Puisi: Tuhanku (Karya Usmar Ismail)

Puisi "Tuhanku" karya Usmar Ismail menggambarkan perjalanan spiritual dan refleksi mendalam penulis mengenai hubungan antara manusia dan Tuhan.
Tuhanku ...

(I)

Sering kukuncikan diri
di luar untuk yang lain ini...
Jika aku terlupa, Tuhan
menghadap-Mu tiap ketika,
Bukanlah tanda kasih berkurang
Malah makin mendalam iman
dalam derita dan bahagia...

(II)

Penderitaan dunia akan hapus
Bergantikan derita untuk akhirat...
Kau pembawa mala
Atas kerajaan Tuhan
Kau pun hanya alat semata,
Dan aku
yang menderita sengsara bangsa
Akulah yang sedang dicoba,
Karena keinsafan ini
Kuatku menahan segala!

(III)

Kudapati jalan kembali
pada-Mu Tuhan ......
Kautegakkan aku berdiri
di tengah laut kusut ini
Agar dapat aku melihat
Bayangan-Mu atas perkacaan Bumi.

(IV)

Kutinggalkan Kau, Tuhan
Di tempat aku berhenti
Di tengah arus gemuruh!

Januari, 1945

Sumber: Puntung Berasap (Jakarta: Balai Pustaka, 1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Tuhanku" karya Usmar Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan refleksi mendalam penulis mengenai hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam puisi ini, Usmar Ismail mengungkapkan perasaan, pergulatan batin, dan pencarian makna hidup melalui empat bagian yang penuh dengan simbolisme dan metafora.

Bagian I: Kesadaran dan Kesalahan

Sering kukuncikan diri
di luar untuk yang lain ini...
Jika aku terlupa, Tuhan
menghadap-Mu tiap ketika,
Bukanlah tanda kasih berkurang
Malah makin mendalam iman
dalam derita dan bahagia...

Pada bagian pertama puisi, penulis mengakui bahwa seringkali dia merasa terasing atau terpisah dari Tuhan karena kesibukan atau fokus pada hal-hal duniawi. Namun, penulis menekankan bahwa meskipun terkadang terlupa, iman dan hubungan dengan Tuhan tetap mendalam, baik dalam keadaan derita maupun bahagia. Ini menunjukkan pemahaman bahwa hubungan spiritual tidak selalu mulus, tetapi tetap kuat dan berkembang melalui berbagai pengalaman hidup.

Bagian II: Penderitaan dan Kesadaran

Penderitaan dunia akan hapus
Bergantikan derita untuk akhirat...
Kau pembawa mala
Atas kerajaan Tuhan
Kau pun hanya alat semata,
Dan aku
yang menderita sengsara bangsa
Akulah yang sedang dicoba,
Karena keinsafan ini
Kuatku menahan segala!

Bagian kedua puisi ini menyoroti tema penderitaan dan keinsafan. Penulis percaya bahwa penderitaan duniawi akan digantikan oleh derita untuk akhirat, yang mencerminkan keyakinan akan kehidupan setelah mati dan tujuan yang lebih tinggi dari penderitaan di dunia. Penulis juga menyadari bahwa dirinya hanyalah alat dalam rencana Tuhan dan mengalami penderitaan sebagai ujian dan kesempatan untuk mendapatkan keinsafan. Ini mencerminkan sikap tawakal dan kesadaran bahwa penderitaan memiliki tujuan dan makna dalam kerangka yang lebih besar.

Bagian III: Pencarian dan Peneguhan

Kudapati jalan kembali
pada-Mu Tuhan ......
Kautegakkan aku berdiri
di tengah laut kusut ini
Agar dapat aku melihat
Bayangan-Mu atas perkacaan Bumi.

Pada bagian ketiga, penulis menggambarkan pencarian jalan kembali kepada Tuhan di tengah-tengah kekacauan hidup. "Tengah laut kusut ini" melambangkan situasi yang penuh dengan kesulitan dan kebingungan. Penulis memohon agar Tuhan memberikan kekuatan dan pandangan untuk melihat "bayangan-Mu atas perkacaan Bumi," yang mencerminkan keinginan untuk memahami dan menemukan makna dalam kekacauan dunia. Ini menunjukkan usaha penulis untuk mencari kedamaian dan petunjuk ilahi dalam situasi yang tidak menentu.

Bagian IV: Keberangkatan dan Pemisahan

Kutinggalkan Kau, Tuhan
Di tempat aku berhenti
Di tengah arus gemuruh!

Bagian terakhir puisi ini menggambarkan momen pemisahan atau perpisahan dengan Tuhan di tengah-tengah "arus gemuruh." Ini bisa diartikan sebagai perasaan kehilangan atau jarak yang dirasakan ketika menghadapi situasi yang sangat menantang. Meskipun penulis merasa terpisah atau kehilangan hubungan dengan Tuhan, ini bisa juga mencerminkan proses perpisahan sementara yang diperlukan untuk melanjutkan perjalanan hidup dan pertumbuhan pribadi.

Pencarian Spiritual dan Penerimaan

Puisi "Tuhanku" karya Usmar Ismail adalah eksplorasi mendalam tentang hubungan spiritual dengan Tuhan melalui tema penderitaan, keinsafan, dan pencarian makna. Melalui simbolisme seperti laut kusut, arus gemuruh, dan perasaan terasing, penulis mengungkapkan perjalanan emosional dan spiritual yang kompleks.

Bagian pertama puisi mengungkapkan kesadaran penulis tentang hubungan yang tidak selalu mulus dengan Tuhan. Bagian kedua menyiratkan keyakinan bahwa penderitaan memiliki tujuan dan makna yang lebih besar. Bagian ketiga menunjukkan pencarian dan peneguhan dalam menghadapi kekacauan. Bagian keempat mencerminkan momen pemisahan yang mungkin merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan perjalanan hidup.

Puisi "Tuhanku" adalah karya yang menantang pembaca untuk merenungkan pengalaman spiritual dan refleksi pribadi mereka, serta memahami bagaimana penderitaan dan pencarian makna dapat membentuk hubungan dengan Tuhan.

Puisi
Puisi: Tuhanku
Karya: Usmar Ismail

Biodata Usmar Ismail:
  • Usmar Ismail lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah seorang sutradara, produser film, dan penulis naskah Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
  • Usmar Ismail aktif dalam Gerakan Pujangga Baru, sebuah kelompok sastra yang berperan dalam perkembangan sastra Indonesia pada masa itu.
  • Usmar Ismail meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1971 (pada usia 49) di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.