Puisi: Asmara (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Asmara" karya Iswadi Pratama menggambarkan perjalanan hubungan asmara yang rumit, penuh dengan kekhawatiran, kehilangan, dan refleksi ...
Asmara

Aku mengantarmu setelah hujan di minggu lengas itu
aku tahu, aku akan menyukai kesedihan
seperti kabut pada rumput di sepanjang
jalan setapak yang becek dan penuh jejak

hari-hari pun akan mengambang
menjauh dari peristiwa-peristiwa
melupakan semua pertemuan
dan percakapan yang menyisakan asam di tenggorokan

aku tahu
akan datang saat di mana tangan jadi senyap
meraba debar dan bentuk-bentuk yang luruh
sebelum lengkap

tapi aku akan mengenangnya
sambil menyusuri kota
pakaian lembab oleh cuaca
perasaan-perasaan tak bisa nyata

aku akan terjaga sepanjang malam
menyimpan, mungkin membuang
bagian-bagian tertentu dari hidup
yang dihancurleburkan waktu

dan aku tahu
yang kubuang tak akan kau pungut
yang kusimpan tak mungkin kau minta
kita telah saling memasuki dan membentuk sebuah dunia
tapi kita tak tahu di mana awal dan akhirnya

dan setelah hujan di minggu lengas itu
semua yang tiba bukan yang kita tunggu
semua yang kita tunggu remuk di kaki waktu.

Tanjungkarang, Februari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Asmara" karya Iswadi Pratama merupakan sebuah karya yang menggambarkan perjalanan hubungan asmara yang rumit, penuh dengan kekhawatiran, kehilangan, dan refleksi tentang masa lalu.

Gambaran Alam: Penyair menggunakan gambaran alam, seperti hujan dan kabut, untuk menciptakan suasana yang melankolis dan memperkuat perasaan kesepian dan kekhawatiran. Hujan dan kabut juga dapat diartikan sebagai metafora dari kesedihan dan kebingungan yang dirasakan dalam hubungan asmara.

Kehadiran Waktu: Waktu memiliki peran penting dalam puisi ini, ditunjukkan oleh penggunaan frasa "setelah hujan di minggu lengas itu". Waktu di sini mencerminkan perubahan dan proses yang tak terhindarkan dalam hubungan, serta perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang sudah berlalu.

Kehilangan dan Penyesalan: Penyair menggambarkan perasaan kehilangan dan penyesalan atas hubungan yang telah berakhir. Ada rasa menyesal dan kekecewaan terhadap apa yang telah terjadi, serta kesedihan atas apa yang telah hilang.

Kesulitan Menerima Kenyataan: Puisi ini juga mencerminkan kesulitan untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidup setelah hubungan berakhir. Ada perasaan terjaga sepanjang malam, menyimpan kenangan, dan merenungkan bagian hidup yang telah berlalu.

Ketidakpastian: Penyair mengekspresikan ketidakpastian tentang masa depan dan keberlanjutan hubungan. Ada rasa kebingungan tentang di mana awal dan akhir dari hubungan tersebut, serta perasaan bahwa apa pun yang datang tidak sesuai dengan harapan.

Puisi "Asmara" karya Iswadi Pratama adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan emosional dalam hubungan asmara. Dengan menggunakan gambaran alam dan penggambaran yang kuat tentang perasaan kehilangan dan penyesalan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas hubungan manusia dan kesulitan menerima kenyataan. Melalui kata-kata yang mendalam dan atmosfer yang melankolis, puisi ini berhasil menggambarkan perjalanan yang rumit dan penuh warna dalam asmara.

Iswadi Pratama
Puisi: Asmara
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.