Tuan
Jadi bagaimana dengan sore nanti, tuan
hari masih pagi, masih ada sisa-sisa kaki-kaki kabut sehabis hujan semalaman.
di depan cermin itu, kau sedang memakai dasimu, tuan
apa yang kau lihat, tuan
hanya bayangan yang terasa getir bertahan
yang tak bisa kau hindarkan tak bisa kau sembunyikan, ia akan terus bersamamu seperti kejadian semula, tuan
di depan cermin itu, kau memakai jasmu,
seolah kau ingin memampatkan detak jam itu agar jeritnya tak lagi terdengarkan, tuan
apakah pangeran hanya ada di dalam kisah dongeng
ketika menjemput Cinderella, yang tak pernah kau paham apa isi amanatnya itu, tuan
di depan cermin itu, kau betulkan letak rambutmu,
kau tentu, tak pernah bertanya mengapa perempuan itu kini menjelma sangat dingin dan mengembun di bunga-bunga halaman di luar kini, tuan
saat ia akan menjelma isyarat dan hendak berkata jangan
toh, sidik jari tanganmu membekas merah di pelipis perempuan itu,
lalu ia tiba-tiba seperti tersirap seakan menjelma daun kering yang disapu oleh siut dan derasnya hujan,
di depan cermin itu,
membayangkan telapak kaki perempuan ketika mencari sepatu kaca
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Tuan" karya Darwanto adalah sebuah karya yang memadukan imaji visual dan simbolisme dengan kecerdasan puitis yang dalam. Puisi ini mengeksplorasi tema identitas, refleksi diri, dan hubungan personal melalui penggunaan cermin sebagai metafora utama.
Tema Utama
- Refleksi Diri dan Identitas: Puisi ini menyelidiki tema refleksi diri melalui gambaran seseorang yang berdiri di depan cermin. Cermin berfungsi sebagai simbol dari introspeksi dan identitas pribadi. Pertanyaan yang diajukan kepada "tuan" menggarisbawahi pencarian makna dan pemahaman diri.
- Keterasingan dan Keterhubungan: Cermin juga berfungsi sebagai metafora untuk keterasingan dan keterhubungan. "Tuan" terlihat terpisah dari kenyataan dan orang-orang di sekelilingnya, tercermin dalam citra yang "terasa getir" dan ketidakmampuan untuk mengubah atau menghindari kenyataan yang ada.
- Kehilangan dan Penyesalan: Dengan menyebutkan bagaimana "perempuan itu" menjelma dingin dan mengembun, puisi ini menggambarkan tema kehilangan dan penyesalan. Ada rasa kesalahan dan keraguan mengenai bagaimana tindakan masa lalu memengaruhi hubungan dan perasaan sekarang.
Teknik Sastra
- Deskripsi Visual dan Simbolisme: Deskripsi seperti "sisa-sisa kaki-kaki kabut" dan "di depan cermin itu" menciptakan citra visual yang kuat. Cermin berfungsi sebagai simbol dari refleksi diri dan kenangan, sedangkan kabut dan hujan menambah elemen ambiguitas dan perubahan yang berkelanjutan.
- Penggunaan Dialog dan Retoris: Puisi ini menggunakan bentuk dialog retoris dengan pertanyaan seperti "apa yang kau lihat, tuan?" untuk menggali kedalaman emosi dan introspeksi. Ini menciptakan perasaan keterlibatan langsung dengan pembaca, seolah mereka juga terlibat dalam pencarian makna.
- Kontras dan Ironi: Kontras antara "pangeran" dan "kisah dongeng" dengan realitas "tuan" yang tidak memahami amanat tersebut menambah unsur ironi. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, serta ketidakmampuan untuk mencapai ideal yang diinginkan.
Interpretasi
- Pencarian Identitas dan Kesadaran Diri: Cermin berfungsi sebagai metafora pencarian identitas dan kesadaran diri. "Tuan" melihat bayangan dirinya yang "terasa getir" dan "tak bisa kau sembunyikan," menunjukkan ketidakmampuan untuk menghindari kenyataan diri yang sulit diterima.
- Penyesalan dan Konsekuensi Tindakan: Penggambaran perempuan yang "menjelma daun kering" dan kesalahan yang dibekas di pelipisnya mencerminkan penyesalan dan dampak dari tindakan masa lalu. Ini menggarisbawahi bagaimana tindakan kita memengaruhi hubungan dan diri kita sendiri.
- Kehilangan dan Keterhubungan: Kehilangan perempuan dan perubahan yang terjadi pada dirinya mencerminkan keterhubungan yang hilang. Rasa penyesalan dan ketidakmampuan untuk memahami perasaan perempuan tersebut menunjukkan bagaimana hubungan dapat terputus oleh tindakan dan keputusan kita.
Puisi "Tuan" karya Darwanto adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif yang mengeksplorasi tema identitas, keterhubungan, dan penyesalan melalui imaji cermin yang kuat. Dengan menggunakan teknik sastra seperti deskripsi visual, simbolisme, dan pertanyaan retoris, Darwanto menyampaikan pesan tentang pencarian diri dan dampak tindakan masa lalu. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan bagaimana hubungan serta penyesalan membentuk pengalaman hidup mereka.
Karya: Darwanto
Biodata Darwanto:
- Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.