Puisi: Akhir Kata (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Akhir Kata" karya Idrus Tintin mengeksplorasi perjalanan kata-kata dalam konteks ekspresi dan makna hidup.
Akhir Kata

Pada mulanya ialah bunyi
lalu tercipta kata pertama
untuk menyatakan terima kasih
dari hati yang putih tak tercela

Setelah itu
seperti benih tumbuhkan tunas
bunga-bunga dan buahnya lebat sarat
itulah kosa kata bahasa manusia
dan dengan itu semua
kulahirkan puisi
kisah pengkhianatanku kepadamu
dendang tentang cinta kita
mabuk seribu malam
dan doa-doa yang membumbung
terbang ke langit
seperti burung-burung putih kecil-kecil
coba menggapai singgasanamu

Pada mulanya ialah bunyi
dan akhirnya tak lain sunyi

Sumber: Burung Waktu (1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Akhir Kata" karya Idrus Tintin mengeksplorasi perjalanan kata-kata dalam konteks ekspresi dan makna hidup. Dengan penggambaran yang puitis, puisi ini membawa pembaca dari asal mula bunyi hingga ke titik akhir yang sunyi, menciptakan narasi yang reflektif dan penuh emosi.

Dari Bunyi ke Kata

Pembuka puisi, "Pada mulanya ialah bunyi," menciptakan kesan bahwa semua hal dimulai dari suara. Suara ini berfungsi sebagai elemen dasar yang mendasari semua bentuk komunikasi. Dalam konteks ini, bunyi dapat dipahami sebagai potensi untuk mengungkapkan diri. Ketika bunyi berkembang menjadi kata, hal itu menggambarkan evolusi bahasa manusia. Pernyataan ini tidak hanya mengacu pada penciptaan bahasa, tetapi juga pada kemampuan manusia untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka melalui kata-kata.

Lalu, Idrus menambahkan, "lalu tercipta kata pertama untuk menyatakan terima kasih dari hati yang putih tak tercela." Ini menunjukkan bahwa bahasa tidak hanya digunakan untuk komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur. Dengan menggunakan ungkapan "hati yang putih tak tercela," penulis menekankan ketulusan dan kebersihan niat di balik kata-kata yang diucapkan.

Pertumbuhan dan Ekspresi

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan proses pertumbuhan: "seperti benih tumbuhkan tunas." Di sini, kata-kata dianalogikan dengan tanaman yang tumbuh, menghasilkan "bunga-bunga dan buahnya lebat sarat." Ini adalah representasi dari kekayaan dan keragaman kosa kata yang berkembang seiring waktu. Setiap kata membawa makna dan pengalaman yang berbeda, menciptakan sebuah ekosistem bahasa yang hidup.

Pernyataan bahwa dengan semua itu, penulis "kulahirkan puisi" menunjukkan bahwa puisi merupakan hasil akhir dari perjalanan panjang antara bunyi dan kata. Puisi, sebagai bentuk ekspresi artistik, mampu menyampaikan "kisah pengkhianatanku kepadamu" dan "dendang tentang cinta kita." Melalui ini, Idrus menyoroti kekuatan puisi dalam menyampaikan emosi yang mendalam, seperti cinta dan pengkhianatan.

Simbolisme Doa dan Harapan

Di bagian selanjutnya, penulis mengaitkan kata-kata dengan harapan dan doa, "dan doa-doa yang membumbung terbang ke langit seperti burung-burung putih kecil-kecil." Burung putih sering kali melambangkan harapan, kedamaian, dan kebebasan. Melalui simbol ini, puisi menggambarkan aspirasi untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi, sesuatu yang dapat menghubungkan manusia dengan kekuatan yang lebih besar atau dengan Tuhan.

Akhir yang Sunyi

Penutup puisi, "Pada mulanya ialah bunyi, dan akhirnya tak lain sunyi," menawarkan sebuah kontras yang mendalam. Meskipun perjalanan dimulai dengan suara dan ekspresi, ia berakhir dalam kesunyian. Ini bisa diartikan sebagai refleksi terhadap keterbatasan kata-kata dalam mengekspresikan segala sesuatu yang kita rasakan. Meskipun kata-kata mampu menyampaikan banyak hal, pada akhirnya, ada pengalaman dan perasaan yang tak terungkap, terjebak dalam sunyi.

Puisi "Akhir Kata" karya Idrus Tintin merupakan sebuah perjalanan yang dalam dari bunyi menuju sunyi. Melalui penggambaran yang puitis dan simbolis, Idrus mengeksplorasi kekuatan dan keterbatasan bahasa serta pengalaman manusia. Dari ungkapan syukur hingga harapan yang terbang, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna kata-kata dan bagaimana mereka membentuk kehidupan dan hubungan kita. Dalam penutup yang sunyi, terdapat sebuah pengingat bahwa tidak semua pengalaman dapat diungkapkan, namun semua itu tetap ada dalam diri kita.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Akhir Kata
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.