Puisi: Bukan Teka‐teki (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Bukan Teka-Teki" karya Sabar Anantaguna menyoroti tema kekuatan, perjuangan, dan ketidakadilan dalam konteks kehidupan manusia.

Bukan Teka‐teki


Bila elang
dikalahkan sikatan
tahukah kau rahasia kekuatan

Bila sikatan  
tak mampu melebur elang
tahukah kau rahasia kekuatan

Awan terbang di langit
berlomba burung merdeka

Tapi, di bumi beberapa banyak
manusia mati ditembak

Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Bukan Teka-Teki" karya Sabar Anantaguna menyoroti tema kekuatan, perjuangan, dan ketidakadilan dalam konteks kehidupan manusia. Dalam penggambaran yang sederhana namun sarat makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial dan politik yang ada di sekitarnya.

Konflik Simbolis antara Elang dan Sikatan

Pembukaan puisi memperkenalkan simbol elang dan sikatan, di mana masing-masing burung mewakili kekuatan dan kelemahan. "Bila elang / dikalahkan sikatan," menyiratkan bahwa kekuatan tidak selalu datang dari ukuran atau kekuatan fisik; terkadang, kekuatan dapat ditemukan dalam ketekunan dan keberanian yang mungkin tidak terlihat. Namun, pertanyaan yang diajukan menantang pembaca untuk memahami bahwa kekuatan itu kompleks dan berlapis.

Sebaliknya, "Bila sikatan / tak mampu melebur elang," mengingatkan kita bahwa meskipun ada perjuangan, ada kalanya kekuatan yang lebih besar tetap tidak tergoyahkan. Ini menciptakan ambiguitas yang mengajak pembaca merenungkan apa yang sebenarnya menjadi sumber kekuatan.

Kebebasan dan Keterbatasan

"Awan terbang di langit / berlomba burung merdeka," mengilustrasikan gambaran kebebasan dan aspirasi untuk meraih kemandirian. Namun, dalam kontras yang tajam, penutup puisi mengungkapkan kenyataan pahit yang dihadapi manusia: "Tapi, di bumi beberapa banyak / manusia mati ditembak." Kalimat ini menekankan tragedi yang terjadi di dunia, di mana impian kebebasan sering kali dihalangi oleh kekerasan dan penindasan.

Pesan Sosial yang Kuat

Melalui struktur puisi yang repetitif dan pertanyaan retoris, Anantaguna mengajak kita untuk tidak hanya merenungkan kekuatan individu, tetapi juga bagaimana kekuatan tersebut dapat dimanipulasi atau dihancurkan oleh kekuatan yang lebih besar. Kesedihan dan kepedihan yang disampaikan pada akhir puisi merupakan panggilan untuk kesadaran sosial, menyoroti bahwa banyak kehidupan berakhir tragis dalam perjuangan yang tidak adil.

Puisi "Bukan Teka-Teki" adalah puisi yang mendorong pembaca untuk menggali lebih dalam ke dalam makna kekuatan, kebebasan, dan keadilan. Dengan menggunakan simbolisme burung, Anantaguna tidak hanya membahas konflik individu, tetapi juga situasi sosial yang lebih luas. Puisi ini merupakan pengingat bahwa di balik setiap kekuatan, ada cerita dan perjuangan yang sering kali tidak terlihat. Dalam dunia yang dipenuhi dengan ketidakadilan, penting untuk tetap memperjuangkan kebebasan dan hak asasi manusia, meskipun perjalanan itu penuh dengan tantangan.

Sabar Anantaguna
Puisi: Bukan Teka‐teki
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.