Puisi: Amoi, Penjaja Roti (Karya Agam Wispi)

Puisi "Amoi, Penjaja Roti" karya Agam Wispi mengeksplorasi tema kemiskinan, harapan, dan ketidakpastian yang dialami oleh Amoi, seorang penjaja ...
Amoi, Penjaja Roti

untuk satu dolar dia senyum
amoi genit memeluk roti
untuk satu dolar dia dicium
kapal masuk rindu kelasi

pecah pajar
amoi ke pantai

dada berombak tangis membuih
ditepis perahu dari pabrik
dari jalan-raya, lorong tangga-batu
kadang mereda sayap elang hinggap
kadang gelisah lampu-kota
ditampung gelap

tembus peluit ke tepi langit
amoi tegak atas ombak
geliting jalang perempuan pedagang gelap
amoi gelak di geladak

o, kapal terpulau asing
di teluk gemerlap permata
perahu-mesintempel bagai silangsiur ikan
berbalasan kecipak air dan kilau
sentuhan cahya timbul hilang

menyibak duka
menyibak dahaga
menyibak paksa
rambut angin utara membulir mukanya
amoi loncat dari perahu ke perahu

            terima kasih, baik hati...............
            ai banyak tengok orang jahat
            satu dolar bukan ai punya
            tapi singa lapar, centeng, mata-mata
            pecah pajar amoi ke pantai
            di atas ombak dia tegak
            antara geladak dan gedung meluap harap
            untuk satu dolar
            untuk satu dolar
            di tangannya roti
            di tangannya taigigi
            di tangannya juga binar hati

Singapura, 15 Juni 1956

Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Amoi, Penjaja Roti" karya Agam Wispi merupakan sebuah karya yang mencerminkan kehalusan perasaan dan kompleksitas kehidupan melalui lensa seorang tokoh yang menjadi pusat cerita. Dengan struktur yang khas dan penggunaan bahasa yang puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia seorang penjaja roti yang bernama Amoi.

Tema dan Makna

Puisi ini mengeksplorasi tema kemiskinan, harapan, dan ketidakpastian yang dialami oleh Amoi, seorang penjaja roti yang berjuang untuk hidup. Dengan latar belakang kehidupan pelabuhan dan laut, puisi ini menggambarkan kesulitan dan rasa kesepian yang dirasakan oleh Amoi, sambil menyoroti kegigihannya dalam menghadapi tantangan hidup.

Frasa "untuk satu dolar dia senyum" dan "untuk satu dolar dia dicium" menggambarkan betapa pentingnya uang dalam kehidupannya. Senyum dan ciuman yang diterima adalah simbol dari interaksi yang mungkin tampak sepele namun sangat berarti baginya dalam perjuangan sehari-hari.

Gambaran Visual dan Atmosfer

Penggunaan bahasa yang kuat dan deskriptif menciptakan gambar-gambar yang hidup dalam puisi ini. Misalnya, "pecah pajar" menggambarkan terbitnya matahari dengan cara yang dramatis, menunjukkan pergeseran dari kegelapan ke cahaya, atau mungkin menggambarkan perubahan dari kesedihan ke harapan.

Amoi digambarkan sebagai seorang yang berdiri "tegak atas ombak", yang menunjukkan ketahanan dan kekuatan dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. Dia berdiri di antara "geladak" kapal dan "gedung meluap harap", menggarisbawahi ketegangan antara keinginan dan kenyataan.

Simbolisme

Amoi sebagai tokoh utama dalam puisi ini adalah simbol dari perjuangan individu melawan keadaan. Roti yang dia jual melambangkan kebutuhan dasar dan juga upayanya untuk bertahan hidup. Uang satu dolar menjadi simbol dari kesenjangan ekonomi dan nilai-nilai kecil yang sangat berharga dalam kehidupannya.

Selanjutnya, "rambut angin utara membulir mukanya" menggambarkan tantangan dan ketidakpastian yang dihadapi Amoi, sementara "amoi loncat dari perahu ke perahu" menunjukkan upayanya untuk mencari tempat yang lebih baik atau mungkin mencoba berbagai cara untuk bertahan hidup.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam puisi ini sangat menonjol dengan penggunaan metafora dan personifikasi. Laut dan kapal tidak hanya sebagai latar fisik tetapi juga sebagai representasi dari perasaan dan emosi Amoi. Misalnya, "geliting jalang perempuan pedagang gelap" menggunakan bahasa yang menggabungkan unsur realitas dengan elemen fantasi, memberikan nuansa yang kompleks pada kehidupan Amoi.

Puisi "Amoi, Penjaja Roti" karya Agam Wispi merupakan contoh yang mengesankan dari bagaimana puisi dapat mencerminkan dan menyelidiki aspek-aspek mendalam dari kehidupan manusia. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan penuh warna, Wispi membawa pembaca ke dalam dunia Amoi yang penuh dengan perjuangan dan harapan. Setiap baris puisi ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga cerminan dari ketahanan dan keuletan manusia dalam menghadapi kesulitan.

Dengan kesederhanaan yang dalam, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan makna kehidupan dan menghargai setiap usaha kecil yang dilakukan untuk bertahan hidup, seperti yang dilakukan oleh Amoi dengan senyum dan roti di tangannya.

Agam Wispi
Puisi: Amoi, Penjaja Roti
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.