Puisi: Terminal (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Terminal" karya Beno Siang Pamungkas menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan persimpangan, pilihan, dan misteri.
Terminal
(: Prof Eko Budihardjo)

Tanpa terasa, satu terminal lagi kita lalui
mendekat
ke alamat yang sudah tercatat
namun,
berapa jauh lagi
selalu menjadi misteri.

Ah,
debar di hati.

Pada akhirnya
kita harus memilih
bus yang akan melaju ke tepi hari
sendiri,
sunyi
namun bisa juga warna warni
malah
mungkin wangi.

Ayo,
tunggu apa lagi.

Semarang, 9 Juni 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Terminal" karya Beno Siang Pamungkas menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan persimpangan, pilihan, dan misteri. Dengan menggunakan metafora terminal dan bus, penyair mengeksplorasi tema perjalanan hidup, ketidakpastian masa depan, dan keputusan yang harus diambil.

Perjalanan dan Terminal

Puisi ini dimulai dengan baris "Tanpa terasa, satu terminal lagi kita lalui". Terminal dalam puisi ini dapat dimaknai sebagai titik-titik penting atau fase dalam kehidupan. Setiap terminal yang dilalui menunjukkan kemajuan dalam perjalanan hidup seseorang. Terminal juga bisa dianggap sebagai tempat perhentian sementara, di mana seseorang mengevaluasi perjalanan yang telah dilalui sebelum melanjutkan ke tujuan berikutnya.

Misteri Masa Depan

Baris "namun, / berapa jauh lagi / selalu menjadi misteri" mencerminkan ketidakpastian tentang seberapa jauh lagi perjalanan akan berlangsung. Ini menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang tidak sepenuhnya dapat diprediksi, di mana masa depan selalu menyimpan unsur ketidakpastian.

Keputusan dan Pilihan

Penyair menekankan pentingnya pilihan: "Pada akhirnya / kita harus memilih / bus yang akan melaju ke tepi hari". Bus di sini melambangkan pilihan hidup yang harus diambil. Setiap pilihan membawa kita ke arah yang berbeda, mungkin menuju hari yang sunyi atau warna-warni, bahkan mungkin wangi. Pilihan ini mencerminkan keragaman pengalaman hidup yang bisa kita alami, tergantung pada keputusan yang kita buat.

Ajakan untuk Bertindak

Penutup puisi dengan "Ayo, / tunggu apa lagi" adalah seruan untuk bertindak. Ini mengingatkan pembaca bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian dan pilihan yang sulit, penting untuk tetap bergerak maju dan tidak terjebak dalam kebimbangan.

Puisi "Terminal" karya Beno Siang Pamungkas adalah refleksi tentang perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan keputusan penting. Terminal sebagai metafora fase-fase dalam hidup menggambarkan perjalanan yang terus berlanjut. Ketidakpastian tentang seberapa jauh lagi perjalanan akan berlangsung menunjukkan bahwa masa depan selalu menyimpan misteri.

Pilihan bus yang melambangkan keputusan hidup menekankan bahwa setiap pilihan membawa kita ke arah yang berbeda, dengan kemungkinan pengalaman yang beragam. Ajakan untuk bertindak di akhir puisi adalah pengingat bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, penting untuk terus bergerak maju dan membuat keputusan dengan keyakinan.

Beno Siang Pamungkas, melalui puisinya, mengajak kita untuk merenungkan tentang perjalanan hidup kita sendiri, untuk menerima ketidakpastian, dan untuk berani membuat pilihan yang akan membawa kita ke arah yang baru dan mungkin lebih baik. Puisi ini adalah pengingat bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan kejutan dan kesempatan, dan bahwa kita memiliki kekuatan untuk menentukan arah perjalanan kita.

"Puisi: Terminal"
Puisi: Terminal
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.