Puisi: Tin Marni (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Tin Marni" karya Ibrahim Sattah mengeksplorasi tema kelahiran, harapan, dan tantangan yang dihadapi oleh generasi baru dalam dunia yang ...
Tin Marni

Tinmarni
yang lahir malam tadi
menyaksikan bumi
sudah basah dan
kota-kota pun
gelisah
Segumpil darah bergumul di
perutnya
Dan ia pun 
siap 
sudah

Tinmarni!

Selesaikan sajak ini
Anakku

1968

Sumber: Dandandid (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Tin Marni" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah karya yang menggambarkan kelahiran seorang anak dalam konteks yang penuh ketidakpastian dan kegelisahan. Melalui puisi ini, Sattah mengeksplorasi tema kelahiran, harapan, dan tantangan yang dihadapi oleh generasi baru dalam dunia yang penuh dinamika.

Tema Utama

  • Kelahiran dan Kegelisahan Dunia: Puisi ini dimulai dengan penggambaran kelahiran seorang anak, Tin Marni, yang lahir dalam suasana yang gelisah dan penuh ketidakpastian. Penggambaran bumi yang sudah basah dan kota-kota yang gelisah mencerminkan kondisi dunia yang tidak stabil pada saat kelahiran anak tersebut. Ini menandakan bahwa generasi baru memasuki dunia yang penuh dengan tantangan dan perubahan.
  • Harapan dan Tanggung Jawab: Dengan menyebut nama anaknya, Tin Marni, dan meminta anaknya untuk "selesaikan sajak ini," puisi ini mengekspresikan harapan dan tanggung jawab yang diletakkan pada generasi baru. Ini menunjukkan bahwa meskipun dunia mungkin penuh dengan kesulitan, ada keyakinan bahwa anak-anak dan generasi berikutnya memiliki potensi untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan tersebut.
  • Metafora dan Simbolisme: Penggunaan metafora seperti "segumpil darah bergumul di perutnya" menyiratkan kesulitan dan penderitaan yang dihadapi dunia saat ini. Ini juga bisa melambangkan perjuangan dan ketahanan yang harus dihadapi oleh individu dan masyarakat dalam menghadapi situasi sulit.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Bahasa Sederhana dan Langsung: Ibrahim Sattah menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung untuk menyampaikan pesannya. Pilihan kata seperti "Tin Marni," "sudah basah," dan "gelisah" memberikan kesan yang kuat dan jelas mengenai kondisi dunia dan harapan yang ada.
  • Penggunaan Dialog dan Imperatif: Puisi ini mengandung elemen dialog, di mana penulis berbicara langsung kepada anaknya. Frasa seperti "Selesaikan sajak ini, Anakku" menciptakan kesan personal dan intim, serta menunjukkan hubungan antara orang tua dan anak, dan tanggung jawab yang diberikan kepada generasi baru.
  • Struktur yang Ringkas dan Padat: Struktur puisi ini ringkas dan padat, dengan hanya beberapa baris yang menyampaikan pesan yang mendalam. Kesederhanaan struktur ini menambah kekuatan pesan puisi, memungkinkan pembaca untuk dengan mudah fokus pada tema dan makna yang disampaikan.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Tin Marni" mengangkat tema kelahiran dalam konteks dunia yang penuh ketidakpastian dan kegelisahan. Kelahiran Tin Marni merupakan simbol harapan dan potensi yang baru, meskipun dunia tempatnya lahir penuh dengan tantangan. Melalui puisi ini, Ibrahim Sattah menyampaikan pesan bahwa meskipun masa depan mungkin penuh dengan kesulitan, ada keyakinan bahwa generasi baru akan mampu menyelesaikan dan mengatasi tantangan tersebut.

Makna puisi ini juga mencerminkan harapan dan tanggung jawab yang diberikan kepada generasi berikutnya. Dengan meminta Tin Marni untuk "selesaikan sajak ini," Sattah menunjukkan bahwa ada kepercayaan pada kemampuan anak-anak untuk membawa perubahan positif dan menyelesaikan perjuangan yang dihadapi oleh generasi sebelumnya.

Puisi "Tin Marni" oleh Ibrahim Sattah adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif, menggambarkan kelahiran anak dalam konteks dunia yang gelisah dan penuh tantangan. Dengan menggunakan bahasa sederhana dan struktur yang ringkas, puisi ini menyampaikan pesan tentang harapan, tanggung jawab, dan potensi generasi baru. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenungkan kondisi dunia saat ini dan peran yang harus dimainkan oleh generasi berikutnya dalam menghadapi dan menyelesaikan tantangan yang ada.

Ibrahim Sattah
Puisi: Tin Marni
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.