Diamku bukan berarti aku tak mengerti apa-apa atau melamun, tapi diamku adalah mengamati dan merekam semua kejadian. Akan tetapi, kalau aku sudah mulai berbicara itu tandanya sudah puncak dari kediamanku selama ini dengan cara memberontak atau menuangkan semua ke dalam sebuah tulisan.
*
Sekarang aku lebih suka baca buku tentang detektif-detektifan dan misteri, karena buat memecahkan anu.
*
Orang kerja aja masih ngutang, apalagi saya yang enggak kerja, ya nggak ngutang.
*
"Ya, Nak, sebentar lagi ayahmu pulang menatap kita,"
"Tapi Bu, Ayah 'kan udah lama meninggalkan kita, Bu?"
"Sabar Nak, pasti Ayahmu pulang membawa oleh-oleh untuk kita,"
"Ah, Ibu bohong mulu sama Arham."
Arham sebenarnya malu diledikin terus sama teman-temannya di sekolah, karena dianggap tak punya ayah, makanya Arham sering bertanya pada ibunya. Arham pun ingin dimanja dan ingin merasakan kasih sayang dari ayahnya juga.
*
Jika suatu saat nanti aku jadi pengusaha besar, aku akan mengejar cita-citaku yang belum tercapaikan. Makanya aku suka membaca buku-buku tentang bisnis dan kuliner makanan dan lain lain mengenai pekerjaan dan pengusaha sukses di masa depan. Hehehe
*
Aku diam dibilang sombong, aku lewat ketimbreng dibilang pameran, aku makai pakaian rapih dibilang pameran, aku lewat dengan diam dibilang lebay, aku memberi sesuatu ke orang dibilang pamer, aku berusaha menjadi orang baik dibilang sok alim, aku berusaha menutupi aibnya tapi dianya sendiri buka aibku, aku bilang penipu tapi malah dia penipu ulung, aku dibilang ustadz palsu tapi dianya lebih palsu dan penipu alus, aku dibilang selingkuh tapi dianya lebih selingkuh banyak pacarnya dan pamer aurat/tebar pesona, aku berbicara dibilang ceriwis, hem! Kamu maunya apa sih, cok?!
Biodata Penulis:
Muhammad Thohir/Tahir (Mas Tair) yang dikenal dengan nama pena Kang Thohir, kelahiran Brebes, Jawa Tengah. Dari dusun/desa Kupu, kecamatan Wanasari. Anak dari seorang petani dan tinggal dari kehidupan sehari-hari bertani, berkebun, menanam bawang merah, padi, kacang, pare, cabai dan sayur-sayuran di ladang sawahnya.
Kini, ia sedang menggeluti dunia tulis-menulis atau literasi, khususnya sastra Indonesia. Suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD dan sampai masuk ke Pondok Pesantren. Kang Thohir masih tetap aktif menulis dan semakin semangat 'tuk menulis baik puisi maupun cerpen dan lain sebagainya yang ia tulis. Selain menulis, ia juga suka membaca buku agar bisa bermanfaat untuk menambah wawasan (pengetahuan).