Ambisi
Matahari bersinar
Mengajak untuk bangkit
Tangga menuju langit
Begitu dahsyat badai menerpa
Jiwa terkoyak, menahan hingga bergetar
Terjatuh tidak menjadi patah
Bangun, naik kembali
Meski banyak paku yang menusuk
Penyair menjadi idolanya
Ambisi dari sejak kecil
Dua puluh lima jadi saksi
Dalam perjuangan selama ini
Bandung, 10 Juni 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Ambisi" karya Rin mengisahkan perjalanan seseorang dalam mengejar mimpi dan cita-citanya, penuh dengan tantangan dan hambatan yang dilalui. Dengan menggunakan metafora dan bahasa yang kuat, puisi ini menyampaikan semangat pantang menyerah meskipun menghadapi rintangan yang besar.
Cahaya Matahari sebagai Simbol Kebangkitan
Bait pertama dibuka dengan gambaran "Matahari bersinar", yang bisa diartikan sebagai simbol pencerahan dan kebangkitan. Matahari yang menyinari menggambarkan dorongan eksternal yang mengajak seseorang untuk bangkit dan bergerak maju, menghadapi tantangan yang ada. "Tangga menuju langit" melambangkan ambisi tinggi dan mimpi besar yang ingin dicapai. Namun, di balik itu semua, ada badai dahsyat yang terus menerpa, menunjukkan bahwa perjalanan menuju kesuksesan tidak pernah mudah.
Kekuatan dan Keteguhan Hati
Pada bait kedua, kita melihat bahwa "jiwa terkoyak", sebuah ungkapan yang menunjukkan penderitaan batin yang dialami dalam menghadapi berbagai rintangan. Namun, meski "terjatuh," semangat yang ada tidak pernah "patah." Ada keteguhan hati untuk terus bangkit, naik kembali, meski banyak "paku yang menusuk." Ini merupakan gambaran simbolis dari rasa sakit yang ditanggung selama perjuangan, namun keinginan untuk mencapai tujuan tetap lebih besar daripada rasa sakit itu sendiri.
Penyair sebagai Sumber Inspirasi
Pada bait ketiga, kita diperkenalkan pada sosok "penyair" yang menjadi idola sejak kecil. Sosok ini bisa diartikan sebagai figur inspiratif yang memotivasi sang tokoh dalam puisi untuk terus berjuang. Penyair di sini mungkin juga mewakili kreativitas, ekspresi diri, atau kebebasan, yang menjadi pendorong utama dalam perjalanan mencapai ambisi.
Pencapaian dan Perjuangan Waktu
Bait penutup menyebut angka "dua puluh lima" yang menjadi saksi perjuangan selama ini. Angka ini kemungkinan besar merujuk pada usia tokoh dalam puisi, menandakan bahwa pada titik usia tersebut, ambisi yang sudah dikejar sejak kecil telah melalui berbagai ujian dan cobaan. "Dua puluh lima" menjadi penanda waktu yang menegaskan bahwa perjuangan untuk mencapai sesuatu memerlukan ketekunan selama bertahun-tahun, dan tidak ada keberhasilan yang diraih tanpa pengorbanan.
Makna dan Refleksi
Puisi Ambisi menggambarkan perjuangan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Melalui metafora badai, tangga, dan paku, Rin menunjukkan betapa sulitnya perjalanan meraih cita-cita, namun pada akhirnya, tekad yang kuat dapat mengatasi semua hambatan. Sosok penyair sebagai idola juga menambah lapisan makna bahwa setiap orang membutuhkan inspirasi, figur, atau impian yang dapat menjadi pemandu dalam perjalanan hidupnya.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang ambisi pribadi mereka dan menyadari bahwa kesuksesan sering kali membutuhkan waktu, ketabahan, dan keberanian untuk menghadapi rasa sakit dan kegagalan.
Karya: Rin
Biodata Rin:
- Karina Eka Putri lahir pada tanggal 6 Desember 1998 di Bandung.
- Rin mempunyai punya hobi literasi sejak kecil, namun karya-karyanya baru dipublikasikan pada tahun 2021.
- Buku Antologi "Setumpuk Rindu untuk Ayah", terdapat tiga puisi yang ditulis oleh Rin, di antaranya "Ayahku, Pahlawanku", "Ayah, Aku Rindu" dan "Pantaskah Aku Memanggilmu, Ayah?".
- Ia aktif menulis di Asqa Imagination School (AIS) #46.