Analisis Puisi:
Puisi "Bapak" karya M. Saribi Afn adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema kematian, kesulitan hidup, dan siklus waktu dengan gaya bahasa yang kuat dan penuh simbolisme. Dengan menggabungkan elemen-elemen mitologis dan realitas yang keras, puisi ini memberikan gambaran mendalam tentang penderitaan dan perjuangan manusia dalam konteks keluarga dan kehidupan sehari-hari.
Kematian dan Warisan
Puisi ini dimulai dengan gambaran kematian yang kuat: "matinya ketika jago kluruk subuh-pagi / waris-waris datang nyesap darah dan darahnya." Kematian yang terjadi pada waktu subuh, ketika jago berkokok, menandakan permulaan hari yang baru, tetapi juga menandakan akhir dari sesuatu yang berharga. Frasa "nyesap darah dan darahnya" mengisyaratkan bagaimana warisan atau dampak dari kematian sering kali berlanjut, meninggalkan bekas yang mendalam pada mereka yang ditinggalkan.
Kekabungan "redup bulan musim-musim dingin" melambangkan suasana duka dan kehilangan yang mendalam, di mana bulan yang redup dan musim dingin menggambarkan ketidakmampuan untuk merasakan kehangatan dan cahaya. Ini menciptakan suasana yang suram dan penuh kesedihan, di mana kematian meninggalkan kekosongan yang sulit diisi.
Kelahiran dan Kesulitan
Baris berikutnya, "anaknya melahir hari ketiga bulan depannya / pada musim kekeringan dan musim kekeringan," menunjukkan lahirnya generasi baru dalam kondisi yang penuh tantangan. Kelahiran pada "musim kekeringan" mengisyaratkan kesulitan dan kekurangan, di mana masa depan tampaknya tidak menjanjikan.
"Dielu dan dielu tamparan setan-setan dari kota" mencerminkan penderitaan yang dihadapi oleh anak-anak dan keluarga sebagai akibat dari keadaan yang tidak mendukung. Tamparan setan-setan dari kota dapat diartikan sebagai tekanan sosial dan tantangan yang datang dari lingkungan eksternal, menambah beban hidup yang sudah berat.
Kehidupan dan Perjuangan
Puisi ini terus menggambarkan perjuangan hidup dengan frasa "keharusan memperkosa anak sulung anak bungsu / berpetualang dan bertualang sepanjang musim dan waktu." Ini menunjukkan bahwa kehidupan sering kali melibatkan tindakan yang tidak adil dan eksploitasi, baik secara fisik maupun emosional. "Berpetualang dan bertualang sepanjang musim dan waktu" mengindikasikan perjalanan hidup yang panjang dan penuh kesulitan, di mana setiap musim dan waktu membawa tantangan tersendiri.
Baris "hidupnya dari perhitungan ocehnya burung-burung subuh pagi" mengisyaratkan bagaimana kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan rutinitas dan penghitungan yang monoton. Burung-burung subuh pagi, yang biasanya dianggap sebagai simbol awal hari, di sini menjadi metafora bagi kehidupan yang harus dijalani dengan penuh perhitungan dan rutinitas.
Sasisasi dan Khayalan
"Dan khayalan dan khayalan merindu perhitungan / sasisasi muda dan sasisasi tua" menutup puisi ini dengan refleksi tentang harapan dan perhitungan hidup. "Khayalan" di sini dapat diartikan sebagai impian dan harapan yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. "Sasisasi" (sasiasi) yang merujuk pada perhitungan waktu, menunjukkan bagaimana hidup diukur dalam hitungan waktu dan pengalaman, baik dalam konteks muda maupun tua.
Kematian, Kesulitan, dan Harapan dalam Kehidupan
Puisi "Bapak" karya M. Saribi Afn menggambarkan siklus kehidupan dan kematian dengan cara yang kuat dan simbolis. Melalui deskripsi kematian, kesulitan kelahiran, dan perjuangan hidup, puisi ini menyoroti bagaimana setiap fase kehidupan diwarnai oleh penderitaan dan tantangan, tetapi juga harapan dan perhitungan yang harus dihadapi.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang realitas kehidupan yang sering kali keras dan penuh kesulitan, tetapi juga menawarkan kesempatan untuk refleksi dan harapan di tengah semua penderitaan. Dengan gaya bahasa yang penuh makna dan simbolisme, "Bapak" menyajikan pandangan yang mendalam tentang pengalaman manusia dalam menghadapi siklus kehidupan yang tidak pernah berhenti.