Barisan Tani
Revolusi datang padaku
gelora laut tenggara
ucapan tak terkalahkan
Siapa itu!
Aku! aku!
tak gentar ngucap merdeka
berkawan deru prahara
seluruh pulau sudah terjaga --
aku! aku!
prajurit tani mentari katulistiwa
Siapa lagi itu!
Aku! aku!
tak gentar merebut desa
berkawan badai menyala
seluruh pekerja siap membela --
aku! aku!
prajurit tani berpacu kepahlawanan.
Revousi datang padaku
mengetok pintu ngucap merdeka
jangan mundur!
siapa itu!
aku! aku!
kebangkitan yang menyerbu.
Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)
Analisis Puisi:
Puisi "Barisan Tani" karya Sabar Anantaguna adalah karya yang menggugah semangat perjuangan, khususnya dari perspektif petani sebagai salah satu pilar penting dalam revolusi. Dalam puisi ini, Anantaguna mengangkat suara dan peran petani dalam perjuangan kemerdekaan, menekankan keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan dalam merebut kemerdekaan.
Tema Revolusi dan Kemandirian
Puisi ini diawali dengan pernyataan yang kuat: “Revolusi datang padaku.” Kalimat ini menciptakan kesan bahwa revolusi adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekadar peristiwa. Penyair menggambarkan gelora semangat yang datang dari “laut tenggara,” simbol yang mungkin merujuk pada kekuatan alam yang mendukung perjuangan. Melalui suara yang tegas, Anantaguna menyatakan identitas dirinya sebagai bagian dari revolusi dengan pengulangan frasa “aku! aku!” yang menegaskan keberanian dan komitmen.
Kekuatan Kolektif
Anantaguna juga menyoroti pentingnya solidaritas dalam perjuangan. Dalam bait berikutnya, ketika menyebut “seluruh pulau sudah terjaga,” terlihat bahwa perjuangan bukanlah usaha individu, tetapi kolektif. Semua petani, pekerja, dan orang-orang yang terlibat dalam perjuangan bersatu untuk mencapai kemerdekaan. Ini menekankan bahwa keberhasilan revolusi bergantung pada kerja sama semua elemen masyarakat.
Ketegasan dalam Perjuangan
Gaya penulisan Anantaguna sangat tegas dan lugas, mencerminkan semangat juang yang membara. Dengan frasa “tak gentar ngucap merdeka” dan “kebangkitan yang menyerbu,” puisi ini membangkitkan rasa optimisme dan keberanian. Penyair tidak hanya menggambarkan perjuangan sebagai suatu kewajiban, tetapi juga sebagai suatu kehormatan bagi petani dan pekerja untuk berkontribusi dalam membela tanah air.
Simbolisme Prajurit Tani
Penyebutan “prajurit tani” dalam puisi ini menunjukkan bahwa petani bukan hanya penggarap tanah, tetapi juga pejuang yang siap menghadapi tantangan. Anantaguna menempatkan petani pada posisi yang setara dengan prajurit lainnya dalam konteks perjuangan nasional, mengangkat martabat mereka dan mengakui kontribusi penting mereka dalam kemerdekaan.
Penutup: Suara Kebangkitan
Puisi "Barisan Tani" bukan hanya sekadar seruan untuk merdeka, tetapi juga sebuah pengakuan atas perjuangan dan kontribusi petani dalam sejarah bangsa. Anantaguna berhasil menggambarkan semangat kebangkitan dan keberanian yang memotivasi banyak orang untuk berjuang demi cita-cita bersama. Dalam setiap bait, terdapat dorongan untuk tidak mundur dan terus maju, menjadikan puisi ini sebagai sebuah karya yang relevan dan menginspirasi, baik dalam konteks sejarah maupun dalam semangat perjuangan saat ini.
Melalui puisi ini, kita diajak untuk menghargai dan mengingat peran petani dan masyarakat marjinal lainnya dalam membentuk sejarah, serta terus berjuang demi keadilan dan kemerdekaan yang hakiki.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.