Analisis Puisi:
Puisi "Bali" karya Sobron Aidit merupakan karya sastra yang menggambarkan pandangan kritis terhadap perubahan budaya dan sosial di pulau Bali. Melalui tiga bagian puisi, penulis mengungkapkan kegelisahan terhadap dampak globalisasi, kehadiran turis asing, dan perubahan nilai-nilai tradisional di Bali.
Tema
- Dampak Globalisasi dan Pariwisata: Puisi mencerminkan dampak globalisasi dan industri pariwisata terhadap kehidupan masyarakat Bali. Krismon (krisis moneter), penuhnya resto dan pasar, serta komersialisasi ritual agama menjadi simbol perubahan ekonomi dan sosial yang merasuki kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
- Konflik Budaya dan Identitas: Kesimpang-siuran antara bule (turis asing) dan pribumi menjadi tema sentral. Puisi menunjukkan ketidakcocokan antara budaya lokal dengan kehadiran turis asing yang terlibat dalam aktivitas kontroversial, seperti jual-beli barang haram dan tindakan menghina terhadap adat dan budaya setempat.
- Kritik terhadap Pembauran: Puisi menyuarakan keprihatinan terhadap hilangnya identitas dan kepemilikan atas budaya Bali. Kemunculan budaya campuran antara bule dan pribumi, dengan dollar sebagai alat ukur utama, menciptakan gambaran bahwa kepentingan perdagangan lebih diutamakan daripada pelestarian budaya.
- Ketidaksetaraan Ekonomi: Puisi menggambarkan ketidaksetaraan ekonomi, dengan rupiah yang melemah dan dollar yang mendominasi. Hal ini mencerminkan perubahan prioritas, di mana nilai uang lebih dihargai daripada nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.
Gaya Bahasa
- Metafora: Penggunaan metafora "plat gramofone berputar-putar jalan di tempat" menciptakan gambaran tentang stagnasi dan keterbatasan dalam perkembangan masyarakat Bali, yang terus berputar di tempat tanpa kemajuan yang signifikan.
- Personifikasi: Personifikasi angin, ombak, dan kelapa menciptakan citra alam yang hidup dan aktif, memberikan sentuhan keindahan pada gambaran Bali. Namun, konflik antara bule yang "mengangkangi dan melecehkan budaya luhur" juga diperlihatkan melalui personifikasi ini.
- Ironi: Penggunaan ironi tergambar dalam penggambaran positif terhadap "teman-baruku" yang ternyata merupakan intel. Ironi ini mencerminkan sisi gelap kehidupan di Bali yang terjadi di balik citra ramah tamah dan keramahtamahan.
Makna
Puisi ini menyiratkan pesan bahwa Bali, yang dulu dianggap sebagai surga wisata dan surgawi di bumi, kini menghadapi tantangan serius terkait dengan hilangnya nilai-nilai tradisional dan dominasi budaya asing. Sobron Aidit secara tegas mengkritik perubahan tersebut, menunjukkan keprihatinan terhadap kerusakan budaya dan identitas lokal yang terancam oleh arus globalisasi.
Puisi "Bali" merupakan karya yang mencerminkan realitas pahit perubahan di Bali akibat globalisasi dan industri pariwisata. Dengan menggunakan bahasa yang indah namun tajam, Sobron Aidit mampu menggambarkan konflik budaya, ketidaksetaraan ekonomi, dan hilangnya identitas budaya di pulau tersebut. Puisi ini menjadi suara kritis terhadap dampak negatif perubahan yang terjadi di Bali, mengajak pembaca untuk merenung dan meresapi kompleksitas situasi yang dihadapi oleh masyarakat Bali.
Karya: Sobron Aidit