Puisi: Yogyakarta (Karya B. Y. Tand)

Puisi "Yogyakarta" karya B. Y. Tand menggambarkan keindahan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan simbol dan imaji yang kuat.
Yogyakarta

masih dapat kutangkap kunang-kunang bergantungan
di tiang-tiang kehidupan, ketika kau berbagai kantuk
dengan pelacur pasar kembang, sebelum sisa mimpinya
terpuaskan, sebelum jala kutebarkan menangkap waktu
mengerdip di mata gadis-gadis, menjanjikan
beribu pasrah dalam suka dan duka

embun turun mengasah belati di kaki lima
pasang belum juga surut tatkala seorang anak
menikamkan belati itu ke udara
subuh rebah dan matahari menjanjikan
seperangkat kembang berayun-ayun di pepohonan

sudahlah, terimalah duka ini, kataku
kepada seorang gadis pengemis yang tiba-tiba
merentangkan langit di telapak tangannya
laut tak mau memadamkan ombak
karena pantai akan sunyi, bila pejalan kaki
tak datang lagi mengutip buih-buihnya.

1980-1983

Sumber: Horison (Juni, 1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Yogyakarta" karya B. Y. Tand menyajikan gambaran mendalam tentang kehidupan sehari-hari dan refleksi emosional di kota yang kaya akan sejarah dan budaya ini. Dengan penggunaan simbol dan imaji yang kuat, puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan emosional yang melibatkan keindahan, penderitaan, dan refleksi.

Struktur dan Tema

Puisi ini membahas tema-tema seperti kehidupan urban, penderitaan, dan keindahan dalam konteks Yogyakarta, sebuah kota yang dikenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya. Tema sentralnya adalah bagaimana berbagai elemen kehidupan – dari keindahan malam hingga kesedihan sehari-hari – berinteraksi dan membentuk pengalaman manusia.

Imaji dan Simbolisme

  • "kunang-kunang bergantungan di tiang-tiang kehidupan": Menggambarkan keindahan dan keajaiban kecil dalam kehidupan sehari-hari. Kunang-kunang sebagai simbol kehidupan dan keindahan yang bersinar dalam kegelapan.
  • "pelacur pasar kembang": Mewakili aspek kehidupan yang lebih suram dan keras, kontras dengan keindahan malam. Menggambarkan ketegangan antara keindahan dan penderitaan.
  • "embun turun mengasah belati di kaki lima": Menggabungkan elemen keindahan alam dengan kekerasan dan perjuangan kehidupan. Embun, biasanya merupakan simbol kelembutan, digunakan untuk menggambarkan ketajaman dan ketegangan.

Konflik dan Refleksi

  • "seorang anak menikamkan belati itu ke udara": Melambangkan ketidakpastian dan ketegangan dalam kehidupan. Tindakan ini mencerminkan keputusasaan dan kebutuhan untuk menemukan arah dalam hidup.
  • "subuh rebah dan matahari menjanjikan seperangkat kembang berayun-ayun di pepohonan": Menunjukkan transisi dari malam ke siang dan harapan baru yang dibawa oleh matahari. Simbol kembang berayun menunjukkan perubahan dan pertumbuhan.

Kesedihan dan Penyerahan

  • "sudahlah, terimalah duka ini, kataku kepada seorang gadis pengemis": Menunjukkan kesediaan untuk menerima dan menghadapi penderitaan sebagai bagian dari kehidupan. Gadis pengemis yang merentangkan langit di telapak tangannya melambangkan ketidakberdayaan dan harapan di tengah kesulitan.
  • "laut tak mau memadamkan ombak": Menggambarkan ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk menghapus penderitaan dan kesulitan yang ada, karena itu merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

Interpretasi

Puisi "Yogyakarta" mengeksplorasi kontras antara keindahan dan penderitaan, serta bagaimana elemen-elemen ini berintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan imaji yang mendalam, B. Y. Tand menyampaikan pesan tentang keindahan dan kesulitan dalam konteks budaya dan emosional kota Yogyakarta.

Puisi ini juga mencerminkan keterhubungan antara individu dan lingkungan mereka, serta bagaimana berbagai elemen kehidupan saling mempengaruhi. Kesediaan untuk menerima duka dan memahami keindahan dalam penderitaan adalah tema penting yang diangkat melalui narasi dan simbolisme puisi.

Puisi "Yogyakarta" karya B. Y. Tand adalah karya yang mendalam dan reflektif, menggambarkan keindahan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan simbol dan imaji yang kuat. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenungkan bagaimana kehidupan, keindahan, dan penderitaan saling berhubungan dan membentuk pengalaman manusia di kota yang penuh sejarah ini.

B. Y. Tand
Puisi: Yogyakarta
Karya: B. Y. Tand

Biodata B. Y. Tand:
  • B. Y. Tand (Burhanuddin Yusuf Tanjung) lahir pada tanggal 10 Agustus 1942 di Indrapura, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.