Puisi: Babaranjang (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Babaranjang" karya Raudal Tanjung Banua mengeksplorasi ketidakadilan sosial dan kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja.
Babaranjang

Aku melihat legam punggungmu, ayah
atau orang lain seperti ayah, berkelebat
begitu dekat, dengan tulang belakang terentang
serupa rel atau tangga ke langit, menyunggi barang galian
perut bumi - melintasi hamparan bahu
dan bungkuk kudukmu, berpunuk, penuh bungkulan
serupa getah karet batu-raja, sehitam batu-bara bukit-asam
terentang jauh dan panjang, o, babaranjang!

Segalanya terdedah di atas bak hitam terbuka, tapi siapa
yang bisa menyentuh muatanmu, kecuali si tangan panjang
sumber derita, di kota-kota dan bandarlama atau pelabuhan hampa
meski segalanya masih terikat pada rel karat itu
- tulang punggung ayahku atau orang lain
yang sama getas dan kelabu.

Ya, aku melihat punggungmu ayah, beribu-ribu punggung,
berjejer dari gunung ke kota hingga pantai terujung,
di sana, dicambuk gigir roda-roda baja, terkelupas
dan berdarah, di tengah gigil dan deru rindu semesta
kusaksikan pemandangan menakjubkan dari derita:
kereta hitam bak terbuka melaju terbang ke bulan
yang perlahan gerhana!

Palembang, 2006

Catatan:
Babaranjang: sebutan untuk kereta api barang (bak terbuka) yang biasa mengangkut hasil tambang batu-bara dan hasil bumi lainnya di daerah Sumatera Selatan.

Analisis Puisi:

Puisi "Babaranjang" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan kegetiran dan penderitaan yang dialami oleh para pekerja tambang yang mengangkut hasil bumi menggunakan kereta api barang. Dalam puisi ini, Banua menggunakan simbolisme dan metafora yang kuat untuk mengungkapkan penderitaan dan ketahanan para pekerja, serta menyoroti ketidakadilan sosial yang terkait dengan pekerjaan mereka.

Tema dan Makna

Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan dan pengorbanan para pekerja tambang yang mengangkut barang galian menggunakan kereta api barang, atau "babaranjang." Puisi ini menyoroti kondisi fisik yang berat dan ketidakadilan sosial yang dialami oleh para pekerja, sambil menunjukkan ketahanan mereka dalam menghadapi kesulitan.

Simbolisme dan Metafora

  • Babaranjang: Kereta api barang dalam puisi ini adalah simbol dari beban dan penderitaan yang harus ditanggung oleh para pekerja. Sebagai alat angkut yang digunakan untuk mengangkut hasil tambang, babaranjang mewakili kerja keras dan ketahanan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
  • Punggung dan Tulang Belakang: Punggung dan tulang belakang yang digambarkan dalam puisi ini adalah metafora untuk beban fisik dan emosional yang ditanggung oleh para pekerja. Mereka digambarkan sebagai "terentang jauh dan panjang" dan "berpunuk," menunjukkan seberapa berat dan melelahkannya pekerjaan mereka.
  • Getah Karet dan Batu Bara: Getah karet dan batu bara adalah simbol dari bahan-bahan yang diangkut dan kesulitan yang terlibat dalam pengangkutan barang-barang tersebut. Warna hitam yang dikaitkan dengan kedua bahan ini juga melambangkan penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh para pekerja.
  • Rel dan Tangga ke Langit: Rel dan tangga ke langit menggambarkan perjalanan panjang dan melelahkan yang harus dilalui oleh para pekerja. Ini mencerminkan perjalanan mereka dari tempat kerja ke tujuan mereka, serta keteguhan mereka dalam menghadapi kesulitan.

Narasi dan Refleksi

Puisi ini menggambarkan pemandangan yang menyentuh dan menyedihkan dari para pekerja yang mengangkut hasil tambang menggunakan babaranjang. Dengan melihat "punggungmu ayah" dan "beribu-ribu punggung" yang berjejer dari gunung ke kota, Banua menunjukkan betapa luas dan dalam penderitaan mereka.
  • Kondisi Pekerja: Penderitaan para pekerja digambarkan melalui deskripsi punggung yang penuh bungkulan dan terkelupas, serta kesulitan yang mereka hadapi di tengah gigil dan deru semesta. Ini menunjukkan bagaimana pekerjaan mereka tidak hanya menuntut tenaga fisik tetapi juga meninggalkan dampak emosional dan mental yang mendalam.
  • Ketidakadilan Sosial: Puisi ini juga mengkritik ketidakadilan sosial yang terkait dengan pekerjaan mereka. Meskipun kerja keras mereka sangat penting, mereka sering kali diabaikan dan tidak mendapatkan penghargaan yang layak. Ini terlihat dari bagaimana muatan mereka hanya bisa disentuh oleh "si tangan panjang," simbol dari kekuatan yang lebih besar dan tidak peduli.
  • Pemandangan Menakjubkan dari Derita: Gambar akhir puisi yang menggambarkan babaranjang melaju terbang ke bulan yang perlahan gerhana mencerminkan keputusasaan dan harapan yang tak terpenuhi. Ini menunjukkan bagaimana penderitaan para pekerja, meskipun sangat nyata, sering kali tidak mendapatkan perhatian atau solusi yang memadai.

Gaya dan Suasana

Gaya bahasa Banua dalam puisi ini adalah deskriptif dan penuh perasaan, dengan penggunaan metafora dan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan makna yang mendalam. Suasana puisi ini adalah campuran antara keputusasaan dan kekaguman, menciptakan dampak emosional yang mendalam pada pembaca.

Puisi "Babaranjang" karya Raudal Tanjung Banua adalah karya yang kuat dalam menggambarkan penderitaan dan pengorbanan para pekerja tambang. Dengan menggunakan simbolisme babaranjang dan metafora punggung serta tulang belakang, Banua mengeksplorasi ketidakadilan sosial dan kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan ketahanan dan kesulitan yang dialami oleh para pekerja serta menyadari pentingnya menghargai kerja keras mereka dalam masyarakat.

Puisi: Babaranjang
Puisi: Babaranjang
Karya: Raudal Tanjung Banua

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Putri MaluPuan, usahlah berpaku pada pintu,sudah mahir aku memasukimu.Puan, walau gaunmu kian kembang,terdedah ke lekukmu aku gelombang.Lamat-lamat kajimu di dekat tungku,agar kure…
  • Cerita untuk MargaKe arah senjaAda selingkar jalanTebing rendahRemang warung dan ruap kopiDi udaraSeorang lelakiBerjalan sendiriLelaki ituBernama melankoliBerjalan, berjalanTerus, …
  • Yang Mencari MakanMencari makan menyeberangi perbatasanmereka bebas masuktanpa surat-surat resmiBurung-burung musiman!Tampakkah olehmu belasungkawa hitamterbang keluar melintasi pe…
  • MeiKau datang dari sebuah ujung yang jauhDatang dengan tas punggung serta sungging senyumYang tergantung ngungun. Pada subuh yang dingin ituBandung bagaikan kuburan “Ke sini aku ha…
  • Pastoraldi tengah perjalanan antara rumahku dan tanah kuburIa menyapaku. “Semoga api dan gigitan tujuh ularberbisa: tak bersarang di tubuhmu,” kata-Nya. Ruhkupucat-pasi, kalbuku gu…
  • Sebuah Kamar"Ada sebuah gambar Yang Mulia Dalai Lama di kamarkuDia selalu tersenyum dan berkacamata sepertimu," suara ituTerdengar dari ujung telepon malam-malam, seperti getar huj…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.