan, Menuju magrib tempat peraduan."
Di sini, angin yang "mengembus tertahan-tahan" dan berbisik "rasa kesukaan" menciptakan nuansa nostalgia dan ketenangan. Bulan yang "beralih perlahan-lahan" ke arah magrib menunjukkan transisi waktu malam menuju malam lebih dalam, menambahkan elemen perubahan yang lembut namun signifikan.
Pencerahan dan Kerinduan
Bagian akhir puisi mengungkapkan perasaan dan pencerahan yang diperoleh dari malam tersebut:
"Hati yang masygul menjadi senang, Sukma riang terbang melayang, Karna lahir Kerinduan semalam: Ribaan Hua yang kukenang, Kudapat t’rang, kasih dan sayang, Serta damai hati di dalam."
Tatengkeng menunjukkan bagaimana malam yang tenang dan bulan yang bersinar mampu mengubah perasaan hati yang masygul menjadi "senang." Sukma yang "riang terbang melayang" menggambarkan perasaan kebahagiaan yang mengangkat jiwa. Kerinduan terhadap "Ribaan Hua" (kemungkinan merujuk pada seseorang yang dicintai) yang muncul di malam hari menggambarkan kedalaman emosi dan pencerahan batin. Penutup puisi ini mengungkapkan bagaimana malam dan kehadiran bulan memberikan "t’rang, kasih dan sayang," serta "damai hati di dalam," menciptakan perasaan damai dan kebahagiaan yang mendalam.
Emosional
Puisi ini mengeksplorasi tema ketenangan, kerinduan, dan pencerahan. Ketenangan malam dan keindahan bulan menimbulkan perasaan damai dan bahagia, sedangkan kerinduan dan nostalgia menambahkan dimensi emosional yang mendalam. Melalui imaji yang jelas dan simbolik, Tatengkeng berhasil menyampaikan perasaan yang rumit dan mendalam dengan cara yang sangat evocatif.
Puisi "Bulan Terang" karya J. E. Tatengkeng adalah puisi yang menyoroti bagaimana keindahan alam, khususnya bulan dan malam, dapat mempengaruhi perasaan dan keadaan batin seseorang. Dengan deskripsi yang indah tentang ketenangan malam dan efeknya terhadap hati dan sukma, puisi ini menawarkan pandangan yang mendalam tentang bagaimana pengalaman malam yang damai dapat mengubah dan memperkaya kehidupan emosional kita. Tatengkeng berhasil menggabungkan elemen keindahan alam dengan refleksi pribadi, menciptakan puisi yang menyentuh dan penuh makna.
Puisi: Bulan Terang
Karya: J. E. Tatengkeng
Biodata J. E. Tatengkeng:
- J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
- J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
- J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).