Puisi: Bara di Periangan (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Bara di Periangan" karya Adi Sidharta menggambarkan semangat perjuangan dan cinta terhadap tanah air, terutama dalam konteks sejarah ...
Bara di Periangan
kepada Angkatan 26

Sekali engkau dibelai
gema tifa Pattimura
lonjak geram Diponegoro
derak jejak Imam Bonjol
yang meng-eposkan gunung dan lembah.

Dan engkau anak Periangan
engkau Egom engkau Hasan
engkau Dirja!
kalian bangunkan bara
jalan darah dalam sejarah.

Dari kehijauan kampung dan desa
jelita gadis perkasa pemuda
bara yang menjadi nyala
tidak bertanya berapa senjata
menghangus ragu menjadi abu.

Dari kehijauan kampung dan desa
jelita gadis perkasa pemuda
bara yang menjadi nyala
tebarkan senyum yang menantang
apa merintang cinta pada kebebasan.........

Cinta membakar dalam penjara
Suka miskin dan Cipinang
cinta mekar di pembuangan
Boven Digul Tanah merah
cinta meraksasa di tiang gantungan.

Sekali bara menyala
di kampung desa dan kota kami
nyelang membintang di 'Gustuspatlima
nyelang membintang di masa depan
baja kami dalam cinta kepada cita.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Catatan:
Menyongsong ulang tahun ke-30 pemberontakan 1926 (12-11-56).

Analisis Puisi:

Puisi "Bara di Periangan" karya Adi Sidharta merupakan karya yang menggambarkan semangat perjuangan dan cinta terhadap tanah air, terutama dalam konteks sejarah perjuangan Indonesia. Melalui lirik yang padat dan penuh makna, Sidharta mengekspresikan kegigihan para pejuang dan keberanian rakyat Periangan dalam mempertahankan kemerdekaan serta menciptakan perubahan.

Tema dan Makna

Tema utama puisi ini adalah semangat perjuangan dan pengorbanan untuk mencapai kemerdekaan. Sidharta mengajak pembaca untuk mengenang kembali para pahlawan seperti Pattimura, Diponegoro, dan Imam Bonjol, yang telah berjuang untuk membela tanah air. Penggunaan nama-nama pahlawan ini tidak hanya menandakan penghormatan, tetapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan yang diwariskan kepada generasi berikutnya.

Sidharta menyatakan, “Sekali engkau dibelai, gema tifa Pattimura,” menandakan bahwa semangat perjuangan tersebut tidak pernah padam. Pahlawan-pahlawan yang disebutkan dalam puisi ini adalah simbol dari keberanian dan keteguhan hati. Mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk bangkit dan melanjutkan perjuangan demi kemerdekaan.

Gaya Bahasa dan Struktur

Puisi ini ditulis dengan gaya bahasa yang puitis dan menggugah semangat. Penggunaan repetisi, seperti dalam frasa “Dari kehijauan kampung dan desa,” menciptakan ritme yang mengalir dan menghubungkan perasaan cinta terhadap tanah air dengan keindahan alam Indonesia. Sidharta juga mengunakan imageri yang kuat, seperti “bara yang menjadi nyala” dan “hangus ragu menjadi abu,” yang mengilustrasikan semangat dan tekad yang tak tergoyahkan.

Struktur puisi ini terdiri dari beberapa bait yang menyampaikan pesan secara berurutan. Setiap bait membawa pembaca semakin dalam ke dalam konteks sejarah dan perjuangan. Sidharta berhasil memadukan keindahan bahasa dengan kekuatan pesan, sehingga pembaca dapat merasakan emosi yang mendalam.

Emosi dan Pesan Moral

Puisi ini menimbulkan berbagai emosi, mulai dari rasa hormat kepada para pahlawan hingga semangat kebangkitan. Sidharta berhasil membangkitkan rasa cinta dan bangga akan tanah air melalui liriknya yang kuat. “Cinta membakar dalam penjara” mengisyaratkan bahwa meskipun dalam keadaan terpuruk, cinta kepada tanah air tetap hidup dan menjadi sumber kekuatan.

Pesan moral yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya mengingat sejarah dan menghargai pengorbanan para pahlawan. Selain itu, puisi ini mengajak generasi muda untuk terus berkarya dan berjuang demi kebebasan dan cita-cita bangsa. Cinta kepada tanah air tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata dalam memperjuangkan hak-hak dan keadilan.

Puisi "Bara di Periangan" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang kuat dan inspiratif, menggambarkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Dengan menggunakan imageri yang kaya dan gaya bahasa yang puitis, Sidharta berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya cinta kepada tanah air dan penghormatan kepada para pahlawan. Puisi ini mengajak kita untuk tidak melupakan sejarah, menghargai pengorbanan, dan melanjutkan perjuangan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam konteks ini, "bara" menjadi simbol dari semangat juang yang takkan pernah padam, baik di kampung, desa, maupun kota.

Adi Sidharta
Puisi: Bara di Periangan
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.