Puisi: Anak Laut (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Anak Laut" karya Sabar Anantaguna menggambarkan kehidupan nelayan di Laut Jawa, serta hubungan erat antara manusia dan alam.

Anak Laut

kepada nelayan Madura

Nelayan di laut Jawa
menunggang ombak merebut nyawa

Ole olang parana alajarra
Ole olang alajar entar Serbaja

O, nelayan pulang pulau Madura
membawa menang angin bahaja

Ole olang parana alajarra
Ole olang alajar entar Serbaja

Ooooi, langit putih
langit putih
berlambai buaian buih

Ole olang parana alajarra
Ole olang alajar entar Serbaja

Laut ini tanahku, oooi, ikan-ikan
berbantal ombak disapu angin

Laut ini ibuku, oooi, ikan-ikan
aku menyusu di situ dibesarkan

Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)

Catatan:
Mari pulang perahu sedang berlayar
mari pulang berlajar ke Surabaya

Analisis Puisi:

Puisi "Anak Laut" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan nelayan di Laut Jawa, serta hubungan erat antara manusia dan alam. Melalui imaji yang kuat dan lirik yang puitis, puisi ini menyampaikan rasa cinta, perjuangan, dan identitas yang terjalin dengan laut.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini dibuka dengan gambaran dramatis tentang kehidupan nelayan: “Nelayan di laut Jawa menunggang ombak merebut nyawa.” Frasa ini mengisyaratkan bahaya yang dihadapi nelayan dalam mencari nafkah, di mana ombak bukan hanya menjadi teman, tetapi juga tantangan yang harus ditaklukkan. Penggunaan kata "merebut" menambah kesan bahwa ada perjuangan sengit dalam setiap pelayaran.

Tema Perjuangan dan Identitas

Pengulangan frasa “Ole olang parana alajarra, Ole olang alajar entar Serbaja” menciptakan nuansa ritual dan kebersamaan, seolah-olah mengajak komunitas untuk kembali ke rumah. Kalimat ini, yang berarti “Mari pulang perahu sedang berlayar, mari pulang belajar ke Surabaya,” mencerminkan rasa nostalgia dan keinginan untuk kembali ke tempat asal, tempat di mana pendidikan dan pengetahuan menunggu.

Cinta terhadap Laut

Bait yang mengungkapkan rasa cinta kepada laut sangat kuat: “Laut ini tanahku, oooi, ikan-ikan, berbantal ombak disapu angin.” Ini menunjukkan bahwa laut bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari identitas dan keberadaan nelayan. Dalam konteks ini, laut digambarkan sebagai “ibuku,” memberikan kehidupan dan membesarkan mereka, melambangkan hubungan mendalam antara manusia dan alam.

Simbolisme dan Imaji Alam

Lirik yang menggambarkan langit putih dan buih ombak memberikan nuansa keindahan dan ketenangan. “Ooooi, langit putih berlambai buaian buih” menciptakan gambaran visual yang menarik, di mana laut dan langit bersatu dalam harmoni. Ini menekankan bahwa di balik perjuangan dan kesulitan, ada juga keindahan yang patut dihargai.

Penutup dan Refleksi

Puisi ini menekankan pentingnya hubungan manusia dengan alam, khususnya bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada laut. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan lirik yang menggugah, Anantaguna mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari perjuangan, cinta, dan identitas.

Puisi "Anak Laut" karya Sabar Anantaguna adalah karya yang menyentuh hati, menggambarkan kehidupan nelayan yang berjuang di tengah lautan yang penuh tantangan. Dengan lirik yang puitis dan imaji yang kaya, puisi ini menggambarkan cinta yang mendalam terhadap laut sebagai sumber kehidupan. Anantaguna berhasil mengajak pembaca untuk memahami betapa eratnya hubungan antara manusia dan alam, serta pentingnya menjaga ikatan tersebut untuk generasi mendatang. Puisi ini adalah penghormatan kepada mereka yang berani melawan ombak demi kehidupan dan masa depan.

Sabar Anantaguna
Puisi: Anak Laut
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.