Analisis Puisi:
Puisi "Anak" karya Idrus Tintin merupakan sebuah karya yang menyentuh, mengungkapkan perjalanan emosional seorang orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang anaknya. Dalam puisi ini, Idrus tidak hanya mengekspresikan kasih sayang yang mendalam, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan betapa cepatnya waktu berlalu dan bagaimana setiap momen dalam hidup anak dapat mempengaruhi ikatan antara orang tua dan anak.
Kekuatan Emosi dan Kenangan
Puisi ini dibuka dengan gambaran lembut tentang momen ketika si anak tersedak dalam buaian. Tindakan kecil penulis untuk mengecilkan suara radio yang mengalunkan lagu favorit menunjukkan rasa kasih sayang yang tulus dan perhatian yang dalam. Dalam lirik tersebut, si anak diibaratkan sebagai bulan, menggambarkan keindahan dan keanggunan, sekaligus menciptakan citra yang penuh harapan.
Kedekatan ini terus berlanjut dengan peristiwa ketika anak sakit campak. Ketidakmampuan orang tua untuk tidur karena khawatir akan keadaan anak menggambarkan cinta yang tulus dan pengorbanan yang sering dilakukan oleh orang tua. Melalui frasa "melenggang waktu, gemelai seperti dalam tari," Tintin menyampaikan bahwa meskipun ada kesedihan, waktu tetap bergerak, mengalir seperti sebuah tarian yang indah namun penuh kesedihan.
Perubahan dan Kesadaran Waktu
Saat anak diwisuda, nuansa puisi berubah menjadi lebih reflektif. Penulis hadir dalam upacara tersebut dengan kursi roda, yang menandakan bahwa waktu telah berlalu, dan penulis sudah berada di fase hidup yang berbeda. Penyaluran rasa bangga yang dalam untuk pencapaian anak digambarkan dengan indah, namun diiringi dengan kesadaran bahwa waktu tidak bisa dihentikan. Frasa "bergerak laju waktu, tak sempat lagi aku menghitungnya" menegaskan bahwa hidup itu singkat dan tak terduga, meskipun saat-saat berharga sangat berarti.
Kesedihan di Balik Kebanggaan
Puisi ini diakhiri dengan refleksi yang penuh perasaan ketika anak "mengedikkan dada" dan memamerkan bintang jasa. Di sinilah terasa kesedihan yang mendalam, karena penulis mungkin sudah tidak ada di dunia ini lagi saat anak merayakan pencapaiannya. Melalui kalimat "melintas waktu seperti kilas kilat di langit malam," Idrus menekankan betapa cepatnya waktu berlalu dan bagaimana setiap momen berharga tidak dapat diulang.
Puisi "Anak" karya Idrus Tintin adalah sebuah karya yang mengingatkan kita akan nilai waktu dan pentingnya momen-momen kecil dalam kehidupan. Melalui gambaran kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan, Idrus berhasil mengekspresikan perjalanan emosional seorang orang tua yang mencintai anaknya tanpa syarat. Dalam setiap bait, terdapat kedalaman perasaan yang mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana hubungan antara orang tua dan anak dibentuk oleh pengalaman bersama, yang melintasi waktu dengan cepat. Puisi ini menekankan bahwa meskipun waktu dapat memisahkan, cinta yang tulus akan selalu ada, meninggalkan jejak yang abadi dalam ingatan.
Puisi: Anak
Karya: Idrus Tintin
Biodata Idrus Tintin:
- Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
- Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.