Analisis Puisi:
Puisi "Air Selokan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menarik dan penuh makna. Puisi ini menggambarkan gambaran tentang air selokan yang sering dianggap kotor dan tercemar, namun penulis berhasil menghadirkan perspektif berbeda yang mengeksplorasi keindahan yang tersembunyi di balik kekotoran.
Simbolisme Air Selokan: Air selokan dalam puisi ini tidak hanya mewakili kekotoran dan bau yang tidak sedap, tetapi juga merupakan simbol kehidupan. Air selokan mengalir dari rumah sakit, yang mencerminkan kehidupan dan kematian. Di masa lalu, air selokan juga digunakan untuk memandikan sang penulis saat lahir, yang menggambarkan bahwa kehidupan dan kematian terkadang bersatu dalam aliran yang sama.
Kontras Antara Kotoran dan Keindahan: Puisi ini menciptakan kontras antara kotoran dan keindahan. Meskipun air selokan dianggap kotor, di sana juga bisa dijumpai keindahan alami. Seperti ketika dua anak menemukan sesuatu yang berkilauan di permukaan air, meskipun bau anyirnya masih menyergap. Kontras ini mencerminkan bahwa di dalam kesulitan dan kekotoran kehidupan, masih terdapat keindahan yang bisa dinikmati.
Kehidupan dan Kematian Berdampingan: Puisi ini menyajikan kehidupan dan kematian yang berdampingan. Air selokan mengalir dari rumah sakit, tempat di mana kehidupan dan kematian sering bersebelahan. Kemudian, ada referensi tentang memandikan mayat di kamar mati, yang memperkuat kontras antara kehidupan dan kematian yang hadir dalam aliran yang sama.
Sentuhan Kehilangan: Puisi ini juga menghadirkan sentuhan kehilangan, terutama dalam penutupnya. Penulis menyatakan bahwa sang penulis tidak akan bisa lagi menyaksikan yang berkilauan di permukaan air selokan, karena kemungkinan sang penulis telah kehilangan seorang anak. Hal ini memberikan nuansa kesedihan dan melankolis yang menyentuh hati pembaca.
Puisi "Air Selokan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang memukau dengan menyajikan perspektif berbeda tentang air selokan, yaitu simbol kehidupan dan kematian yang berdampingan, kontras antara kotoran dan keindahan, serta sentuhan kehilangan yang menyentuh hati pembaca. Dengan perpaduan elemen-elemen ini, puisi ini berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan, kekotoran, dan keindahan yang tersembunyi di baliknya.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.