Perjalanan Masuk Universitas Impian di Jurusan yang Tak Sesuai Harapan

Perjalanan saya menuju universitas mungkin berbeda dari teman-teman yang lain. Sementara mereka mempersiapkan diri dengan les setiap hari dan try ...

Realita memang tak selalu sama dengan ekspektasi. Realitas sering kali menghadapkan kita pada beberapa situasi yang berbeda dengan harapan kita. Walaupun mungkin kita sudah merencanakan sesuatu dengan matang dari jauh-jauh hari, namun ada beberapa faktor yang bisa mengubah arah kehidupan kita. Mungkin untuk menerima itu semua adalah hal yang tidak mudah. Dalam proses ini, kita belajar bagaimana pentingnya untuk tidak menaruh harapan tinggi, serta bagaimana cara menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, meskipun terkadang terasa melelahkan.

Sejak kecil, saya bercita-cita menjadi seorang guru, terinspirasi oleh ibu saya, seorang guru matematika yang luar biasa. Melihat dedikasi dan kecintaannya terhadap pendidikan, saya ingin mengikuti jejaknya. Saya mulai mempersiapkan diri dengan serius, mengembangkan ketertarikan saya pada matematika. Meskipun pelajaran ini sering kali terasa sulit, saya tidak pernah menyerah. Saya terus berusaha mengatasi tantangan, karena bagi saya, setiap kesulitan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

Tak terasa, saya telah sampai di penghujung studi sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada saat itu, dunia sedang menghadapi tantangan besar akibat wabah yang menggemparkan, sehingga kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Sayangnya, saya tidak memperhatikan nilai-nilai saya selama pembelajaran online. Pengalaman semasa SMP kembali terulang, nilai matematika di rapor saya tidak sesuai harapan. Kesadaran itu datang saat saya duduk di bangku kelas 11 SMA. Meskipun saya berusaha untuk memperbaiki semuanya, sayangnya, semua itu sudah terlambat.

Perjalanan Masuk Universitas Impian di Jurusan yang Tak Sesuai Harapan

Perjalanan saya menuju universitas mungkin berbeda dari teman-teman yang lain. Sementara mereka mempersiapkan diri dengan les setiap hari dan try out, saya tidak melakukan hal tersebut. Saat pendaftaran universitas negeri melalui jalur nilai rapor (SNBP), saya dihadapkan pada dua pilihan: menjadi realistis atau idealis.

Saya yakin ingin memperjuangkan cita-cita saya dan mencoba untuk bersikap idealis, tetapi ibu saya memberikan arahan dan mendorong saya untuk memilih pendekatan yang lebih realistis. Keputusan ini bukan tanpa alasan, ibu mempertimbangkan bahwa saya belum mempersiapkan diri untuk tes masuk universitas. Saya akhirnya mengikuti saran ibu, dan hasilnya, saya diterima di jurusan yang ibu inginkan. Saat pengumuman, saya merasa terharu dan bangga, meski ada sedikit rasa yang mengganjal karena ini bukan pilihan saya.

Hari demi hari berlalu, dan lima bulan terasa sangat cepat. Pada hari itu, saya berangkat pagi menuju universitas impian saya, bertemu dengan teman-teman satu jurusan yang juga memiliki pengalaman serupa. Kisah mereka bahkan lebih mengharukan, banyak dari mereka menjadikan jurusan ini sebagai tujuan terakhir, bahkan harus mencoba berkali-kali untuk masuk ke jurusan impian mereka. Namun, ternyata takdir mereka sama dengan saya.

Hampir sebulan saya berada di jurusan ini, tetapi rasa yang mengganjal masih saja ada. Proses adaptasi di lingkungan baru, transisi dari siswa menjadi mahasiswa, serta penyesuaian terhadap materi yang tidak saya ketahui dan bahkan benci semasa SMA terkadang membuat saya merasa lelah. Apalagi, gedung tempat saya studi adalah sama dengan tempat studi jurusan impian saya. Namun, teman-teman di sini sangat baik dan selalu memberi dukungan. Saya tidak menyerah, meskipun saya masih berharap suatu saat dapat menggapai impian saya. Saya akan tetap belajar dengan sungguh-sungguh di jurusan ini sambil mempersiapkan diri untuk meraih cita-cita saya. Saya yakin bahwa dengan kegigihan dan semangat yang tepat, saya akan dapat mencapai impian saya. 

Pengalaman saya telah membentuk nilai-nilai dan prinsip yang saya pegang teguh, dan saya berharap prinsip ini selalu ada dalam kehidupan saya ke depan. Saya berharap cerita saya dapat memberikan motivasi bagi semua teman-teman. Bagi yang masih duduk di bangku SMA, jadikanlah pengalaman ini sebagai pengingat untuk selalu memperhatikan nilai-nilai kalian. Dan untuk teman-teman yang mengalami perjalanan serupa, jangan pernah patah semangat, jika masih ada kesempatan, capailah impianmu. Bagaimanapun hasilnya, saya percaya bahwa di mana Tuhan menempatkan kita, itulah yang terbaik untuk kita.

Biodata Penulis:

Shalika Putri Madania lahir pada tanggal 14 Februari 2006 di Surakarta. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.